. . . . .
"Jelasin semuanya. Aku gak mau mas bohong apa lagi nutupin sesuatu dari aku."
Diluar kamar masih ada kedua orangtua mereka, Taehyung tidak perduli lagi kalau suara mereka nanti terdengar sampai keluar dan terdengar.
Kalau sampai benar Jeongguk menutupi sesuatu darinya. Taehyung sangat merasa dibohongi. Mereka sudah menikah tapi kenapa Jeongguk masih belum bisa percaya dengan Taehyung?
Menutupi sesuatu bukannya sama saja Jeongguk belum percaya sepenuhnya.
"Kamu jangan emosi, mas gak mau kita bertengkar. Tenangin diri kamu dan mas cerita semuanya."
Jeongguk menuntun Taehyung duduk diatas ranjang mereka, memberi usapan di punggung Taehyung.
"Mas masih aja gak percaya sama aku?" ucapnya.
"Bukan gitu sayang. Mas takut kamu kecewa kalau sampai tau tentang ini."
Ditepisnya tangan Jeongguk yang mengusap punggungnya. Dengan Jeongguk yang nutupin sesuatu dan gak bisa jujur sepenuhnya itu bikin dia kecewa.
"Mas udah bikin aku kecewa sekarang."
"Taehyung," Jeongguk merubah posisinya, berlutut didepan Taehyung.
Jeongguk menjatuhkan keningnya diatas pangkuan Taehyung. Ibunya benar dia belum siap menjadi seorang ayah sejak dulu, dari awal dia belum siap tapi terlalu takut mengecewakan Taehyung jika suaminya tau.
"Jelasin mas."
Helaan nafas berat terdengar.
"Mas gak siap Taehyung, maaf."
"Dulu mas takut, mas gak mau punya anak dan itu salah satu alasan mas putus dengan Eunha. Sampai akhirnya mas ketemu kamu."
Taehyung setia mendengarkan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Jeongguk. Sangat terkejut tapi berusaha menenangkan diri.
Jeongguk yang dulu begitu semangat merencanakan keluarga kecil mereka ternyata orang yang tidak menginginkan malaikat kecil pelengkap keluarga mereka.
"Mas bodoh dan berpikir kalau mas punya pasangan laki-laki, mas gak perlu mikirin lagi soal anak dan keturunan. Akhirnya kamu jadi milik mas tapi rasa bersalah dari alasan bodoh itu muncul."
"Setelah itu mas selalu tegasin apapun yang kamu mau, walaupun hal yang paling aku benci sekalipun pasti aku berikan. Karena mas sayang kamu Taehyung, mas gak mau kamu ninggalin mas karena ini."
Jeongguk selesai mengeluarkan kalimat-kalimatnya dan sunyi beberapa saat. Taehyung tidak bisa berkata-kata mendengar sesuatu yang selama ini Jeongguk tutupi.
"Mas kamu bodoh."
"Iya, aku emang bodoh. Jadi Taehyung maafin mas yang bodoh ya?"
Taehyung memejamkan matanya. Hatinya tiba-tiba lega mendengar semua kejujuran Jeongguk. Walaupun sedikit tercubit karena kenyataannya salah satu diantara mereka belum siap memiliki anak.
"Tapi Taehyung, mas janji belajar jadi ayah yang─"
"Engga. Kita gak usah adopsi anak dulu, benar kata mama kita belum siap dan masih banyak yang kurang dari kita."
Dia mengusak surai kelam Jeongguk. Rasa kecewa Taehyung memang ada tapi dia menghargai kejujuran Jeongguk.
"Lagipula pasti mas masih mau berdua aja sama aku kan?"
"Iya. Mas belum siap berbagi kamu sama yang lain, mas belum bisa kamu bagi-bagi rasa sayang kamu."
Setidaknya mulai sekarang mereka harus saling percaya dan jujur. Dari sini pelajaran baru Jeongguk dan Taehyung kalau komunikasi dan kepercayaan adalah salah satu kunci berkeluarga.
. . . . .
Terimakasih sudah membaca
Cemara!ONNIGIRIE
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara
Fanfiction╱. KV Bagi Jeongguk keluarga adalah rumah, tempat seharusnya dia bisa pulang. Maka dari itu Jeongguk mengajak Taehyung berkeluarga karena, Taehyung adalah rumahnya.