Chapter 7

17.4K 1.6K 135
                                    

Perlahan mata itu terbuka, sedikit meringis kala rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Matanya menatap sekelilingnya, dan ternyata hari sudah berganti malam. Ingatnya berjalan mundur tentang kejadian sebelum dia pingsang hingga kehilangan kesadarannya. Dirinya mencoba berdiri dengan sekuat tenaga. Berpegangan pada apa saja yang dapat membantunya untuk bangkit. Penampilannya sangat kacau, wajahnya penuh dengan luka, seluruh tubuhnya bahkan mati rasa, dia yakin luka di wajahnya akan terinfeksi. Kakinya dia langkahkan untuk pergi dari tempat itu. Melangkah keluar dari area sekolah. Dia yakin tak ada satu pun seseorang yang berada di sekolahnya, mengingat hari sudah berganti malam. Langkah terseok-seok akibat tubuhnya yang benar-benar terasa sakit. Hingga kakinya membawanya tepat di sebuah jalan yang agak jauh dari sekolahnya, mencoba untuk kuat agar sampai ke panti.

Dari kejauhan sebuah mobil nampak melaju dengan kecepatan sedang, seorang namja di dalam mobil sedikit mengernyit melihat seorang pemuda berjalan dengan langkah terseok-seok. Matanya membulat kala pemuda itu terjatuh, reflek namja itu menginjak remnya dan berjalan keluar untuk memastikan keadaan pemuda itu.

"Astaga. Keadaannya kacau sekali". Gumamnya

"Bagaimana ini? Apa aku bawa saja dia kerumah? Ah baiklah". Namja itu menggendong tubuh Jeongguk masuk ke dalam mobilnya, dan mobil itu melaju.

.
.

"Ommo. Siapa yang kau bawa itu sayang". Tanya seorang wanita paruh baya saat melihat sang putera menggendong seseorang.

"Aku tak tahu eomma, tadi aku melihatnya pingsan di jalan, aku tak tahu harus membawanya kemana, jadi kuputuskan membawanya ke rumah". Jelas namja itu

"Bawalah dia ke kamar tamu". Perintah wanita itu, namja yang menggendong Jeongguk pun membawanya ke tempat di mana sang eomma tadi katakan. Perlahan tubuh itu dia letakkan di kasur, sedikit meringis kala melihat luka di wajah Jeongguk.

"Aku yakin seseorang pasti memukulimu". Gumamnya dengan menatap wajah Jeongguk

Ceklek

Suara pintu terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya yang membawa sebaskom air dan sebuah handuk.

"Biarkan eomma mengobatinya". Ujar wanita itu, sang putera memberi jalan untuk sang eomma agar mendekati Jeongguk

"Lukanya sangat banyak, aku rasa dia habis di pukuli eomma". Ucap namja itu

"Dia menggunakan seragam, berarti dia masih bersekolah". Ucap wanita itu

"Aku tadi menemukannya di dekat sebuah sekolah, kurasa dia bersekolah di sana". Jawab sang putera

"Jeon Jeongguk". Gumam wanita itu saat melihat name tag di baju Jeongguk

"Apakah itu namanya?". Tanya sang putera

"Di seragamnya tertulis begitu, berarti itu namanya". Jawab sang eomma, dia sungguh kesal dengan sang putera, sudah tahu itu namanya tapi masih bertanya.

"Kau besok pergilah ke sekolah itu, mungkin dia bersekolah disana. Lalu kau minta informasi pada pihak kepala sekolah tentang murid bernama Jeon Jeongguk, lalu kau minta alamat. Setelah itu kau datangi rumahnya, kau bilang jika dia berada di sini". Ucap wanita itu

"Ne besok aku akan kesana". Jawab sang putera

.
.

Jeongguk membuka matanya, dahinya mengernyit saat dirinya menyadari tempat asing itu. Mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggung pada kepala ranjang. Melihat tubuhnya yang sudah terbalut piyama tidur. Seingatnya tadi malam dia masih menggunakan seragam sekolahnya. Matanya terus menatap sekelilingnya, dia sungguh tak tahu berada dimana dirinya sekarang.

Mianhe [Vkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang