" Selalu ada jalan lain, saat jalan yang kita tapaki kini telah hancur. Selalu ada jalan terang, setelah cobaan terus menghadang."
-Zaraa Keyra
—————————
Ruangan itu telah pupus dari beberapa pegawai yang beberapa jam lalu masih berkutat dengan pekerjaannya. Tersisa seorang pria paruh baya dengan tekad besar untuk menyelesaikan aktivitas mengemas beberapa buku lagi. Padahal jarum jam di balik kaca yang terus berdetak itu telah menunjukkan pukul sembilan malam.
Attar terus fokus dengan pekerjaannya, hingga suara seperti benturan benda keras yang berasal dari luar toko terdengar nyaring. Karena penasaran, dia segera bangkit untuk mengecek apa yang terjadi. Tersadar dengan suasana sepi di sekitarnya, Attar merasa harus waspada.
Pintu utama terbuka, di halaman toko tidak ada keanehan. Attar menelisik pemandangan sekitar. Dia menghela napas lega begitu melihat tiga sepeda di halaman rumah milik seorang warga tergeletak dan saling terhimpit, ternyata hanya sepeda jatuh.
Tanpa tertangkap oleh sepasang mata milik siapa pun, dua orang dengan pakaian serba hitam serta penutup wajah dan topi warna serupa melangkah pelan penuh kehati-hatian ke dalam toko buku milik Attar. Salah satu di antara mereka membawa sebuah kardus berisi tabung gas elpiji hijau yang telah habis isinya.
Sesuai rencana, tempat tujuan mereka adalah dapur. Dengan gerakan cepat, tabung gas elpiji hijau yang masih penuh dan terhubung dengan kompor, diganti dengan tabung gas elpiji yang dibawa oleh mereka. Ada senyum menyeringai di balik penutup wajah itu.
"Sekarang lo nyalain kompornya dan taruh jaket ini di atas tabung gas. Gue mau menghancurkan cctv sialan itu," titah salah satu dari mereka sambil melempar jaket milik Zaraa yang tadi tersampir di sofa.
"Siap."
Selesai menjalankan tugas yang sinkron dengan rencana, mereka berhambur keluar melalui pintu belakang. Tepat sesuai penyelidikan beberapa hari yang lalu, bahwa pintu itu selalu terkancing dari dalam dengan kunci yang tergantung di sana.
Sebelum pulang di malam hari, Attar selalu menyempatkan diri untuk menikmati secangkir kopi yang tersedia di dapur. Aktivitas mengemas buku yang tadi terhenti, ingi segera diselesaikan. Attar sudah tidak sabar menemui putrinya dan membantu mempersiapkan keperluan penerbangan besok. Memberi semangat dan melantunkan doa lebih banyak lagi. Namun, niat itu terpaksa ditunda dulu, karena tenggorokannya mulai mengering. Attar membutuhkan kopi sekarang.
Dari pintu dapur, yang pertama Attar lihat adalah jaket Zaraa pemberian darinya menjadi penutup tabung gas elpiji. Walaupun heran, Attar tidak ingin melanjutkan pemikiran tentang itu. Dia melangkah pelan lalu berjongkok untuk meraih benda itu. Tanpa sengaja, kedua bola matanya menangkap jarum regulator tabung gas elpiji menunjukkan angka nol. Attar bergumam, "Bukankah kemarin, Alfi sudah kuminta untuk menggantinya dengan yang baru?"
Sebelum mengganti dengan tabung gas elpiji yang baru, Attar menyampirkan jaket Zaraa ke sandaran kursi dapur. Sekarang tangan kanannya menggenggam benda bercat hijau tersebut yang baru saja diambil dari gudang. Setelah diletakkan di lantai, Attar langsung saja melepas regulator gas. Tiba-tiba tabung gas elpiji yang baru terlepas tersebut mengeluarkan desus panjang dan kobaran api yang cukup besar.
Kedua lengan kekar Attar mulai dari ujung jari hingga siku, mendapat luka bakar karena tersentuh kobaran si jago merah. Dengan perih yang teramat sangat, dia berlari sekencang mungkin keluar dari toko yang kebetulan masih terbuka. Semakin lama, rasa panas itu semakin menyengat kulitnya yang mulai melepuh. Namun, tak menghentikan lisan dan hatinya dari zikir kepada Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tabir [END]
Teen FictionSebuah prinsip yang sudah mendarah daging pada diri Zaraa Keyra, membuatnya berpikir bahwa dia akan terhindar dari hitam dan putihnya jatuh cinta. Semula, di usia remaja dia hanya ingin fokus mengejar cita-cita dan menebar kebaikan. Namun, ternyata...