Hallo guys, selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin.
Happy Reading:)
Sudah lima hari Acha tidak masuk sekolah, dan masa skornya sudah habis. Setiap siang sampai sore Acha selalu mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia memang cukup keras kepala. Ia memutuskan untuk bolos dua hari ini karena ia ingin merawat Rachel dan bersenang-senang di rumahnya. Acha bosan belajar.
Rachel yang sudah mengetahui kalau Acha di skor. Rachel yang sebenarnya sudah hampir sembuh, Ia sakit lagi gara-gara Acha, tapi itu semua Rachel menyembunyikan dari Akbar. Agar Acha tidak kenak marah. Bukan karena ia menyembunyikan masalah dari suaminya. Tapi ia takut jika Akbar mengetahui ini, Akbar akan memarahi Acha dan ia sedang tidak sehat, tidak bisa menenangkan suaminya. Rachel tidak ingin itu terjadi.
"Nggak sekolah lagi kamu?" tanya Rachel melihat Acha masuk ke dalam kamarnya dengan membawa nampan yang berisi makanan, minuman dan obat untuk Rachel.
"Ih Mama, kan Acha sudah bilang, Acha itu sudah izin kok jadi tenang aja kalau Acha tidak sekolah, jangan cemas gitu deh, ntar sakitnya bertambah," jawab Acha sedikit bohong.
Rachel mengetahui Acha di skor, memang bukan dari Acha Nya langsung. Ada pihak sekolah menghubunginya.
Acha membantu Rachel untuk mengubah posisinya duduk agar bisa makan dan minum obat. Setiap hari Acha seperti itu sesuai dengan jadwalnya. Walau di rumah mereka sudah ada pembantu, dan Rachel belum mengetahui itu semua. Jadinya Acha yang bisa di bilang berpura-pura kalau ia mengerjakan itu semua dengan sendiri.
"Kalau buat kelakuan bisa aja kamu, besok mama minta kamu sekolah~ eits, jangan membantah!" Acha yang ingin mengelak, ia menutup langsung bibirnya dengan rapat-rapat.
Selain hobinya membuat ulah dan onar, Acha juga termasuk orang yang cerdik. Cerdik dalam artian selalu memanfaatkan kondisi keadaan untuk kepentingan dan kesenangannya sendiri, seperti sekarang. Acha tersenyum melihat Rachel sudah lumayan tidak pucat seperti hari-hati kemaren.
"Nah, makan sudah, minum obat juga sudah, yuk bobo," ucap Acha seperti berbicara dengan anak kecil yang masih terlihat polos-polosnya. Rachel memukul pelan lengan Acha yang mau menutup kan tubuh Rachel dengan selimut agar tidak kedinginan.
"Met, bobo Mama Acha," ujar Acha membuat Rachel terkekeh geli dengan nada suara anaknya itu. Acha mencium kening Rachel dan berdoa agar mamanya diberi kesehatan.
"Acha!" panggil Rachel membuat kegiatan tutup pintu Acha terhentikan.
"Papa kamu mana?" Acha hanya menyedikan bahunya saja, pertanda tidak tahu. ia memberi senyuman lagi kepada Rachel dan menutup pintu kamar orang tuanya.
Beberapa hari ini Akbar memang jarang nampak di rumah. Rachel berpikir mungkin itu ia memang lagi sibuk dengan kerjaan di kantornya. Acha begitu kesal dengan Papa nya, yang sibuk mengurusi kerjaan saja. Acha tahu kalau perusahaan Papanya telah di ambang kebangkrutan, makanya Papanya super sibuk untuk mencari orang agar bisa bekerja sama dan menaikan lagi perusahaannya.
Tetapi kenapa di sana seperti ini. Mamanya yang sedang sakit juga butuh perhatian suaminya.
Acha yang baru membalikkan badannya, ia terkejut melihat Akbar di hadapannya. Acha gugup, dan juga bingung karena di jam segini tumben papanya pulang cepat.
"Kenapa tidak sekolah kamu?" tanya Akbar langsung to the point. Acha bungkam, kalau sudah berhadapan dengan Akbar Acha benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.
Acha menundukkan kepalanya, tanpa ada niat sedikitpun menjawab pertanyaan Akbar. Akbar menatap Acha dengan tajam. Akbar mengetahui ini semua dari CCTV rumahnya. Ia baru saja mengecek CCTV di rumah beberapa hari, melihat Acha yang setiap jam berkeliaran di rumah, membuat Akbar bingung dan juga kesal dengan Acha.
Akbar menghembuskan napas kasarnya. "Ambilkan papa map warna merah di ruangan," ucap Akbar menyuruh Acha untuk ke ruang kerjanya. Karena ia memutuskan untuk kerja di rumah aja untuk mengawasi Acha dan juga Rachel.
Acha berjalan ke arah ruang kerja Akbar. Ia masuk dan ternyata di dalam ruangan gelap dan hening sekali. Acha mencari-cari stop kontak dengan menggunakan indra merabanya, ia pun menemukan stop kontak yang berada agak jauh dari pintu masuk.
Ini untuk pertama kalinya masuk ke dalam ruang kerja papanya. Karena Akbar sangat menentang Acha untuk masuk ke dalam, dan lagipun ruangan itu memang selalu di kunci. Tapi itu semua membuat Acha sedikit bingung. Tumben sekali Akbar menyuruhnya masuk ke dalam ruangan yang ia sendiri melarang untuk masuk ke dalam. Acha melihat betapa luasnya ruang kerja Akbar.
Acha berlari pergi duduk di kursi roda milik Akbar, ia memutarkan kursi itu seperti anak kecil. Saat Acha sudah merasakan cukup pusing, ia pun menenggelamkan kepalanya di atas meja untuk meredakan rasa pusing itu. Ia sampai lupa dengan tujuan ia datang ke ruangan itu, untuk mengambil map yang Akbar suruh dengannya. Acha melihat jam yang berada di pergelangan tangan kiri Acha.
"Astaga, gue lupa." Acha menepuk jidatnya. Dan mulai mencari map yang di minta Akbar. Acha yang melihat map merah di atas meja dekatnya, ia langsung ambil map itu dan langsung keluar. Tapi karena ia harus cepat-cepat dan kepalanya masih pusing, Acha tersandung kaki meja dan membuat dirinya terjatuh dan map merah yang tadi di tangannya terlempar jauh.
"Ih siapa sih yang letak meja ini di sini," ucap Acha menepuk-nepuk kaki meja tersebut. Ia berdiri, dan mengambil map merah yang berada di lantai. Ia melihat ada selembar potongan koran yang menurutnya tidak asing lagi. Karena penasaran Acha membuka isi map itu dan membaca dengan teliti.
"Kenapa lama sekali sih Cha?" Akbar melihat Acha membaca map merah itu dan langsung menarik map itu dari Acha. Acha menatap Akbar dengan tatapan tidak percaya apa yang barusan ia ketahui. Akbar dengan lantang menyuruh Acha keluar.
"Lupakan itu, anggap kamu tidak mengetahuinya," ucap Akbar kepada Acha. Acha memejamkan matanya dan pergi keluar darisana. Ia mencoba untuk kali ini mematuhi omongan papanya. Acha akan berpura-pura masa bodo dengan itu semua.
***
"Mas, kamu kenapa marahi Acha?" tanya Rachel, saat ia melihat Akbar masuk ke dalam kamarnya. Ia tidak sanggup berjalan keluar kamarnya untuk datang ke ruang kerja Akbar.
"Nggak ada," ucap Akbar mencoba menutupi semuanya dari Rachel.
Akbar duduk di atas kasur. Menyuruh Rachel untuk membantunya membukakan dasi dan kemejanya. Rachel yang melihat wajah suaminya kusut sekali. Ragu-ragu ia ingin bertanya. Rachel menarik napas dalam-dalam, ia memberanikan dirinya untuk bertanya keadaan suaminya.
"Kamu kenapa?" Akbar yang tadinya termenung, kini memandang Rachel dengan kening berkerut.
"Itu muka kamu kusut gitu, ada masalah?" cepat-cepat Akbar menggelengkan kepalanya.
"Jangan bo'ong!, kamu tidak ahli dalam hal berbohong."
"Aku dapat surat dari pengadilan, orang itu membuka kasusnya lagi." Aktivitas Rachel terhenti. Ia menatap Akbar dengan wajah yang minta keyakinan.
"Serius kamu Mas?" tanya Rachel memastikan.
"Terus tindakan kamu sekarang gimana? Dan bukannya pelakunya sudah ditangkap?" Pertanyaan demi pertanyaan Rachel lontarkan dan membuat Akbar terdiam. Ia lupa kalau belum semuanya ia bercerita dengan istrinya dan masih menyimpan rahasia.
Akbar masih bungkam. Ia pergi ke kamar mandi meninggalkan Rachel yang masih menunggu jawaban darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Novela Juvenil'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...