LOLIPOP 15 ✔️

55 14 0
                                    

Sastria dan Acha saling diam, sudah 10 menit mereka hanya di hiasi dengan keheningan di dalam mobil. Mereka sama-sama tidak mau turun, Sastria yang takut kalau nanti ia membuat Bundanya khawatir, apalagi Acha ia hanya ikut-ikutan karena Sastria tidak mau turun.

Tidak ada yang memulai berbicara, Acha yang fokus mandang ke depan, dan Sastria yang sedari tadi melihat ke arah Acha yang setia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Masih sakit?" Tangan Sastria mencoba menggapai pipi Acha.

"Tidak, cuman perih aja," jawab Acha yang masih arah pandangnya ke depan. Sastria mengarahkan wajah Acha ke arahnya. Sastria mengusap pipi Acha.

"Aku obati ya." Acha terdiam mengamati wajah Sastria yang tersenyum manis ke arahnya.

***

Selesai mengobati luka Sastria dan juga luka dirinya di apotek semalam. Besoknya Acha pergi untuk menjumpai ketua Osis SMA Dharma. Karena Sastria tidak masuk sekolah hari, itu membuat Acha bisa melancarkan Aksinya dan tidak ada penghalang nantinya. Dengan bantuan dari Fahri and the genk, bisa dengan mudah untuk Acha ketemu dengan ketua Osis SMA Dharma yang kata siswa-siswi di sini untuk berjumpa dengannya susah. Acha yang mendengar itu merasa jiwanya tertantang sekali.

"Sepenting dan sekeren apa sih tu ketua Osis? Baru juga jadi ketua Osis, belum juga jadi presiden," ujar Acha menelusuri koridor sekolahannya.

Chiko yang baru tiba di sekolah. Mendapat laporan dari anggota osis lainnya kalau ada kejadian bullying di halaman belakang sekolah.

"Kasih tahu gue, siapa ketua osis kalian?" tanya Acha mengangkat tinggi-tinggi dagu siswi yang terduduk ketakutan di depannya.

Fahri and the genk, sebenarnya bingung dengan cara Acha untuk mendapatkan informasi keberadaan ketua osis SMA Dharma. Mereka hanya berdiri di belakang Acha untuk berjaga-jaga.

"Kenapa Acha nggak nanya ke kita?" Fahri mengedik bahunya. Ia pun tidak tahu apa-apa. Tetapi mereka juga menikmati ini, sudah lama tidak ada kejadian seperti ini di sekolah mereka.

"Stop!" ucap Chiko datang tepat waktu. Ampir saja cewek yang jadi korban bullying Acha di tampar oleh Acha. Acha memandang sinis kepada Chiko.

"Mau apa lo? Gue nggak ada urusannya sama lo." Acha kembali fokus dengan siswi di hadapannya. Fahri and the genk tetap diam di sana. Mereka tidak takut dengan kedatangan Chiko atau siapapun nantinya. Mereka akan melakukan sesuatu sesuai perintah Acha terlebih dahulu, karena ini adalah ide Acha dan Acha yang memimpin.

"Lo nyari ketua osis kan? Ikut gue." Acha melihat ke belakang, Fahri memberi kode untuk ikut cowok itu.

"Kalian urus ni cewek."

***

Acha berjalan di belakang Chiko, Acha berhenti karena Ia melihat Chiko berhenti di depan pintu berwarna putih itu.

"Masuk!" perintah Chiko menyuruh Acha untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. "dia ada di dalam," lanjut Chiko. Achapun ikut apa kata cowok itu, ia memegang ganggang pintu dan melangkah masuk ke dalam. Chiko pun yang berada di belakang Acha ikut masuk ke dalam.

"Mana dia?" tanya Acha mengeledah pandangannya ke sejuru ruangan itu.

"Orang yang lo cari. Itu gue." Acha membalikan badannya, terkejut dan tidak percaya dengan ucapan Chiko. Acha ingin ketawa, tetapi melihat mimik wajah Chiko yang serius ia undur dan akan ikut serius juga.

"Ada apa lo nyari gue?" Chiko memajukan langkahnya ke arah Acha. Entah mengapa tiba-tiba Acha merasa ketakutan. Ia seperti di jebak oleh cowok ini. Acha berjalan mundur sesuai dengan langkah cowok itu maju ke arahnya.

Acha masih diam, pantes waktu itu Chiko menceramahi dirinya untuk mengenal semua peraturan di sekolah ini. Tetapi Acha juga dengan bodohnya, tidak menyadari itu semua kalau orang yang Acha cari itu selalu ada di dekatnya dan orang yang selalu cari ribut juga dengannya. Kini Acha sudah berada di sudut ruangan, ia bingung gimana caranya kabur dari sana. Sisi kiri dan kanannya dinding dan di depannya Chiko.

Padahal rencananya ia ingin menyudutkan Chiko oleh kata-katanya. Tetapi entah kenapa malah dirinya yang kenak di sudutkan. Sial!

"Bisa takut juga lo." Chiko yang melihat wajah Acha sedikit pucat. Ia punya ide, mungkin dengan cara ini bisa membuat Acha jera.

Chiko mendekat dan meletakkan tangannya di dinding sisi kanan dan kiri Acha, yang membuat Acha terkejut karena mereka terlalu dekat. Semakin dekatnya, Acha yang masih diam mencium bau mint dari napas Chiko. Acha memejamkan matanya, ia mengerutu dirinya sendiri dalam hati, ini benar-benar keluar dari jalur misinya. Dan ia terjebak juga oleh rencananya sendiri. Acha berdoa semoga ada yang menyelamati dirinya dalam situasi seperti ini.

Ih, dasar ketua osis mesum. Sana dong jauj-jauh dari gue. Di hati gue udah ada Aya ni. Ntar hati gue luluh lagi sama lo, bisa ambyar, batin Acha.

Brak...

Suara bantingan pintu terdengar dengan kuat. Chiko dan Acha melihat seorang siswi diambang pintu dengan posisi ketakutan. Ia takut dengan cara pandang Chiko ke arahnya yang terlalu tajam.

"Maaf kak. Aku kira tidak ada orang," ucap siswi itu. Langsung menundukkan kepalanya.

Acha yang merasa itu adalah cela untuk dirinya kabur darisana. Dengan gerakan perlahan ia bergeser dari posisi awalnya dan lagipun Chiko masih memandang siswi itu. Sudah lumayan jauh posisinya dengan Chiko, Acha berlari keluar ruangan itu tak lupa ia menepuk bahu siswi itu dan mengucapkan terimakasih.

LOLIPOP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang