Malam hari tidak seperti biasanya keluarga Acha bisa seharmoni seperti ini. Sementara ada seseorang yang mengitip dari cela cela tembok yang mengarah ke dapur langsung, dia Bi Nah. Bi Nah selama ada Rachel ia tidak boleh keluar dengan Akbar. Akbar juga takut kalau Rachel mengetahui ada pembantu di rumah ini sakitnya akan kambuh lagi, dan dia tidak mau itu terjadi.
Acha memakan makanan yang di masak oleh Rachel tadi dengan lahap. Rachel memasakkan diri untuk bergerak, padahal ia merasakan tubuhnya belum fit seutuhnya. Tapi menurutnya jika dia tetap berbaring di tempat tidur, bisa saja ia akan bertambah sakit dan itu bisa mengakibatkan ia melantarkan keluarganya begitu saja.
Rachel yang melihat Acha nambah terus, ia antara merasakan senang dan sedih. Rachel senang karena masakannya habis, tapi ia juga sedih karena biasanya seperti ini Acha menyimpankan sebuah masalah dari nya. Karena menurutnya firasat seorang ibu pasti tidak akan pernah salah.
Selesai memberes semua piring kosong, Rachel menyempatkan dirinya untuk pergi ke kamar Acha. Sudah ia tidak berbicara dengan anak degilnya itu.
Rachel mengetuk pintu kamar Acha, tetapi si pemilik belum ada suaranya untuk dirinya masuk ke dalam. Rachel membuka pelan pintu kamar Acha, ia mendorong pintu itu dan menampakkan suasana gelap di kamar itu. Rachel juga melihat Acha berdiri di balkon yang menikmati angin malam.
"Cha," panggil Rachel kepada Acha. Acha terkejut melihat Rachel ada di kamarnya.
"Kenapa, Ma?"
"Kamu ngapain malam-malam gini di luar. Nanti masuk angin loh. Mending kamu tidur, ini udah jam sepulah Acha."
"Bentar lagi Ma Acha tidurnya. Masih belum ngantuk."
"Sini tidur di pangkuan Mama," ucap Rachel menepuk pahanya. Achapun masuk ke kamarnya, dan tak lupa menutup jendela kamarnya. Acha membaringkan kepalanya di pangkuan Rachel. Rachel mengelus-elus rambut Acha agar Acha tertidur.
Bagaimanapun Acha menyembunyikan kesedihannya pasti dengan seorang ibu bisa merasakan itu. Acha masih ragu untuk menceritakan masalahnya atau tidak. Karena Acha takut mamanya bisa ngedrop lagi mendengar ceritanya yang hampir di berhentikan dari sekolahnya.
Selama pikir pandai yang dihiasi dengan suasana hening di kamar itu. Achapun memutuskan tetap diam, ia akan memejamkan matanya dan berharap semoga masalah-masalah ini tidak semakin parah dan ia pasti bisa menjalankannya sendirian.
***
Rachel yang merasa Acha sudah terlelap, ia pun mengambil bantal untuk mengantikan dirinya. Perlahan-lahan Rachel meletakkan kepala Acha di bantal itu, ia tidak mau menganggu tidur Acha.
Setelah selesai Rachel juga tidak lupa memberi kecupan malam di kening Acha, bagaimanapun Acha ia tetap sayang dengan anaknya itu. Rachel menutup pintu kamar Acha dengan perlahan.
Rachel yang tak sengaja melihat ruang kerja suaminya nyala lampu, ia kira suaminya masih bekerja di malam hari ini. Tapi saat dirinya menujuk ke sana dan berhenti di ambang pintu, ia terkejut melihat seorang perempuan mengacak-acak ruang kerja suaminya.
"Siapa kamu?" teriak Rachel dengan perempuan itu. perempuan itu memberhentikan aksinya dan tetap membelakangi Rachel. Rachel maju selangkah mendekati perempuan itu.
"Maaf nyonya, saya pembantu di rumah ini. Tadi tuan menyuruh saya untuk membersihkan ruang kerja ini nyonya."
"Jangan bohong kamu. Suami saya tidak pernah menyewa pembantu untuk rumah ini, dan apa kamu bilang suami saya menyuruh kamu membersihkan ruang kerja ini? Tapi suami saya tidak seperti itu orangnya."
"Saya tanya sekali lagi siapa kamu? Berani sekali masuk ke sini?" bentak Rachel.
Suara Rachel yang besar itu membuat Acha yang sudah tertidur terbangun lagi. Ia cepat-cepat turun dari tempat tidurnya dan pergi ke sebelah kamarnya.
Rachel yang memegang bahu perempuan itu untuk menampakkan wajahnya, tetapi perempuan itu malah mendorong tubuh Rachel. Yang mengakibatkan Acha yang baru sampai di sana, memekik melihat mamanya jatuh.
Acha langsung teriak memanggil Akbar yang masih bersantai di dalam kamarnya.
***
Sebuah kejadian introgasi terjadi di rumah ini, Acha masih memeluk Rachel dan menyuapi air putih untuk Rachel. Pembantu nya dan Akbar berbincang di dekat mereka.
"Bohong, Pa. Tidak mungkin dia tidak ngambil apa-apa dari ruang kerja Papa," potong Acha pada obrolan Akbar dan juga pembantu mereka.
"Serius tuan saya tidak mengambil apa-apa. Tadi saya iseng untuk membersihkan ruang itu tuan."
"Saya kan sudah bilang, tidak ada satu orang pun yang boleh masuk ke ruangan itu. itu ruangan pribadi saya sendiri, saya paling benci kalau ada orang yang membersihkan ruangan itu, karena dengan keadaan berantak seperti itu saya bisa menghapal barang-barang yang saya perlukan."
"Periksa aja, Pa di kamarnya. Manatau ada emas atau barang berharga yang dia ambil dari rumah ini sebelum ia bawa kabur barang-barang itu, Pa."
Akbar pun mengikuti saran dari Acha. Ia membongkar semua barang yang ada di sana, dari lemari sampai cela cela kecil. Tetapi mereka semua tidak mendapati apapun di sana. Walau tidak mendapatkan barang bukti penculian dari pembantu itu, mereka tetap memecat pembantu itu dengan alasan telah melarang peraturan yang sejak awal di sepakati.
***
Di sebuah apartemen yang mewah itu, dua orang perempuan tengah santai di salah satu kamar yang mereka sewa di apartemen itu. satu perempuan yang sedang asik memainkan hp nya. Ia terlihat senang mendapatkan notip pesan dari pekerjanya.
Ia langsung pergi dari sana dan menelepon pekerjanya itu.
"Kerja bagus, uangnya sudah saya transfer. Sebisa mungkin kamu pergi dari daerah sini agar bangkai tua itu tidak bisa menemuimu lagi." Ia pun mematik telepon itu dan menampakkan senyum liciknya kepada temannya yang menatap aneh padanya.
"Sa, lo sampai kapan sih buat nama gue terintimidasi seperti ini."
"Tenang, Sharon. Gue nggak akan buat nama lo jadi jelek di mata masyarakat."
"Bacot."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Novela Juvenil'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...