Sastria yang baru sampai di sekolah, ia sudah di tuding dengan teman-teman cewek voly nya.
"Sastria, gimana ni? Tim cewek Voly kurang."
"Kok bisa? Bukannya kemaren udah pas ya?"
"Tiba-tiba keluar dia."
"Argh..." Sastria mengacak-acak rambutnya, "yaudah nanti gue cari pegantinya, tapi kalian juga cari." Siswi-siswi itu mengangguk dan langsung pergi dari sana.
Sastria ia terdiam sebentar di parkiran, memikirkan siapa teman ceweknya yang bisa ia masukkan ke tim voly untuk sementara. Pertandingan masih ada tiga hari lagi apa mungkin ia bisa mendapatkan peganti dengan cepat?
Sastria mendengar samar-samar kalau siswi yang tadi mengobrol dengannya, sedang berbicara dengan temannya dan mengusulkan Acha untuk masuk. Sastria langsung menghampiri mereka.
"Jangan Acha!" tolak Sastria dengan usulan mereka. Mereka yang ingin bertanya alasannya kenapa Sastria langsung pergi.
Lagi dan lagi Sastria lupa niat awalnya pagi hari ini.
***
Fahri membawa Chiko ke depan Acha yang lagi duduk menikmati paginya di warung Bu Jam. Acha awalnya terkejut, melihat Fahri menyeret Chiko dan menyuruh Chiko berlutut di hadapan Acha.
"Lo bilang semua nya sama Acha, sekarang!" ujar Fahri dengan nada suaranya ia besarkan.
"Ada apa, Ri?" Tanya Acha masih belum mengerti dengan situasi.
"Ini pelaku sesungguhnya Cha. Gue dapat foto-foto lo itu dari laci meja dia. Pas hari itu sebenarnya gue mau langsung kasih ke lo, tapi gue lihat lo yang sedih karena foto lo yang tersebar di instagram, gue memutuskan nanti pas lo jumpa dengan ni orang. Tapi Sastria melihat gue memasukan foto itu di saku celana gue, pada saat gue mau ngejar lo ke ruang osis," Jelas Fahri
"Ni kamera, lo periksa sendiri, Cha." Fahri meletakkan kamera Chiko di atas meja.
Acha membuka kamera itu. ia memandang Chiko dengan pandangan marah. Acha pergi dari sana. Chiko ingin mengejar Acha dan menjelaskan semuanya. Tetapi Fahri menahannya. Merasa kesal di tahan seperti itu, Chiko mendorong Fahri dan langsung pergi mengejar Acha sebelum tertinggal jauh.
Di roof top, Acha menyendiri kan dirinya. Ia sudah mengetahui itu semua, hatinya malah bertambah sakit sekali tetapi ia tidak menangis. Mungkin air matanya sudah capek turun dan habis akibat semalam ia keluarkan.
"Cha, gue bisa jelasin," ucap Chiko.
"Nggak ada yang perlu di jelasin."
"Gue terpaksa melakukan itu. lebih tepatnya gue kasian sama orang yang nyuruh gue lakukan itu dan gue punya alasan Cha melakukan itu semua."
"Nyebar foto gue? Itu lo bilang ada alasan juga. Apa alasannya?"
"Cha tenang dulu, gue akan jelasin semuanya pelan-pelan tapi lo tenang dulu Cha."
"Sudahlah malas gue lihat muka lo." Acha melewati Chiko begitu saja, "oya satu lagi, pertemanan semalam di batalkan, nggak sudi gue berbaikan sama lo." Chiko membiarkan Acha pergi. Mungkin bukan sekarang waktu yang pas ia menjelaskan itu semua.
Chiko mendengar suara benda jatuh di sana. Ia pergi ke belakang politeng besar di tengah-tengah roof top itu.
"Ara!"
"Mau kemana lo?" Chiko menahan tangan Ara.
"Lo kan yang lakuin ini semua?"
"Kalau iya kenapa? Lo mau marah?"
"Lo udah kelewatan batas, Ra."
"Siapa suruh kerjaan lo nggak becus. Lo udah ngelanggar perjanjian kita. Kalau lo nggak boleh jatuh cinta dengan Acha. Tapi buktinya lo jatuh cinta sama dia."
"Siapa orang yang bantu lo?"
"Kepo banget lo." Ara melepaskan kasar tangan Chiko dari tangannya. Ia berlari turun ke bawah. Chiko mengejarnya. Chiko mendapatkan lagi tangan Ara tetapi dengan cepat Ara menepisnya. Ara benar-benar ingin menghindar dari Chiko.
Sampai di bawah saat pembelokan. Chiko memegang kuat tangan Ara, sampai Ara merasa kesakitan.
"Siapa, Ra?" bentak Chiko. Ara tetap diam. Ia melihat Sastria dari jauh, dengan andalan akting yang dia miliki, Ara teriak kesakitan. Sastria yang mendengar itu dan melihat Ara dengan Chiko. Ia langsung membantu Ara, dan menarik Ara ke belakangnya.
"Jangan ikut campur lo," ucap Chiko tidak terima dengan ke hadiran Sastria.
"Dia cewek bro, jangan main kasar."
"Lo nggak tau apa-apa." Sastria menaik turun kan bahunya, masa bodo dengan ucapan Chiko. Ia membawa Ara pergi dari sana sebelum Chiko mengamuk.
"Argh, brengsek." Chiko memukul tembok di belakangnya.
***
"Lo nggak papa, Ra?" Ara menggelengkan kepalanya.
Setiap di dekat Sastria ia menundukkan kepalanya."Apa yang sakit?" Sastria memegang tangan Ara. Sastria melihat tangan Ara memerah itu.
"Gue obati ya?" Ara tetap diam. Sastria berjalan mengambil obat merah di lemari tempat obat-obatan tersimpan di UKS sekolah.
Sastria sambil mengobati tangan Ara. Ia mengobrol ringan dengan Ara sambil bercanda. Ara yang tadinya menunduk terus kini ia telah berani memandang Sastria.
Tanpa mereka sadari, di balik tirai terdapat Acha yang sedang berbaring dengan air mata yang mengalir dengan deras.
***
Malamnya Acha lagi bersantai mendengarkan lagu sedih andalannya. Ia ingin mengeluarkan emosi yang ada di dalam hatinya. Rasanya sesak jika tidak ia keluarkan, kejadian itu terus-terusan ada di pikirannya. Lagi asik-asik mendengarkan lagu dan mengeluarkan beban di pikirannya. Hp Acha bergetar, ia terkejut tengah malam seperti ini Fahri menelepon dirinya.
"Woi, nenek lampir lama amat lo angkat," teriak Fahri di sebrang sana.
"Apaan?" Ujar Acha dengan cuek, ia lagi malas berdebat dengan siapapun.
"Lo udah belajar belum? Besok ujian."
"Malas, kan ada lo yang super duper pintar."
"Enak aja lo. Belajar sana, awas besok lo nyontek," ancam Fahri, main-main kepada Acha.
"Bawel banget, iyee-iyee." Acha mematikan teleponnya, ia kesal di ganggu disaat-saat waktu santainya.
Acha pergi ke meja belajarnya, ia membuka buku yang ada di depannya, ia tidak tahu besok akan ada ujian apa. Acha hanya membaca isi buku itu tanpa repot-repot menghapal nya. Merasa ngantuk ia menutup buku itu dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLIPOP [END]
Teen Fiction'Dari keinginan, berubah menjadi keposesifan. Dari keinsengan, berubah menjadi kebiasaan.' Sabila Anastasya - Acha, cewek yang mempunyai senyum manis, semanis lolipop itu. Menjadi siswi baru yang begitu onar di SMA Dharma. Tidak ada kejadian yang ti...