Setelah berdebat dengan Sana, aku memilih berdiam diri duduk di balkon ruang tengah. Rasanya seperti mimpi, tapi ini benar-benar terjadi.
Bagaimana bisa aku bertengkar dengan Sana? Aku merasakan perih dari luka yang ada ditangan ku. Dan juga pegal di bagian kaki. Karena tadi aku bolak-balik naik turun tangga. Kenapa baru terasa sekarang?
Kami pulaang!
Aku mendengar suara seruan dari luar. Tapi tidak berniat menghampiri mereka.
"Astaga. Kenapa dapur bisa berantakan seperti ini?" Pekikan Jeongyeon membuatku melangkah keluar dari balkon.
"Mianhae, Unnie. Biar aku yang bereskan" ujarku.
Mereka semua menatapku.
"Bagaimana dengan keadaan Sana Unnie? Apa sudah membaik?" Tanya Tzuyu.
"Dia ada dikamarnya. Terakhir kulihat masih demam" jawabku.
Aku berusaha menyembunyikan tanganku. Agar mereka tidak melihat perban yang menutupi lukaku.
"Aku akan memeriksa nya" kata Nayeon.
Nayeon berlalu untuk melihat Sana, member yang lain juga mengikuti nya. Aku mulai membereskan kekacauan yang kubuat sendiri didapur.
Berkeluh dalam hati. Bagaimana bisa ada banyak alat masak yang kotor? Padahal aku hanya membuat semangkuk sup saja. Ditambah gula yang tadi tumpah sudah banyak di kelilingi semut kecil.
Aku kesulitan saat mencuci piring, pasalnya luka ku terasa perih saat terkena air dan sabun.
"Tanganmu kenapa?"
Aku menoleh. Melihat Chaeyoung yang sudah berdiri disampingku.
"Gwenchana."
"Lalu kenapa harus diperban?"
"Ini fashion, Unnie."
"Fashion apaan? Mana ada orang memakai perban untuk fashion. Jujur saja, kau kenapa?"
"Naneun gwenchana"
"Aish. Dasar menyebalkan" gerutu Chaeyoung lalu berlalu dari dapur setelah mengambil air minum dari lemari es.
Dapur sudah terlihat rapi kembali, aku pun mengambil air minum dan menghabiskannya dalam sekali teguk. Rasanya seperti terlahir kembali, saat air dingin itu mengalir dalam tubuhku.
"Unnie perlu bicara"
"Kkamjagiya!" Seruku sambil memegang dadaku kuat. Dahyun tidak memperdulikan keterkejutan ku, dia terus menarik tanganku sampai masuk kedalam kamarku.
"Ada apa Unnie?"
"Kau bertengkar dengan Sana Unnie?"
"Eh? Aniyaa"
"Jangan berbohong. Sebenarnya kalian kenapa?"
Aku hanya terdiam. Tidak tau apa yang harus ku katakan padanya.
"Jawab Maudy-ssi."
"Tidak Unnie. Aku sungguh tidak bertengkar dengannya" sangkalku.
"Unnie melihat sikapmu yang berbeda dengan Sana Unnie. Kau seperti menghindari nya. Apa-- eh kenapa dengan tanganmu?"
Dahyun langsung memegang tanganku saat tidak sengaja melihat perban yang membalut tanganku.
"Gwenchana"
"Kenapa bisa diperban? Dan lihatlah. Kau tidak memasang perbannya dengan baik. Tunggu disini"
Aku hanya menatap punggung Dahyun yang sudah berlalu keluar kamar. Kemudian aku berjalan untuk duduk ditepi ranjang. Tidak berselang lama, Dahyun kembali membawa kotak p3k.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE ON (TWICE)
FanfictionBagaimana jika kita hidup dengan idola kita? Mengetahui segala yang mereka lakukan? Apa begitu menyenangkan seperti yang selama ini hanya ada di impian? "just for fun guys!"