Bel pulang berbunyi, Sastria yang tadi pergi sekolah dengan motornya kini pulang dengan motor dan tetap sama dirinya sendirian. Sastria merasa sikap canggung ini sudah cukup. Ia tidak tahan lagi untuk mencurahkan semuanya dengan Acha dan menanyakan ada apa sebenarnya sampai-sampai ia harus seperti ini.
Satria yang melihat Acha ingin masuk ke dalam mobil Fahri langsung menarik tangan Acha agar ikut dengannya.
"Ya, ada apa?" Acha terkejut tangannya tiba-tiba ditarik.
"Naik," ucap Sastria menyuruh Acha naik ke atas motornya.
"Tapi gue sama Fahri."
"Biar gue yang antar lo pulang." Acha melihat kebelakang, Fahri memberi kode ke Acha kalau dirinya tidak apa-apa. Acha naik ke atas motor Sastria.
Di perjalanan mereka berdua benar-benar merasakan canggung, benar-benar tidak seperti biasanya. Acha yang sibuk dengan pikirannya, begitupun dengan Satria.
Acha hanya berbicara saat ia menunjukkan jalan rumahnya dengan Sastria. Ini adalah hal pertama untuk Sastria datang ke rumah Acha semenjak Acha pindah kembali ke Jakarta.
Sastria melihat rumah yang tak kalah megah dari sebelumnya, dan rumah itu juga terlihat sepi.
Acha turun dari motor Sastria. Ia menundukkan kepalanya. Jari-jari tangannya memilin baju sekolah yang ia keluarkan itu. Sastria yang ikut turun dari motornya dan berdiri tepat di hadapan Acha.
"Kalau ada masalah itu cerita. Gue merasa jadi sahabat lo nggak becus, Cha." Sastria memeluk tubuh Acha, memberi ketenangan dan kehangatan yang biasa ia berikan ke Acha.
Acha yang di perlakukan seperti itu. Air mata nya tumpah, ia sangat merasa bersalah dengan semua ini. Acha mengambil kertas kecil yang sudah ia lipat itu di saku tasnya. Kertas itu ia letakkan di saku tas Sastria di sebelah kanan.
Semoga lo baca, batin Acha ia sangat berharap semua ini cepat berlalu. Ia tidak bisa menahan sebuah fakta ini sendirian. Ini terlalu berat untuknya.
"Acha!" panggilan itu berasal dari halaman rumah Acha. Acha melepaskan pelukannya dengan Sastria dan melihat ke belakang.
Akbar sudah berdiri dengan alat potong rumput di tangannya. Acha yang melihat ekspresi Akbar yang marah itu. cepat-cepat ia pamit dengan Sastria dan menyuruh Sastria segera pulang.
Acha yang begitu bodoh. Ia melupakan kalau Ayahnya masih dalam fase tidak suka dengan Sastria.
"Ya, lo pulang sekarang," usir Acha dengan Sastria.
"Lo masuk aja dulu. Gue mau jumpa sama Om Akbar. Sudah lama tidak jumpa."
"Aduh, Ya. Ayah gue lagi PMS, nanti lo kena amuk sama dia. Lo nggak lihat tu gunting rumput yang besar di tangannya. Dia kalau marah, dengan senang hati tu gunting tancap di leher lo." Tawa Sastria pecah mendengar ucapan Acha.
"Ayah lo laki-laki, Cha. Mana bisa dia PMS. Lo ada-ada aja sih," ucap Sastria menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ih lo ni dikasih juga, ngeyel. Ayah gue tu berbeda..."
"Acha, masuk!" ucap Acha terhenti mendengar suara Akbar tepat di belakangnya. Acha masuk ke dalam dengan jalan mundur dan memberi kode untuk Sastria segera pulang.
"Sore, Om," sapa Sastria dengan Akbar. Sastria menyalim tangan Akbar yang berdiri tegap dihadapannya.
"Ngapain masih di sini? Pulang sana, sudah sore juga," ucap Akbar dengan tegas. Sastria menganggukkan kepalanya dan pamit pulang kepada Akbar.
Acha yang melihat Sastria sudah pergi dari rumah, merasa lega di jendela kamarnya. Untung saja Ayahnya tidak ngapa-ngapain Sastria.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Roman pour Adolescents'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...