Aku menghela nafas seberat-beratnya. Segala rencana yang telah kususun dengan sangat rapi menjadi sia-sia begitu saja.
Lihatlah, sekarang aku bahkan dengan leluasa keluar dari apartement sembari menyeret koper besar di tanganku. Tanpa perlu mengendap-endap atau melewati drama panjang.
Lima menit yang lalu, Jihyo mengirimiku pesan. Kalau mereka ada jadwal di gedung agensi.
Setelah berpikir panjang, aku meminta apartement lain pada Daddyku. Tentu saja tanpa mengatakan hal yang sebenarnya-- bertengkar dengan Dahyun.
Tapi aku bilang padanya jika ada temanku yang ingin menginap bersamaku untuk beberapa hari, dan tidak mungkin kan kalo aku membawanya ke apartement yang berisi member Twice? Dan entah mengapa, Daddy menyetujui nya begitu saja.
"Nona?"
"Astaga!"
Aku berjengit kaget. Pasalnya, didepanku ada seorang laki-laki yang entah datang darimana menegurku. Wajahnya tertutup masker hitam, dengan jaket tebal dan syal yang melingkar dilehernya.
"K-kau siapa?"
Laki-laki itu terkekeh, kemudian membuka maskernya beberapa saat dan memakai nya lagi.
"Astaga Yuan! Kau kemana saja selama ini? Kukira kau sudah mati"pekikku sembari memukul lengannya.
Sungguh. Sebenarnya aku sangat merindukan nya. Bagaimana pun, dialah orang yang selama ini menemaniku. Mendengar segala keluh dan kesahku dan tentu saja, dengan otak cerdasnya dia juga kadang dengan suka rela mengerjakan tugas-tugas kuliahku.
Siapa yang mengira, jika bodyguardku yang satu ini adalah seorang lulusan dari universitas ternama di London. Daddy benar-benar tidak sembarangan dalam mencari orang kepercayaan nya.
"Memangnya bodyguard tidak boleh bersekolah tinggi? Jika dia hanya lulusan SD, mana bisa menjaga majikannya dengan baik?" Tutur Yuan saat aku tidak percaya jika dia lulusan sarjana.
"Maaf Nona. Tuan Samuel memintaku untuk mengurus sesuatu"
"Apa sesuatu itu lebih penting dariku?" Kesalku
Yuan mengangguk dengan tak berdosanya. Membuatku ingin mencakar habis wajah manis nya itu.
"Tuan Samuel bilang kau akan pindah apartement? Biar aku saja yang mengantar mu."
Aku mendengus kesal. Kemudian mengambil ponselku dan mengirim alamat apartement baru padanya yang semalam Daddy berikan.
"Baiklah. Biar aku yang--"
Dengan cepat, aku langsung menyeret tubuh Yuan saat mendengar suara langkah dan tawa seseorang yang baru keluar dari lift. Aku dan Yuan bersembunyi di pintu apartement sebelah, yang memang sedikit menjorok kedalam, sehingga keberadaan kami tidak terlihat dari depan. Tepatnya, saat seseorang itu berjalan masuk ke apartement.
"Ne. Tunggu saja, ini aku sedang mengambil tas Jeongyeon yang tertinggal" ujarnya sembari sibuk menekan tombol password dengan tangan lainnya memegang ponsel kearah telinga nya.
Setelah dia masuk dan pintu apartement terdengar ditutup, aku langsung menarik pergelangan tangan Yuan untuk cepat-cepat masuk kedalam lift.
"Ada apa Nona? Kenapa kau menghindari temanmu?"
Aku menoleh sekilas kearah Yuan yang tengah menatapku dengan bingung.
"Bukan apa-apa"
"Kau tidak pandai berbohong, Nona"
"Diamlah. Aku masih marah padamu"
Yuan mengangguk. Dipikir-pikir, dia semakin bersikap formal dan kaku padaku. Padahal aku selalu berusaha untuk dekat dan terbuka padanya. Setidaknya aku memiliki seseorang yang benar-benar membuatku nyaman. Tidak tersekat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE ON (TWICE)
FanfictionBagaimana jika kita hidup dengan idola kita? Mengetahui segala yang mereka lakukan? Apa begitu menyenangkan seperti yang selama ini hanya ada di impian? "just for fun guys!"