Cowok dengan berpakaian kemeja merah sedang duduk di kursi panjang dekat taman yang sudah ia tentukan untuk pertemuan dirinya dengan Acha. Yah, siapa lagi kalau bukan Sastria.
Ia sudah menunggu Acha selama 20 menit yang lalu. Tetapi gadis itu tidak datang-datang juga.
"Ok, kita tunggu sepuluh menit lagi," ucap Sastria dengan sabar.
Sastria melihat jam di pergelangan tangannya. Sebenarnya ia sudah jenuh dan muak menunggu Acha yang tak kunjung datang dan menampakkan dirinya, tetapi entah mengapa hatinya berkata lain untuk tetaplah sedikit bersabar menunggu.
Sepuluh menit telah lewat. Sastria berdiri dari kursi. Ia melihat sekeliling mungkin saja Acha ada di sana bersembunyi untuk mengerjai dirinya seperti kemaren-kemaren, karena itu adalah hobinya. Tapi nihil. Sepi di daerah sana, hanya ada dirinya, kursi, pepohonan dan lampu jalan.
Sastria melangkahkan kakinya meninggalkan taman tersebut. Saat dirinya sudah naik ke atas motor dan mau menggunakan helmnya. Ia melihat bayangan cewek yang jalannya tidak teratur di area tidak jauh darinya.
Cepat-cepat Sastria ke sana melihat siapa cewek itu. Sastria melihat cewek itu dari atas sampai bawah. Dari kondisinya, Sastria hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sastria mendekat sambil bergumam, "Apa dia mabuk?"
"Hai," panggil Sastria ke cewek itu. Cewek yang sedang menundukkan kepalanya karena terasa pusing itu mungkin efek dari dirinya kebanyakkan minum tadi. Melihat ke arah Sastria.
"Hai tampan," ujar cewek itu dengan tercengir lebar. Benar-benar sudah hilang kendali dirinya.
"Lo mabuk ya?" tanya Sastria dengan bodohnya. Cewek itu yang ingin tumbang Sastria langsung membantu cewek itu untuk berdiri dengan tegap. Cewek itu sekali lagi tercengir melihat ke arah wajah Sastria.
Sastria yang merasa menyesal telah menghampiri cewek itu. Ia melihat sekeliling, tidak ada orang yang ingin membantu dirinya membawa cewek ini. Sastria melihat wajah cewek itu dengan teliti ia merasa seperti tidak asing wajah itu, tapi Sastria lupa pernah jumpa di mana. Ia tidak mau bermain dengan felling lagi, terakhir kali ia felling kalau Acha akan datang ke taman, tapi kenyataannya tidak.
Cewek yang masih Sastria pegang tangannya. Ia terfokus dengan wajah ganteng Sastria. Dirinya masih setengah sadar dari mabuknya. Dengan menggunakan sisa-sisa kekuatannya, ia melepaskan tangan Sastria dari bahunya. Satu langkah lagi hampir saja dia terantuk oleh lampu jalan yang berada di belakang.
Cewek itu menepuk-nepuk kepalanya, agar ia sadar dan tidak tumbang di saat keadaan seperti ini. Bahwa dirinya sedang bersama Sastria. Yah, cewek itu sangat mengenali wajah itu.
"Rumah lo di mana? Biar gue antar."
"Ngga usah." Dengan cepat cewek itu menolak penawaran Sastria.
"Gue bisa pulang sendiri, gue tidak mabuk kok. Hanya saja..." belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya. Cewek yang berpakaian sedikit terbuka dan ketat itu pingsan. Kalau saja Sastria tidak cepat menangkap cewek itu, pasti ia sudah mencium aspal di depannya.
"Gila ni cewek, berat bener!" Sastria menggendong cewek itu untuk di bawa ke arah bangku taman. Sastria akan mencari bantuan untuk bawa cewek ini ke rumahnya. Dia sendiri tidak sanggup, apalagi dengan menggunakan motor.
Sastria mengambil tas yang ada di tangan cewek itu. Hati-hati ia membuka tas cewek itu. Mencari sesuatu yang mengenai cewek itu, seperti KTP atau semacamnya.
Sastria mendapati kartu nama atas nama Sharon, dengan alamat apartemen terletak di sana. Sastria menelepon taksi. Tidak begitu lama menunggu Sastria mengendong cewek yang sudah tidak sadarkan diri itu masuk ke dalam taksi.
Sastria memberi kartu nama itu ke supir taksi. Tidak lama, karena lokasi taman dan apartemen itu lumayan dekat. Taksi yang Sastria tumpangi sudah sampai di tujuan.
Sastria mencoba membangunkan cewek itu. tetapi cewek itu tidak bangun juga. Mau tidak mau Sastria meminta tolong kepada supir taksi untuk membantu dirinya bawa cewek itu ke kamar nomor 14.
Setelah sampai, Sastria tidak lupa mengucapkan terima kasih ke supir taksi itu, dan memanggil resepsionis untuk membantunya menggantikan pakaian cewek itu. karena pada saat di lift dengan enaknya ia menumpahkan semua isi perutnya, untuk saja Sastria dengan cepat menggeserkan wajah cewek itu dari bajunya.
"Hallo, Bro. Bisa bantu gue nggak?" ucap Sastria di telepon. Ia menelepon teman sekolahnya.
"Bantu gue dong. Bawakan motor gue ke apartemen, nanti gue kasih alamatnya."
"Oke, thanks ya." Sastria mengetik sesuatu di hp nya.
Sastria menjatuhkan bokongnya di sofa yang begitu empuk itu. ia merasa pegal, capek, lelah. Benar-benar berat sekali cewek itu, padahal badannya tidak begitu gemuk.
"Tugas saya sudah selesai tuan. Ada yang bisa saya bantu lagi, tuan?" Sastria yang baru saja ingin memejamkan matanya, terpaksa ia buka kembali. Ia melihat ke arah resepsionis yang tegak di sampingnya. Sastria menggeleng kepada resepsionis itu, resepsionis itu mengganguk dan pamit dengan Sastria.
***
"Hallo," ujar cewek berpakaian kantoran dengan lawan bicaranya di telepon.
"Lagi di mana?" ucap si lawan bicara — Bodyguard sahabatnya.
"Gue lagi di minimarket. Ada apa?" jawab cewek pakaian kantoran itu sambil memilih-milih bahan makanan.
"Saidah sudah berada di apartemen lo."
"Oke."
"Tapi, ada yang nolong dia pada saat di taman tadi. Sepertinya cowok itu target kita. dan gue belum lihat dia keluar dari apartemen."
"Oke, biarkan mereka berdua. Gue akan nginap di rumah Saidah aja." Cewek pakaian kantoran itu mematikan teleponnya dengan sepihak. Senyum licik terbentuk di wajahnya. Seperti mereka tidak repot-repot memancing dengan kuat kepada target mereka. tanpa di pancingpun ia sudah berada di dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Teen Fiction'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...