Koridor yang biasa Acha dengar banyak hentakan dan langkah kaki di sekitarannya, tetapi untuk hari ini tidak. Acha dan Sastria pagi-pagi sekali sudah datang ke sekolah, ini sebenarnya merupakan hal yang paling perdana untuk seorang Acha. Biasanya Ia akan datang ke sekolah lima menit atau sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Dan ini adalah hal yang sudah biasa untuk Sastria lalukan datang di pagi hari sejak dulu. Karena Acha telah bersekolah dengannya, akhir-akhir ini ia harus mengikuti jam ke berangkatan Acha ke sekolah.
Acha yang masih mengantuk, ia mengikuti langkah Sastria dari belakang dengan jalan lesu. Acha dan Sastria sudah berada di kelas XII IPA 2, kelas Sastria. Acha meletakkan terlebih dahulu tasnya di atas meja yang paling depan di dekat pintu. Tas yang membuat ia keberatan sekali untuk membawanya kemana-mana, Padahal isi tas itu hanya ada satu buku, satu pena, dan hpnya saja. Tetapi itu tetap menurut Acha isi tas itu sangatlah berat rasanya.
Acha berjalan dari meja ke meja untuk membantu Sastria mencari komik punya Sastria yang hilang. Siapa tahu ada orang yang menyembunyikan di laci mereka, atau Sastria lupa kalau ia menaruk komiknya di dalam lacinya atau juga meminjamkan kepada orang lain.
"Gimana, Cha?" Acha menongolkan kepalanya dan menggeleng di sela-sela meja di depannya. Agar Sastria bisa melihatnya.
Acha memutuskan untuk berjongkok lagi, ia melihat sesuatu yang aneh di salah satu meja teman sekelas Sastria. Seperti sebuah tumpukan foto di dalam laci itu.
Tapi ada beberapa teman sekelas Sastria datang, tangan Acha yang sudah masuk setengah ke dalam laci, ia keluarkan kembali dan berjalan jongkok ke meja sebelahnya.
Acha yang sudah selesai memeriksa meja bagiannya. Acha melihat Sastria yang sedang berbicara dengan teman sekelasnya. Jam enam lebih lima menit mencari komik di sejuru sekolah dan menanyakan dengan siswa-siswi di sana apakah mereka melihat komik sastria atau meminjamnya? Membuat Acha mendengus kasar.
Tiba mencari komiknya semangat minta ampun, tiba minta bantuan mangernya minta ampu. Dasar Aya, gumam Acha. Ia duduk di salah satu bangku di kelas Sastria. Acha membiarkan Sastria saja yang bertanya dengan teman-temannya. Lagipun Acha di sini hanya anak baru, dan ia tidak tahu juga siapa-siapa saja yang Sastria temui kemaren.
Chiko yang berdiri di ambang pintu melihat Acha duduk dengan anteng di kelasnya. Sastria yang bingung mau bertanya ke siapa lagi, ia membalikan badan dan melihat Chiko berdiri dengan tatapan serius. Sastria mengikuti arah pandang Chiko.
Acha? Sastria terkejut, ia menutupi mulutnya dengan tangannya. Ia mengejar Chiko yang sudah berjalan masuk ke dalam kelasnya. Sastria lupa sesuatu tentang peraturan di kelasnya.
Chiko yang melihat di atas mejanya ada tas seseorang yang terlihat asing di matanya. Masa bodo dengan itu Chiko mengambil tas itu dan membuang ke sembarang arah tanpa bertanya terlebih dahulu itu punya siapa. Acha yang masih berada di kelas melihat kuku jarinya, ia terkejut mendengar suara bantingan barang di kelas itu, ternyata tasnya yang di buang sembarangan oleh seorang cowok. Sastria yang melihat kejadian pertengkaran Acha dan Chiko di dalam kelas, ia hanya bisa mengeruti kebodohannya, karena dirinya Acha mendapatkan masalah besar.
"Eh lo," ucap Acha menunjuk-nunjuk Chiko dengan telunjuknya. Acha berjalan mengambil tasnya yang sudah tergeletak di lantai.
"Apa maksud lo buang-buang tas gue kayak gitu?" tanya Acha mengangkat tinggi-tinggi tasnya di depan Chiko.
"Oh itu tas lo? Sorry," ucap Chiko tanpa melihat ke arah Acha.
"Anjir ya lo. Mudah kali lo bilang kata maaf." Acha maju selangkah, ia benar-benar tidak suka dengar cara bicara cowok di hadapannya ini. Benar-benar songong, angkuh, dan sombong sekali.
"Gue nggak bilang kata maaf, tapi gue bilang sorry." Chiko melipat tangannya di depan dadanya. Wajar ia belagak demikian, itu adalah kelasnya, dan wilayahnya. Jadi buat apa dia harus takut dengan seorang siswi di sekolah ini, apalagi dia anak baru.
"Sama aja itu,..." ucap Acha terhenti saat telunjuk cowok itu berada di depan mulutnya.
"Eits. Lo anak baru kan? Dan kayaknya lo buka dari kelas ini juga?" Acha bungkam, ia menyingkarkan telunjuk Chiko dari depan mulutnya.
"Wewewe. Sorry, Ko. Dia teman gue." Datang Sastria menarik tangan Acha untuk berada di belakangnya.
"Lo lupa dengan peraturan sekolah ini dan kelas ini?" tanya Chiko tidak terima melihat kedatangan Sastria di tengah-tengah pertengkarannya.
"Gue nggak lupa. Gue cuman sibuk nyari komik gue yang hilang," ujar Sastria dengan agak terbatah-batah. Ia takut sebenarnya berhadapan dengan Chiko. Apalagi jika nanti berujung dengan tumbukan, dan itu juga salah dirinya yang membawa Acha ke dalam kelasnya.
"Sepenting itu komik yang hilang daripada tanggung jawab lo?"
"Gue kan udah minta maaf, Ko," ucap Sastria melangkah lebih dekat ke Chiko. Sastria sebenarnya menahan emosi, ia juga tidak suka dengan cara bicara Chiko dengan orang di hadapannya.
"Kata sorry tidak di ajurkan untuk permintaan maaf yang tulus." Sastria yang malas berdebat dengan chiko, ia membawa Acha pergi dari sana.
"Eits, tunggu." Acha dan Sastria memberhentikan langkahnya. "lo kena denda lima puluh ribu," ucap Chiko dengan Acha. "dan kasih tahu sama teman lo untuk bawa lo jumpa dengan ketua Osis di sini. Supaya lo tahu peraturan di sekolah ini. Dan tidak seenak jidat lo melakukan sesuatu di sini," lanjut Chiko. Acha dan Sastria saling pandang. Sastria menarik Acha untuk pergi dari kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Teen Fiction'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...