. . . . .
Taehyung selalu bersyukur, kehidupannya sejak kecil bergelimang kebahagiaan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Setelah mendengar Samudra bercerita, bagaimana cara dua bersaudara itu hidup, membuat Taehyung merasa tertampar.“Sekarang, kamu nggak tau dimana ibu dan ayah kamu, Sam?” tanya Taehyung pada remaja di depannya.
Samudra menggelengkan kepala, menjawab pertanyaan Taehyung. “Sejak saya umur 14 tahun, mereka sudah lepas tangan. Tidak mau mengurusi saya dan Kasa.”
Dua tahun Samudra menanggung beban hidupnya sendirian, merawat sang adik dengan bekerja serabutan. Contohnya, seperti saat itu di acara pertunangan Jimin. Samudra diajak salah satu tetangga di tempatnya tinggal. Membantu sebagai pelayan.
Dua tahun sudah kedua orang tuanya pergi, meninggalkan kedua buah hati mereka dengan alasan ‘tidak mampu lagi’. Ibu dan ayah mereka memilih berpisah, juga meninggalkan Samudra dan Angkasa di rumah kecil mereka. Demi uang dan kebebasan, dua orang yang membuat kakak beradik itu lahir ke dunia, melepas tanggung jawab atas anak-anaknya.
Iris mata itu menatap nanar. Taehyung bisa membayangkan, Samudra yang bekerja keras untuk Angkasa. Berusaha sebisa mungkin membuat perut adiknya terisi nutrisi yang cukup.
Tapi apa yang terjadi? Angkasa terserang maag. Sebab pola makan anak tersebut yang bisa dibilang tidak beraturan. Angkasa mengaku, dia sering melewatkan makan malam. Di saat Samudra belum menunjukan kehadirannya di rumah kecil mereka, Angkasa tidak menyentuh sedikitpun bungkusan nasi yang Samudra tinggalkan sebelum berangkat mencari sesuap nasi lainnya.
Mengingat bagaimana cara mereka bertemu, Taehyung bertanya kembali. “Kalian habis ini mau kemana?” sambil melirik tas di punggung dan pelukan Samudra.
“Cari tempat yang aman, buat saya dan Kasa tidur.”
“Samㅡ” Taehyung kehilangan kata-kata.
Di lorong rumah sakit yang sepi. Jam enam pagi yang dingin. Taehyung merengkuh Samudra, menyalurkan rasa hangat pada remaja yang tubuhnya hanya dibalut kaus tipis dan lusuh.
“Sam, kamu lelah?” pertanyaan retoris Taehyung lontarkan.
Jelas, Samudra lelah. Dia ingin memejamkan matanya untuk beberapa saat, atau kalau bisa untuk selamanya. Dia terlalu letih menjalani takdir yang terlalu menguji.
Namun, masih ada Angkasa. Kalau bukan karena adiknya, Samudra memilih menyerah pada hidup.
Tanpa sadar Samudra menyandarkan diri pada Taehyung. “Saya lelah, tapi masih ada Kasa. Dia butuh saya, dia harus bahagia.”
“Kamu juga harus bahagia, Sam. adik kamu enggak mau bahagia sendirian, sementara kakaknya seperti ini.”
Ya, benar. Samudra harus bahagia, walaupun hanya sementara. Dalam rengkuhan Taehyung, dia bisa merasakan ‘kehangatan’ yang selama ini dicarinya. Itu membuat Samudra bahagia dan tanpa sadar bibirnya terangkat. Senyuman Samudra terukir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemara
Fanfiction╱. KV Bagi Jeongguk keluarga adalah rumah, tempat seharusnya dia bisa pulang. Maka dari itu Jeongguk mengajak Taehyung berkeluarga karena, Taehyung adalah rumahnya.