LOLIPOP 53 END

107 10 1
                                    

Sampai di bandara, Chiko memarkirkan motornya di parkiran. Acha langsung turun dari motor Chiko saat motornya terparkir rapi. Melihat Acha yang terburu-buru ingin masuk ke dalam. Chiko dengan cepat melepas helmnya dan mengunci motornya. Ia ikut berlari di belakang Acha.

Saat sudah di dalam, Chiko menarik langsung tangan Acha. "lo jangan kayak di drama film deh. Rela-rela berlari, nyari satu orang di bandara seluas ini. Ikut gue!" Chiko mengajak Acha ke lawan arah tempat Acha ingin berlari tadi.

Chiko sudah tahu tempat Sastria menaiki pesawat nantinya. Ia sudah biasa ke sini, menjemput dan mengantar ke dua orang tuanya kalau ke luar negeri.

"Semoga nggak terlambat," ucap Chiko kepada Acha.

Sampai di sana, Acha berlari ke arah jendela besar ia melihat pesawat yang ia yakini sekali kalau itu adalah pesawat yang Sastria naikin. Acha menangis lagi, ia benar benar terlambat untuk melihat wajah sastria yang terakhir kalinya. Acha tidak tahu kapan Sastria kembali ke sini atau dia akan menetap di sana.

Sara dan Fahri baru saja tiba. Sara yang melihat kodisi Acha seperti ini ia mengerti kalau mereka sudah terlambat. Sara berjongkok di samping Acha yang terduduk di lantai. Sara mengusap-usap bahu Acha.

"Cha sabar ya."

"Dia kenapa jahat sama gue, Sar. Dia gak ada bilang pamit."

"Mungkin dia nggak mau melihat lo sedih, melihat lo mengeluarkan air mata hanya untuk dia."

"Kita pulang yuk." Sara membantu aAcha untuk berdiri. Mereka berjalan keluar dari bandara itu. Sara membantu Acha membuka pintu mobilnya. Sara membawa mobil Acha dan di ikuti dari belakang dengan motor Chiko dan mobil Fahri. Mereka semua pergi ke rumah Acha untuk memberi supprot kepada Acha.

***

"Cha udah dong nangisnya. Itu Chiko berusaha menelepon Sastria." Acha menghapus air matanya, tapi air matanya tetap mengalir terus.

"Berapa lama sih sampai di sana?"

"Gue kurang tahu, Cha."

"Cha." Acha melihat ke belakang, Chiko sudah berdiri di belakangnya dengan wajah serius.

"Dia nggak mau angkat teleponnya." Wajah Acha langsung murung.

"Tapi dia ngirimin voice note. Lo mau dengar?" Acha langsung mengangguk gembira. Chiko mengirim voice note Sastria ke whatsapp Acha. Mungkin kata terakhir dari Sastria bisa Acha simpan menjadi arsip di ponselnya.

Hai cha, hai semua nya. Maaf gue gak sempat pamit sama kalian semua, gue terlalu sibuk ngurusin keberangkatan gue, gue gak bermaksud untuk melupakan kalian. Tapi gue terlalu pengecut, gue gak berani melihat kesedihan kalian di depan gue dan itu hanya gue yang sudah jahat sama kalian semua. Terutama lo Cha, orang yang sudah hadir lama di hidup gue. Maaf kalau beberapa hari ini gue buat lo nangis. Buat kalian semua yang ada di sana, jagain aAcha ya bantu gue jangan buat dia nangis seperti dulu, terutama lo, Ko. Gue percaya sama lo. Dan kalian jangan cemasin gue, gue sudah sampai di Belanda dan gue sudah di rumah juga. Jangan ngarapin gue untuk kembali karena gue sudah memutuskan untuk tidak kembali ke sana. Kalian jaga kesehatan ya. Bye.

Tangis Acha semakin pecah mendengar voice note itu. Acha mencoba mencari nama Sastria di whatsapp nya, tetapi Sastria sudah menghapus akunnya. Acha mencoba telepon biasa, tetapi nomor itu sudah mati. Benar benar tidak ada harapan untuk Acha mengeluarkan isi nya kepada Sastria.

Acha memeluk Sara yang berada di sampingnya, "dia beneran udah pergi jauh, Sar," ujar Acha samar samar di pelukan itu.

Orang yang di tinggalkan dan meninggalkan pasti merasakan sakit yang sama. Walau kita tidak pernah mengutarakan perasaan kita, tapi aku tau kamu hanya menyanyangiku sebagai adek mu dan juga sahabat mu. Terima kasih atas waktunya yang dulu, yang selalu ada buat gue, yang selalu buat gue tersenyum, yang selalu bawel sama gue kalau gue lagi bolos. Lo berhak bahagia di sana, Muhammad Sastria Prasaja.

Sastria membaca dm dari Acha. Ia mengetik dan membalas pesan Acha.

Lo juga Cha, jangan nangis lagi. Lo berhak sekali untuk bahagia.

***

Besoknya, Acha keluar dari kamarnya. Semua orang sudah menunggu Acha dan membantu kepindahan rumahnya. Kotak kotak yang berisi barang barangnya sudah mereka masukan ke dalam mobil.

Acha melihat ke tiga temannya sudah menunggunya. "jangan sombong ya lo Cha. Ingat gue terus," ucap Sara.

"Gue juga Cha. Kami bakal main kok ke rumah baru lo," ucap Fahri.

"Hati hati ya, Cha," ucap Chiko.

"Iyaa gue gak bakal ngelupain kalian kok. Apalagi kenangan di SMA Dharma," ucap Acha tersenyum manis, "Buat lo Fahri dan Sara, langgeng ya. Gue tunggu undangan dari kalian berdua."

"Tentu Cha." Sara, Fahri dan Chiko memeluk Acha.

"Andai kisah gue seperti kalian berdua, yang endingnya bahagia." Sara memukul pelan bahu Acha. Ia malas mendengar kata itu, ia tidak mau Acha bersedih lagi. Acha tertawa melihat reaksi Sara. Acha naik ke dalam mobil yang sudah ada Rachel.

Fahri, Sara, dan Chiko melambaikan tangan mereka. Setelah mobil Acha menghilang dari sana. Sara mengejek chiko.

"Mendem terus. Sampai mampus, tu lihat orangnya sudah pergi."

"Yuk sayang, kita tinggalkan Chiko sendirian di sini dengan penyesalannya." Fahri mengandeng tangan Sara dan ikut mengejek Chiko.

"Bye chiko jones, jangan nangis yaa." Sara melambaikan tangannya kepada Chiko yang masih berdiri di sana.

Selesai.

LOLIPOP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang