Mulai hari ini, Acha dan murid lainnya yang di kelas XII mengalami kesibukan untuk mempersiapkan ujian akhir semester mereka. Coba deh kalian bayangan disituasi kalian yang lagi down terus di tambah lagi beban pikiran kalian dengan materi-materi pelajaran yang akan di ujikan nantinya. Apa itu bisa fokus? Tapi Acha tetaplah Acha sebisa mungkin ia berusaha untuk fokus pada ujiannya, walaupun itu berat rasanya.
Di dalam kelas Acha sudah begitu semangat untuk mengerjakan soal-soal ujian, karena tadi malam dirinya sudah belajar. Fahri yang melihat Acha sumringan sedari tadi, ia pun akhirnya penasaran dengan Acha.
"Cha, lo sehat?" Acha mengangguk dan masih memandang ke depan daripada memandang lawan bicaranya. Fahri pun dibikin penasaran, ia pun mendekat ke arah Acha dan mengikuti arah pandang Acha yang terus-terusan mandang ke depan, alias ke papan tulis yang bersih itu.
"Gue rasa lo kurang sehat, Cha," ucap Fahri tepat di samping telinga kanan Acha. Achapun merasa suara Fahri dekatnya, ia menoleh ke samping dan terkejut wajahnya dan wajah Fahri begitu dekat. Refleks Acha mendorong wajah Fahri untuk menjauh darinya. Fahri hanya tertawa melihat reaksi Acha.
"Gue sehat," ucap Acha dengan ketus.
"Tapi lo sedari tadi senyum-senyum nggak jelas."
"Itu gue cuman semangat menanti guru masuk dan mengerjakan soal ujian hari ini." Tawa Fahri bertambah besar, ia tak menyangka kalau telah di tipu olehnya.
"Acha, Acha. Ini ni efek dari sering bolos, masa bodo dengan sekolah, sering tidur di kelas, buat onar. Sampai sampai gak tau jadwal ujiannya kapan." Acha diam dan mencerna perkataan Fahri barusan, ia masih bingung.
"Maksudnya?" tanya Acha mengerutkan keningnya.
"Sorry ni ee, ujiannya tu besok bukan hari ini. Hari ini mah kita di free kan."
"Jadi lo bohongin gue?" Fahri mengangguk.
Acha langsung memukul bahu Fahri, "Ah, taik lo," ucap Acha mengambil tasnya dan pergi keluar kelas.
"Soalnya gue nggak mau lo terus-terusan nangis, makanya gue bilang gitu agar lo ada kegiatan lain," teriak Fahri dari dalam kelas. Ia pun menyusun Acha keluar kelas. Fahri menyamakan langkahnya dengan langkah Acha, tetapi Acha yang kesal ia mempercepat langkahnya.
Fahri membiarkan Acha terlebih dahulu dengan ngambeknya. Sampai mereka berdua tiba di warung Bu Jam yang sudah ramai dengan teman-teman mereka.
Acha memisahkan diri dengan mereka, lagi dan lagi bayangan itu tetap tidak hilang walau ia sudah sekuat mungkin untuk tidak kepikiran itu lagi,
"Udah dong ngambek nya. Ni thai tea buat lo." Fahri menggeserkan thai tea yang ia ambil dari di lemari dingin Bu jam kepada Acha. Acha langsung mengambil thai tea itu dan meminumnya sampai habis.
"Malu gue, Ri. Pantes anak anak mandang gue. Seketika gue jadi anak rajin pagi pagi udah ada di kelas duduk rapi pulak."
"Kan nggak lo aja, gue juga di sana temanin lo."
"Tau free gini nggak datang gue ke sekolah."
***
"Terimakasih nak Sastria kamu sudah menerima beasiswa itu. Selamat buat kamu."
"Masalah UAS kamu nanti, jangan di pikirkan. Kamu bisa ujian susulan setelah kamu pulang dari Belanda."
"Terima kasih, Pak."
"Sekali lagi selamat ya. Buatlah sekolah ini bangga dan orang terdekat mu juga, dan lebih penting buat diri kamu bangga pada dirimu sendiri." Sastria mengangguk mengerti, ia pamit keluar dengan kepala sekolah.
Di perjalanan pulang, ia sebenarnya masih bimbang untuk mengambil beasiswa itu atau tidak.
Apa ini bisa membuat gue dan Bunda bahagia? Batin Sastria.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Teen Fiction'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...