Cerita masa lalu

3.2K 505 74
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



. . . . .



“Mama Adik bayi kapan keluarnya? Jeongguk mau main bersama Adik bayi!”

Pertanyaan itu diajukan untuk wanita anggun yang sedang duduk di kursi teras rumah bergaya Mid Century-Modern. Perutnya yang buncit menandakan bahwa wanita itu sedang mengandung. Wanita itu menyematkan senyum lembut di belah bibirnya. Tidak ada hal yang paling membahagiakan selain mendengar anak sulungnya yang setiap hari bertanya kapan jabang bayi dalam perutnya keluar─terlahir ke dunia ini, pertanyaan sederhana itu menandakan bahwa anak sulungnya begitu mencintai sang Adik yang masih berada dalam kandungan.

“Sebentar lagi Adik bayi bisa bermain bersama Jeongguk. Asal kamu rapihkan semua mainan yang ada di dalam, semuanya. Dari lego sampai robot-robotan milik Jeongguk.”

Raut merengut dilukiskan pada wajah kecil Jeongguk. Padahal dia ingin menunjukan semua mainannya kepada sang Adik yang belum lahir ke dunia itu. Jeongguk ingin membanggakan dirinya di depan perut buncit mama bahwa dirinya punya banyak mainan!

“Tidak mau. Jeongguk mau tunjukin kalau Jeongguk punya lego pemberian Papa karena kemarin sudah membantu Bibi tetangga menangkap Molly.”

Molly nama anjing ras Shi tzu milik tetangga sebelah rumah mereka yang sempat kabur dari rumah, dan Jeongguk berhasil membawa pulang Molly. Kemudian membanggakan dirinya di depan sang Papa. Dari situlah Jeongguk mendapat lego sebagai hadiah kebaikannya.

Wanita cantik─Nyonya Jeon─tersenyum mendengarnya. Jeongguk memang mereka manjakan karena anak itu anak pertama dari keluarga kecil Jeon, tapi karena sebentar lagi Jeongguk akan menjadi seorang kakak maka Jieun─nama Nyonya Jeon─mengurangi kebiasaannya yang selalu menuruti kemauan Jeongguk, dan belajar mendidik anaknya menjadi lebih mandiri.

“Adik bayi tidak mau main kalau Kakak Jeongguk malas merapihkan mainan, sisakan lego pemberian Papa dan sisanya kamu rapihkan, ya?”

“Oke.”

Bocah 12 tahun itu menuruti perintah mamanya. Jeongguk masuk ke dalam rumah, melangkahkan kakinya menuju ruang tengah yang banyak sekali mainan berserakan. Sudah seperti kapal yang terombang-ambing ombak pemandangan di depannya sekarang.

“Pantas Mama suka marah-marah,” gumamnya dan mulai memunguti satu-persatu mainan ke dalam box plastik.

Belum selesai merapihkan mainan Jeongguk sudah tertarik ke hal lain, yaitu bola kuning cerah yang diam di sudut tembok. Jeongguk ingat itu bola pemberian Papa karena hari ini dia sudah membantu mamanya minum susu kandungan.
Bisa dibilang Jieun dan suaminya─Jeon Dong Wook, nama papa Jeongguk─sangat berbeda. Jieun yang ingin merubah cara mendidik Jeongguk dengan tidak selalu menuruti keinginan anak itu berbeda drastis dengan Dongwook  yang masih memanjakan si Sulung. Tuan Jeon selalu memberi reward untuk Jeongguk jika anak itu melakukan hal baik, ataupun sesuatu yang mengharuskan Dongwook memberi hadiah untuk Jeongguk.

CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang