Jimin

3.5K 493 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




. . . . .




Kalau boleh Jeongguk milih siapa orang yang hari ini menjadi penyebab mood-nya jelek maka dengan suara keras atau teriak dari atas gedung Rumah Sakit sekalipun, nama Park Jimin yang akan dikeluarkan.

Tambah menyebalkan lagi sekarang manusia bernama Park Jimin itu sekarang duduk di depannya, cengiran aneh terus dipasang di wajah tampannya.

"Gimana? Enak berbuat mesum pagi-pagi?" tanyanya.

"Berisik."

Jimin tertawa lebar sampai dia jatuh dari duduknya ke lantai. Kebiasaan Jimin kalau ketawa suka berlebihan, entah itu jungkir balik atau tersungkur dari kursi.

"Aduh humorku."

Jeongguk mendengus, "Kau ini gak punya kerjaan pagi pagi sudah nampang di depan wajahku?"

"Ada sebenarnya. Kerjaanku setiap pagi ketemu Taehyung lalu sarapan bersama," kata Jimin.

"Jimin kau berubah profesi dari Dokter jadi perebut laki orang?"

Jeongguk berdiri dari duduknya, dia lupa pakai jas. Bangun untuk memakai jas yang terlihat pas di badan Jeongguk, tidak kaget lagi kalau kalian bertanya pada Suster perempuan atau Dokter perempuan disini siapa Dokter pria yang mendapat gelar Dokter terpanas di Rumah Sakit ini.

Sudah pasti jawabannya Jim─maaf maksudnya sudah pasti Jeon Jeongguk.

Berkeliaran dengan kemeja yang terlihat ketat di dada bidangnya dan dibalut jas Dokter berwarna putih. Coba kalian bayangkan saja sendiri seberapa panas Dokter Jeon ini.

"Mau kemana kau?" tanya Jimin.

"Mengunjungi suami manisku, kenapa kau mau ikut?"

Jimin tentu saja langsung bangun dari duduknya. Sudah hampir sebulan Jimin tidak bertemu mantan pacarnya. Ya Taehyung mantan pacar Jimin sewaktu mereka SMA selama tiga tahun lalu putus karena Jimin tidak bisa menjalankan hubungan jarak jauh. Taehyung dan Jimin berpisah saat kuliah, beda kota dan beda kampus.

Kekanakan sekali kalau menurut Jimin di masa sekarang. Padahal dia bisa saja bertemu disela-sela waktu luang mereka kuliah, tapi namanya masih belum dewasa jadi belum bisa berpikir jauh. Ujungnya juga Jimin menyesal.

Bertemu lagi dan satu tempat kerja dengan mantan pacar terindahnya, Jimin tadinya mau mendekati Taehyung lagi tapi ternyata sudah kalah start dari seseorang yang sekarang menjadi suami Taehyung.

Cerita-cerita masa lalu Jimin yang penuh penyesalan, mereka sudah sampai di depan ruangan Taehyung.

"Kau diam disini jangan ikut masuk," kata Jeongguk.

Jimin mana mau nurut, "Enak aja, aku juga mau ketemu Taehyung."

"Aku mau berbicara berdua dengan Taehyung-ku."

Jimin menyeringai, "Bicara berdua atau berbuat mesum?"

"Ingat Gguk kalian berada di Rumah Sakit. Jadi tolong dengan sangat tahan hormonmu," lanjut Jimin.

Dan hargai juga hati kecil dan rapuh Jimin yang iri, dengki, dan juga cemburu melihat kalian bermesraan atau berbuat mesum seperti di mobil tadi.

"Bilang saja kau iri, dasar jomblo. Buat apa wajah tampanmu itu kalau tidak laku-laku?" sarkas Jeongguk.

Jimin baru saja mau membalas ucapan Jeongguk tapi pintu ruangan Taehyung terbuka lebar. Bukan Taehyung yang keluar melainkan pasien Ibu dan anak.

Jimin dan Jeongguk yang tadinya masang wajah mau perang langsung berubah memasang senyum terbaik mereka. Si ibu anak itu tersenyum malu sepertinya disenyumi dua Dokter panas di Rumah sakit ini.

"Kalian berdua?" suara Taehyung terdengar dari dalam.

Jeongguk masuk ke dalam ruangan Taehyung lebih cepat sebelum Jimin mendahuluinya.

"Mas? Kenapa kesini?" tanya Taehyung bingung.

"Mas kangen sama kam─"

"Selamat pagi mantan pacar."

Jimin sialan. Tolong pegang tangan Jeongguk sebelum dia melempar Jimin dengan perosotan mini berbahan plastik yang ada di ruangan Taehyung.

Taehyung senyum tipis, "Pagi mas Jimin."

"Aduh makin manis aja kalau udah jadi man─hmph!"

Jimin dibekep Jeongguk.

"Ayo mas Jimin keluar sebelum aku pendekin badanmu," kata Jeongguk.

Jeongguk menarik Jimin dan mendorongnya keluar dari ruangan Taehyung. Tidak lupa menutup pintu sebelum Jimin menerobos masuk.

"Mas? Kenapa mas Jimin dikeluarin?"

Jeongguk berbalik menghadap Taehyung, "Biar gak ada yang ganggu kita."

Taehyung tertawa kecil. Melepas kacamata bulatnya dan memijit kecil keningnya, baru masuk saja pasien sudah banyak dan Taehyung juga masih terbawa suasana cuti dua minggunya.

"Mau mas pijitin dek?" tawar Jeongguk.

Dia mendudukan dirinya di depan Taehyung.

"Gak usah mas cuma pening sedikit aja. Mas kenapa kesini? Emang gak ada pasien?" tanya Taehyung.

Jeongguk menggeleng. Tangannya meraih tangan Taehyung yang berada diatas meja, dielusnya punggung tangan Taehyung dan diremas pelan.

"Semangat ya sayang."

"Apasih mas alay!"

"Lho emang gak boleh semangatin suami sendiri?" tanya Jeongguk.

Taehyung tidak jawab, dia menjatuhnya keningnya diantara genggaman mereka. Jeongguk tau suaminya kelelahan. Tangan besar Jeongguk memberi usapan lembut di rambut coklat gelap Taehyung.

Memajukan badannya lebih dekat dengan kepala Taehyung yang menunduk. Jeongguk mencium rambut suaminya dan menghirup wangi shampoo yang Taehyung pakai.





Di dalam ruangan Taehyung sedang penuh dengan warna merah mudah, sedangkan di depan ruangan Taehyung ada Jimin yang bertatap muka dengan mantan Jeongguk yang susah move on.

"Dokter Jimin? Sedang apa disini?" tanya perempuan berambut sebahu itu.

Jimin tersenyum sopan, senyum yang biasa dia berikan saat bertemu pasien.

"Nunggu Taehyung."

Eunha terlihat bingung dengan jawaban aneh Jimin.

"Tidak masuk?"

"Dokter Eunha sendiri ada urusan apa keruangan Taehyung?"

Eunha menunjukan berkas di tangannya, "Mau kasih laporan buat Dokter Taehyung."

Jimin mengangguk di dalam otaknya muncul ide bagus. Ide untuk sedikit menjahili perempuan di depannya.

"Kalo gitu kita masuk bersama saja."

Eunha semakin bingung saat Jimin mendorong bahunya kearah pintu ruangan Taehyung. Dibuka pintu ruangan milik Dokter Taehyung, dan mendapati sesuatu yang tidak pantas dilihat oleh orang tanpa pasangan seperti mereka berdua.


Jeongguk sedang menangkup wajah Taehyung dan mengecup keningnya.


Itu ditonton oleh dua manusia yang mematung di depan pintu dengan ekspresi wajah berbeda.



. . . . .




Terimakasih sudah membaca
Cemara!


ONNIGIRIE

CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang