Cewek berkacamata dengan rambut sengaja ia gerai kan, melihat gedung mewah yang bercat berwarna biru itu dengan tersenyum sinis. Dengan langkah santai, ia memasuki halaman sekolah itu. Demi suatu keadilan ia rela menjadi siswi baru di sekolah tersebut, yaitu SMA Dharma.
Tok... tok... tok....
Suara berat laki laki dari dalam, mempersilakan cewek itu untuk masuk kedalam ruangan tersebut.
"Permisi, pak," sapa cewek itu dengan sopannya. Ia melangkahkan kakinya dengan hati-hati, ia melihat lelaki baru baya yang sedang sibuk berkutik dengan laptop di depannya. lelaki itu adalah kepala sekolah di SMA Dharma.
Pak kepala sekolah, menyuruh anak baru itu untuk duduk terlebih dahulu kursi yang sudah di sediakan, sebelum ada guru untuk menjemput anak baru itu mengantar dirinya ke kelas.
5 menit cewek itu menunggu, ia mendengar ketukan pintu berasal dari luar, memunculkan kan seorang Bu Guru yang terlihat masih muda. Guru itu mengobrol terlebih dahulu dengan kepala sekolah dan segera membawa anak baru itu pergi dari ruangan tersebut.
Cewek berkacamata itu melihat sekolah baru nya dengan kagum, melihat anak murid di SMA Dharma yang murah senyum, dan soal tampang tidak kalah dengan sekolah lamanya dulu. Cewek itu berhenti di depan kelas yang menurutnya itu adalah kelasnya nanti.
"Kamu tunggu di sini bentar ya," ucap Bu Guru, masuk ke dalam kelas tersebut, cewek berkacamata itu duduk di bangku panjang yang berada di depan kelas itu, ia melihat ke arah lapangan. Melihat beberapa siswa maupun siswi sedang di hukum. Cewek itu tersenyum dengan seseorang yang berada di lapangan mengarah kepadanya.
Cewek berkacamata itu mendengar dirinya di panggil oleh Bu Guru tadi. Ia masuk ke dalam kelasnya, karena belum bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, cewek itu menundukkan kepalanya saat perkenalan.
"Hallo semuanya, perkenalkan nama saya Kayana Rara Saidah, kalian bisa manggil saya dengan nama Rara atau Ara, semoga kita bisa berteman dengan baik," ucap Ara yang masih menundukkan kepalanya dan tersenyum.
Semua murid yang berada di kelas, pada berbisik-bisik dengan penampilan Ara yang terbilang cupu sekali. Ara semakin menundukkan kepalanya, Bu Guru yang di samping Ara menjelaskan kenapa Ara bisa pindah di sini. Karena Bu Guru itu sadar kalau Ara malu untuk berbicara dengan orang-orang baru.
Selama penjelasan berangsur, dan Ara masih berada di depan. Pintu kelas mereka di ketuk oleh seseorang, "Permisi bu, maaf saya telat," seorang cowok memasuki kelas sambil melihat Ara. Ara yang tadinya menunduk, ia mengangkat kepalanya. Mereka berdua beradu pandang, cowok itu berjalan ke arah tempat duduknya dan melirik lagi ke arah Ara.
"Baiklah sekian dulu penjelasan saya tentang Ara. Ara! kamu bisa pergi duduk di sebelah sana," Ara melihat dua bangku kosong di tepi jendela yang tidak terlalu berada di belakang. Cowok yang baru masuk itu melirik lagi ke arah Ara dengan ekspresi marah.
***
Bel istirahat berbunyi, cowok yang sudah menahan amarahnya sedari tadi. Ia mengikuti anak baru itu dari belakang sampai waktunya tepat untuk dia berbicara dengan cewek itu.
Ara memasuki perpus SMA Dharma, ia menjelajahi rak demi rak buku yang begitu luas. Ara berbeda dengan siswi lain, yang di mana kalau cewek-cewek menjadi anak baru itu pasti yang utama adalah melihat kantin, tapi itu tidak berlaku untuk Ara, ia memilih melihat-lihat buku yang bertender di perpus.
Mencari buku atau novel yang menarik untuk dirinya baca. Saat Ara ingin mengambil salah satu buku yang berada di depannya, seseorang menepuk bahu Ara.
"Ngapain di sini?" tanya seorang cowok jangkung, yang sama seperti dirinya memakai kacamata.
Ara mengubah posisinya menghadap cowok itu dengan senyum manisnya, Ara pergi mencari tempat duduk kosong, untuk dirinya membaca buku yang telah ia ambil secara acak dari rak buku tersebut.
"Gue tanya kenapa lo bisa di sini?" tanya sekali lagi cowok itu, ia juga ikut duduk di depan Ara. Ara tidak menjawab pertanyaan cowok itu, Ara fokus membaca buku yang berada di tangannya.
"Ara!" Cowok itu mengambil buku yang Ara baca. Ara melihat cowok itu dengan tatapan bingung.
"Yang kemaren masih belum jelas!" jawab Ara langsung pergi keluar dari perpus, ia melangkahkan kaki nya menuju tempat serba sumber makanan untuk para murid SMA Dharma karena dirinya sudah lapar juga.
***
Tiga hari yang lalu, Ara atau bisa di sebut dengan Saidah. Si cewek yang menginginkan keadilan dalam hidupnya. Ia pergi ke rumah seseorang yang menurutnya bisa membantu kasus yang ia alami saat ini.
Ara memecet bel rumah itu. menampakkan seorang cowok berdiri di hadapannya. Cowok itu mempersilahkan cewek itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia menyediakan minum untuk tamu dirinya lebih tepat tamu orang tuanya.
Ara duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya, dan memulai percakapan di antara mereka berdua.
"Berapa lama lagi gue menunggu?" tanya Ara kepada cowok itu.
"Pokoknya gue mau secepatnya masalah ini selesai," ucap Ara dengan serius. ia sebenarnya udah muak menunggu. Jika jalan dari solusi cowok ini tidak berhasil Ara akan menggunakan dengan caranya sendiri.
"Orang tua gue masih di luar negeri," ucap cowok itu, mencoba memberi kejelasan kalau keadaan di rumahnya sedang tidak baik juga.
"Gue nggak mau tau, pokoknya gue kasih waktu satu minggu, jika gue masih belum mendapatkan konfirmasi dari orang tua lo, gue akan pakai cara gue sendiri!" Cewek itu pergi dengan meninggalkan sebuah ancaman kepada cowok itu yang melihat kepergian cewek itu dengan kebingungan. Ia bingung bagaimana dirinya menghadapi clien orang tuanya ini. Ini sebenarnya bukan keahliannya jika ia membantu masalah Ara.
Tapi jika ia membiarkan masalah Ara berlarut dalam diam, ia akan merasa bersalah. Karena tujuan keluarga Pramesthu adalah menolong orang yang berada dalam kesulitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Teen Fiction'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...