REUNION

531 50 27
                                    

Maudy POV

"Terimakasih atas kunjungan nya"

Aku tersenyum pada pelayan restoran yang mengantarku hingga ke ujung tangga. Kemudian aku bergegas menuruni tangga setelah memastikan maskerku terpakai dengan benar.

Well, hidupku sudah tidak bisa santai dan bebas seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku harus menjadi orang lain untuk bisa berada di dekat orang-orang lain.

Bukankah bahasaku sudah lumayan berbobot sekarang? Tentu saja. Aku sudah berumur dua puluh tahunan sekarang. Di usia yang tidak lagi remaja, aku bahkan sudah mengalami kehidupan yang amat serius belakangan ini.

Menghadapi wartawan, netizen, para pengusaha, jaksa, kepolisian, rektor di kampusku, hingga Sasaeng. Ternyata pandemi ini benar-benar mengubah diriku.

Aku termenung saat melihat mobil hitam terparkir tepat di depan restoran. Jelas bukan karena keberadaan mobil itu yang bisa saja kena teguran karena parkir sembarangan. Namun pada pemiliknya.

Saat masih berdiri menatap ke arah mobil itu, kaca jendela mobil di turunkan.

"Hei cepat masuk! Bisa saja ada petugas derek sudah dalam perjalanan menuju ke sini. Ayo!" Teriaknya.

Sosok berambut hitam dengan masker berwarna senada itu menggerakkan tangannya kearahku. Menyuruhku masuk.

Aku pun dengan ragu masuk ke dalam mobil itu. Segera memasang sabuk pengaman dan mobil itu pun langsung meninggalkan halaman restoran.

"Hah! Untung saja tidak ada yang menegurku. Aku takut restoran di sana memasang CCTV dan plat mobilku terlihat dari sana. Kau tau kan? Polisi sekarang lebih lihai. Mereka tidak lagi berkeliling namun memanfaatkan kamera CCTV untuk menilang" ocehnya.

"Tentu saja ada CCTV nya." Celetukku membuat dia mendelik tajam kearahku.

"Maka berdoalah agar tidak ada surat tilang yang mampir ke dorm. Bisa-bisa kunci mobilku disita Jeongyeon Unnie lagi" keluhnya.

Aku tersenyum lalu menatap jalan di depan. Seperti biasa, aku selalu menyukai musim salju. Jalanan menjadi indah dengan gunungan benda putih itu. Meski ya, sedikit merepotkan karena tubuhku masih belum sepenuhnya terbiasa dengan suhu yang luarbiasa dingin.

"Ngomong-ngomong, kita mau kemana, Unnie?" Tanyaku saat menyadari jalan yang kita lewati berbeda dengan tujuan ekspektasiku.

Heih, sudah aku bilang, aku ini sudah dewasa. Umurku sudah dua puluh tahunan. Tentu saja aku sudah bisa menghapal setiap jalan yang pernah aku lewati. Jangankan distrik Gangnam, Kota Metropolitan Seoul pun sudah hampir seluruhnya aku hapal.

Bulan lalu, aku juga pernah berkendara dari Seoul ke Jeonju dengan temanku. Tentu saja aku yang menyetir. Ya meski kami harus sesekali putar arah atau turun dari mobil untuk bertanya. Setidaknya, di masa modern seperti sekarang, petunjuk orang-orang di jalan jauh lebih bisa dipercaya dari pada GPS.

"Ke rumah Jeongyeon Unnie. Ada pesta disana" jawabnya.

"Eh? Makan lagi?"

"Tidak usah makan jika kau sudah kenyang." Ujarnya sinis.

Aku memukul lengannya dengan pelan. "Hanya bercanda. Kenapa Dahyun unnie semakin sensitif setiap harinya?" Godaku.

Seseorang dengan rambut dan masker hitam itu hanya melirikku sekilas. Seseorang yang tak lain adalah Kim Dahyun, malah menyalakan musik dengan suara keras. Aku tersenyum, sudah kuhapal beberapa tingkah random gadis penulis lirik lagu Bring it Back dan Queen itu.

Dia kesal. Mungkin karena aku bersikap tidak sesuai keinginan nya. Tentu saja. Gadis ini rela datang untukku, meski aku sedikit bingung mengapa dia yang menjemputku. Padahal semalam, bukankah katanya Manager Unnie yang akan melakukannya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMAGINE ON (TWICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang