. . . . .
Taehyung gugup bukan main. Sekarang didepan matanya ada kedua orangtua Jeongguk, mertuanya.
Tinggal menunggu orangtuanya datang setelah itu Taehyung dan Jeongguk akan mengutarakan keinginan mereka, sekaligus meminta izin.
Awalnya Taehyung sangat percaya diri apalagi disampingnya ada sang suami yang selalu mendukung dirinya, tapi entah kenapa sekarang rasa gugup dan takut menghampiri Taehyung.
Jeongguk baru selesai rapih-rapih, mandi dan ganti pakaian. Melihat suami manisnya tegang dihadapan orangtuanya Jeongguk langsung mendudukan diri disamping Taehyung, menggenggam tangan suaminya dengan lembut.
"Kenapa dek? Kamu keliatan gugup," bisik Jeongguk.
Taehyung hanya geleng kepala, pikirannya berkecamuk. Bagaimana nanti respon kedua mertua dan orangtuanya, mereka terima atau tidak?
Mama Jeon sadar ada yang disembunyikan pasangan didepannya. Dia ingin menunggu sambil menyesap teh hijau hangat kesukaannya, bikinan sang menantu.
Ting! Tong!
Bel rumah berbunyi, tanda ada tamu yang tidak lain orangtua Taehyung.
Taehyung ingin membukakan pintu tapi Jeongguk lebih dulu gerak menyambut orangtuanya. Selang beberapa menit pasangan suami istri yang wajahnya mirip dengan Taehyung bergabung di ruang tengah.
"Apa kabar mba Jieun?" sapa bunda Kim.
Wanita anggun bersurai hitam panjang itu menjawab dengan anggukan, "Baik mba, suami saya aja yang kurang enak badan tapi maksa mau ketemu menantu kesayangan."
"Ih si mama malah dibongkar," sahut papa Jeon.
Jieun tersenyum melihat suaminya merajuk. Kalau dilihat-lihat papa Jeon lebih manja dibanding dengan Jieun yang terlihat dewasa dan anggun.
"Ekhem. Jadi ada apa ini kita semua disuruh kumpul?" tanya ayah Kim.
Taehyung yang tadinya sudah lebih tenang dan santai mendadak kaku mendengar pertanyaannya ayahnya.
Untung saja Jeongguk peka.
"Jeongguk dan Taehyung mau adopsi anak mah."
Jeongguk yang bicara, jantung Taehyung yang rasanya ingin melompat keluar dari tempatnya.
Bunda dan Ayah Kim menghela nafas entah untuk apa, beda dengan Mama dan Papa Jeon yang wajahnya berubah dingin tanpa alasan.
"Kalian yakin?" tanya Bunda Kim.
Pertanyaan sederhana Bunda Kim menyinggung Jeongguk.
Apa dia yakin ingin memiliki anak? Secepat ini?
Apa dia bahagia? Sedangkan memiliki Taehyung saja Jeongguk menjadi manusia paling bahagia sekarang.
Yang terpenting, apa Jeongguk siap menjadi sosok ayah yang baik untuk anaknya nanti?
Dia tidak yakin. Semua ini demi Taehyung, asal suaminya bahagia apapun Jeongguk lakukan.
Walaupun sesuatu yang dia tidak suka sekalipun.
"Jeongguk. Ikut mama."
Wanita anggun itu bangun dari duduknya. Jeongguk tersenyum menenangkan Taehyung dan mengikuti ibunya.
Taehyung duduk cemas, tapi karena ada sang bunda disana yang menjadi sosok penenang dia jadi sedikit lebih rileks dari sebelumnya.
"Tenang saja Taehyung, mama Jieun hanya ingin berbicara antara ibu dan anak."
Itu kata bundanya.
. . . . .
"Jeongguk. Mama gak setuju."
Tamparan tak kasat mata mengenai pikiran Jeongguk. Menyadarkan bahwa selama ini masih ada orang yang mengerti dan tau semua tentang dirinya.
"Mah," suara Jeongguk memohon.
Wanita anggun didepannya masih memasang wajah tanpa ekspresi. Wajah yang selalu diperlihatkan ketika ibunya marah.
"Mau sampai kapan Jeongguk? Sampai kapan kamu diam seperti ini?"
Tidak bisa menjawab, Jeongguk memalingkan wajahnya. Menatap kaca yang menembus pemandangan halaman belakang di sore hari.
"Kamu bukan anak remaja lagi, bukan orang dewasa lajang. Kamu sudah menikah, punya suami yang harus kamu tanggung."
"Sekarang jawab pertanyaan mama, kenapa kamu gak bilang ke Taehyung?"
Jeongguk menatap balik tepat di mata ibunya.
"Aku cuma mau Tae bahagia mah, apapun aku lakuin supaya Taehyung bahagia sama aku." begitu frustasi Jeongguk mengucapkan semua kalimat itu.
"Mama tau, aku takut Taehyung ninggalin aku, aku takut Taehyung gak bahagia karena impiannya dari dulu hancur gitu aja karena aku egois."
"Dasar anak bodoh."
"Kalian pasangan, kalau kalian ingin adopsi anak bukan hanya Taehyung saja yang harus memberi kasih sayang tapi kamu juga Jeongguk," nada mama Kim berubah lembut.
"Kamu bisa? Kamu siap menjadi sosok ayah? Ingat ini keluarga kecil kamu dan Taehyung, kalau hanya Taehyung yang bahagia dan siap tapi kamu merasa kurang apa bisa disebut keluarga? Pernikahan?"
Tarikan dari ibunya menarik Jeongguk kedalam dekapan hangat sosok ibu yang selama ini Jeongguk rindukan. Pernikahan tidak semudah itu, membangun keluarga jauh lebih berat.
"Ingat juga mimpi yang kalian sudah capai. Kalian dokter, banyak waktu yang kalian habiskan diluar rumah. Kalau begitu bagaimana nasib anak kalian nanti?" bisik mama Kim.
"Mah, maaf."
Jieun memberi usapan dipunggung lebar sang anak.
"Minta maaf ke Taehyung. Kamu sama aja udah bohongin dia."
Jeongguk merasa bersalah, semua hal remeh yang dia tutupi menjadi masalah sekarang. Kalau sampai Taehyung tau apa dia akan kecewa?
"Ada saatnya kalian memiliki anak nanti. Saat kalian berdua benar-benar mengerti dan siap."
Jieun melepaskan pelukannya, menggenggam tangan sang anak untuk kembali bergabung bersama yang lain diruang tengah.
Tepat saat melewat lemari tinggi berwarna putih, pasangan ibu dan anak itu melihat Taehyung berdiri kaku menatap lantai.
Mata Taehyung terangkat menatap Jeongguk, suaminya.
"Mas, jelasin semuanya."
. . . . .
Terimakasih sudah membaca
Cemara!ONNIGIRIE
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara
Fanfiction╱. KV Bagi Jeongguk keluarga adalah rumah, tempat seharusnya dia bisa pulang. Maka dari itu Jeongguk mengajak Taehyung berkeluarga karena, Taehyung adalah rumahnya.