LOLIPOP 25 ✔️

54 9 0
                                    

Chiko mengejar Ara yang sudah ketinggalan jauh. Ia tidak habis pikir apa yang Ara omongkan 10 hari yang lalu adalah hal yang benar, Chiko kira itu hanyalah sebuah ancaman untuk dirinya agar bisa berkerja dengan baik, dan juga agar orang tua Chiko mengkonfirmasi masalahnya segera.

Orang tua Chiko kedua-duanya adalah pengacara. Salah satu clie nya adalah Ara. Tetapi karena keadaan tidak mendukung, salah satu clie mereka yang berada di luar negeri, bisa di bilang saudara jauh mereka meminta bantuan kepada mereka.

Ara yang sudah menunggu lama masalah ini untuk di selesaikan. Setiap saat Ara menagih janji kepada mereka, tetapi mendapat kabar kalau kasusnya di undur secara sepihak, tidak ada jalan lain lagi untuk dirinya pilih. Ia tidak mau berdiam diri, sebelum masalah itu di tutup rapat oleh pihak hukum.

"Ara!" panggil Chiko dengan sedikit berlari mengejar Ara.

"Ara, tunggu," Chiko memberhentikan langkahnya, ia melihat Ara terduduk di lantai. Akibat seorang cowok berlarian dari arah kiri Ara yang Ara sendiri tidak ketahui.

Chiko berlari, ingin menolong Ara yang sedang mengadu kesakitan di lantai, tapi dia kalah cepat.

Ada seseorang yang menolong Ara untuk berdiri, yaitu Fahri.

"Sial!" umpat Chiko. Ia membalikan badannya, dan segera kabur dari sana.

***

Fahri terkejut melihat seorang cewek jatuh di hadapannya. Fahri ingin memaki cewek itu, karena cewek itu telah menghalangi jalannya. Saat Fahri ingin kabur dari sana. Ia melihat di sebrang sana, Chiko sedang berlari dengan terburu-buru, seperti menghindar dari seseorang. Fahri mengernyit dahinya. Ia mendengar tangisan cewek yang terjatuh itu dengan lumayan kuat, Fahri melihat sekeliling. Orang-orang pada melihatnya. Fahri berdegus kesal. Ia membantu cewek itu berdiri.

"Jalan tu lihat-lihat!" seru Fahri. Cewek itu hanya bisa menundukkan kepalanya. Tidak berani meliihat ke depan.

Fahri yang ingin pergi, tapi ia undur lagi. Ia melihat pakaian cewek di depannya ini, dan melihat name tag cewek itu.

Rara, gumam Fahri membaca name tag Ara.

"Lo anak baru?" Ara menganggukkan kepalanya.

"Pantes," ucap Fahri langsung pergi dari sana. Ara melihat kepergian Fahri. Di dalam hatinya, ia sedang memaki, dan mengumpat Fahri.

"Sepertinya akan ada permainan baru," ucap Ara meninggalkan koridor itu.

***

Ara membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang di sediakan di UKS sekolahannya. Ia ingin istirahat sebentar. Ara merasa dirinya salah waktu untuk datang ke sekolah ini. Karena orang yang ia cari tidak ketemu juga. Ara yang sibuk berkutit dengan pikirannya. Orang yang Ara telepon 3 menit yang lalu, datang dan menutup ruang UKS dengan rapat agar orang lain tidak masuk ke sana.

"Ada apa?" tanya orang itu. Duduk di hadapan Ara.

"Gue ingin tau sesuatu. Sebuah informasi hasil dari kerjaan lo selama ini," ujar Ara menyadarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.

"Selama ini gue baru mengikuti dirinya saja."

"Kenapa harus begitu? Perasaan gue rencana kita tidak seperti itu." Ara terkejut. Ia menegakkan badannya dan mendekat ke arah Chiko.

"Karena gue tidak menjamin. Kalau gue langsung menyodorkan pertanyaan itu ke dia. Dia akan menjawab semuanya."

"Kamu ingat, dia juga korban," lanjut Chiko.

"Gue nggak peduli. Yang gue tau dia anak dari si pelaku." Ara menentang cara yang Chiko pilih untuk mendapatkan bukti.

Mereka saling diam. Ara diam karena ia sedang memikirkan cara untuk bisa mendapatkan sebuah bukti dengan cepat. Karena ia tidak mau berlama-lama berada di sini. Di sini bukan lingkungannya.

Chiko diam, karena ia malas berdebat dengan Ara. Ia tidak mau terlalu patuh dengan Ara. Chiko juga punya cara sendiri untuk mengungkapkan semua kejahatan ini.

"Oke, gue akan mengikuti rencana lo." Akhirnya Ara mengalah.

"Terus lo ngapain ke sini?" Chiko merasa belum yakin dengan ucapan Ara. Karena Ara tetap lah Ara. Si pendendam, yang meminta keadilan.

"Gue akan mengawasi kinerja lo. Kalau tidak berhasil, gue akan langsung turun tangan."

"Baik gue setuju sama lo." Ara dan Chiko bersalaman. Chiko pergi dari sana, sebelum ada orang yang curiga kepada mereka berdua.

"Ingat. Di sini tidak ada yang boleh bermain dengan perasaan. Lo harus fokus, Man," Nasihat Ara kepada Chiko. Chiko melangkah pergi tanpa merespon ucapan Ara barusan.

Ara mengeluarkan hp nya dari dalam saku rok nya. Ia menelepon seseorang. "Ikuti dia!" seru Ara dengan lawan bicaranya di telepon. 

LOLIPOP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang