Namaku Airin

3.3K 509 71
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




. . . . .



Namaku Airin, hanya gadis biasa yang lahir di Kampung ini dan dengan keberanian diri merantau ke kota. Mencari pekerjaan di kota sangat berat, apalagi untuk orang yang hanya lulusan SMA sepertiku.

Tekanan, kekurangan biaya, dan rasa rindu rumah mendorong keinginanku kembali ke Kampung kelahiranku. Dalam pikiranku hanya tentang dapat pekerjaan dan menghidupkan diri sendiri, maka dari itu aku kembali ke Kampung mencari peruntungan yang lebih besar.

Hanya bekerja dan menghidupi diri sendiri, aku tidak terlalu memikirkan masalah percintaan yang rumit, yang hanya bisa membuatku gila saat patah hati.

Iya, itu pikiranku sebelum bertemu Mas Jeongguk. Katanya dia baru pindah belum lama di Kampung ini. Wajahnya tampan, tutur katanya lembut, aku merasakan dia pria terbaik yang pernah kulihat.

Iya itu juga pikiranku saat jatuh hati dengan Mas Jeongguk. Kenapa ya? Mudah sekali jatuh cinta, mudah sekali menyukai seseorang yang baru saja kita temui.

Dan juga mudah sekali dibuat patah hati.



"Airin? Kamu kenapa diem terus daritadi, biasanya ngoceh kayak beo," cetus bu RT yang asyik memisahkan daun katuk dengan batangnya.

Tersentak dengan pertanyaan bibinya. Airin tersenyum sekilas, lalu menggelengkan kepala tanda tidak ada apa-apa. Beda dengan raut wajahnya yang terlihat kusut.

"Tante, pernah patah hati?"

Ibu RT dibuat terkejut, dia menatap keponakannya sebentar dan tersenyum penuh makna seperti sudah mengetahui jawaban kenapa Airin berwajah kusut sejak pulang dari pasar tadi pagi.

"Pernah waktu ngejar Om kamu. Kenapa Rin? Kamu patah hati makanya pulang kampung?" tebaknya.


Airin kelabakan tanpa sebab, tangannya memetik asal daun-daun katuk itu.

"E─enggak kok! Cuma nanya aja. Lagipula alasan Airin pulang bukan karena itu," jawabnya setelah menenangkan gugupnya.

Ibu RT mengangguk paham, tidak berniat memaksa keponakannya bercerita jika anak itu belum mau. Kegiatan menyiangi sayur berlanjut lagi dengan Airin yang masih terbayang kejadian tadi pagi.

Mas Jeongguk ternyata bukan untuknya.

TOK! TOK!

"Ibu RT! Ini Yeonjie, bukaa pintunyaa!"

TOK! TOK!

Wanita paruh baya itu bangkit sambil menepuk dasternya yang penuh batangan katuk. Bergegas ke pintu masuk untuk membukakan pintu.

CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang