Acha merasa ada seseorang yang berjalan di sampingnya. Pelan-pelan Acha melirik ke samping. Ternyata benar, Chiko berjalan di sampingnya.
"Sudah sembuh lo?"
"Sudah dong. Kan berkat lo."
"Gue? Perasaan gue nggak ngapa-ngapain."
"Lo udah ngantar gue ke UKS kemaren."
"Ck. Cuman ngantar doang, usah lebay lo. Udahlah gue mau ke kelas."
"Cha, tunggu."
"Apa lagi."
"Kita baikan ya. Capek gue jadi musuh lo terus."
"Pandai capek juga lo." Acha meletakkan tangannya di depan dadanya, "gue kira ketua OSIS nggak pernah capek loh."
"Sialan lo."
"Ya udah atur aja sama lo. Bye," ucap Acha pergi dari sana. Chiko di buat takjub olehnya.
Anjir, sesimpel itu minta maaf sama tu orang, gumam Chiko. Ia pikir Acha akan menolak berbaikan padanya.
"Makasih, Cha," teriak Chiko. Acha mengangkat tangannya ke atas.
Berteman sama musuh? Tidak pernah ada harapan seperti itu bagi Acha.
Acha berjalan menuju kelasnya, ia melihat teman sekolahnya pada memandang dirinya sambil berbisik-bisik.
Acha yang awalnya cuek dengan bisikan dari teman cewek sekolahnya itu, tapi saat seorang cowok ngobrol langsung kepada Acha, ia benar-benar penasaran dengan apa yang mereka lihat di hp mereka masing-masing.
"Cha, tubuh lo oke juga."
"Sejam berapa, Cha?"
"Boleh lah tu Cha kami cicip."
Acha semakin bingung dengan ucapan mereka yang menurutnya sangat kurang ajar itu. Sampai di kelas ia pun mendapatkan pandangan seperti di koridor tadi. Acha yang merasa penasaran kali, ia mengambil hp Fahri yang sempat pemilik hp itu tahan.
"Ri, bawa sini. Gue mau lihat."
"Tapi Cha..."
Akhirnya Acha mendapatkan hp Fahri yang di layarnya terdapat foto dirinya di instagram sekolah saat dirinya sedang berganti pakaian di toilet. Acha mundur selangkah. Ia shock melihat fotonya yang seperti ini ada di sosial media.
"Siapa pelakunya?"
"Gue nggak tau pasti, Cha. Tapi yang gue tau instagram ini di pengang dengan ketua osis kita."
"Berengsek!" Acha meletak hp Fahri di atas meja begitu saja.
"Cha, lo mau kemana?"
"Gue mau beri pelajaran dengan bajingan itu."
"Tapi, hari ini pelajaran sama Pak Bot."
"Bodo amat, gue nggak peduli."
"Cha, gue tau lo lagi emosi, gue juga sama. Tapi please! dengarkan gue, kita datangi dia nanti, kalau lo keluar sekarang lo akan dapat masalah lain, Cha."
"Tapi gue malu, Ri," ucap Acha menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ada gue dan yang lainnya dukung lo, Cha. Selalu ada di sisi lo. Kita datangi sama sama nanti." Fahri mendekat ke arah Acha di memeluk Acha. Acha mengangguk di pelukan Fahri.
Selama pelajaran Pak Bot, Acha gelisah terus-menerus. Ia benar-benar tidak tenang. Tangannya sudah gatal ingin memukul seseorang, begitupun dengan Fahri yang melihat Acha seperti itu ia pun bisa merasakan kegelisahan Acha sekarang ini.
Bel istirahat akhirnya berbunyi, Pak Bot yang belum keluar dari kelas. Tetapi Acha terlebih dahulu keluar dengan terburu-buru. Membuat Pak Bot melihat itu dengan bingung.
"Kebelet dia, Pak," ucap Fahri memberi alasan dan langsung ikut keluar dari kelas.
***
Sebelum menghampiri Chiko ke ruang OSIS. Acha menyempatkan dirinya untuk berganti roknya menjadi celana. Untuk kali ini ia benar-benar tidak kenal takut untuk berkelahi di sekolah.
Acha membuka pintu ruang OSIS dengan keras, ia melihat ruangan itu begitu sepi, sama sekali tidak ada orang.
"Sial, kemana dia?" Acha berjalan keluar ruangan tersebut. Ia melihat teman sekolahnya pada lari terburu-buru ke arah lapangan belakang. Acha yang ikut penasaran apa yang telah terjadi, ia pun berlari menuju ke sana.
Acha melihat begitu banyak sekali orang yang sedang berkumpul di sana. Acha yang ingin pergi dari sana karena merasa tidak penting melihat orang berkelahi. Tetapi saat Acha mendengar suara Sastria yang berteriak seperti marah besar dengan seseorang. Ia pun pergi dan menyempil ke kerumunan itu, Acha menutup mulutnya ia terkejut melihat Sastria dan Fahri yang berkelahi di sana.
Fahri yang sudah lemas karena Sastria tidak memberi sedikit pun ruang untuk Fahri membalas pukulannya. Acha langsung mendorong Sastria dari atas tubuh Fahri.
"Lo goblok apa gimana sih, Ya? Kelahi di sekolah, lo bisa di skor!"
"Gue mau beri pelajaran dengan orang yang udah nyebarin foto lo, Cha."
"Ada buktinya kalau dia pelakunya?" Sastria melempar beberapa foto Acha yang ia ambil dari Fahri tadi. Acha mengambil foto-foto itu.
"Cha gue bisa jelasin. Bukan gue pelaku nya, berani sumpah gue, Cha." Napas Acha memburu, ia merasa sesak, karena orang yang tadi pagi memberi dukungan kepadanya ternyata pelaku di balik ini semua.
Acha benar-benar bingung harus percaya dengan siapa sekarang ini.
Acha membawa semua foto dari Sastria lempar tadi dan langsung pergi dari sana tanpa mengucap apapun.
Sastria mengikuti Acha dari belakang dengan diam-diam. Apa yang Acha rasakan sekarang ini ia juga merasakannya. Sastria benar menyayangi Acha, ia tidak mau di saat seperti ini Acha sendirian menanggung kepedihan ini.
Sampai di taman belakang, perlahan Sastria mendekat ke arah Acha. Acha masih belum menyadari kehadiran Sastria di sampingnya. Sastria yang sudah duduk di samping Acha ia langsung memeluk Acha yang mengelus kepala Acha.
"Udah lo tuangkan aja semua kesedihan lo di sini. Bahu gue selalu buat lo, Cha."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Novela Juvenil'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...