LOLIPOP 18 ✔️

52 11 2
                                    

"Serius amat lo." Sastria menepuk bahu Chio yang sedang melihat Acha menyapu.

Walau mereka berdua sebenarnya masih kesal. Tapi mereka tetap harus propesional dengan tugas mereka di sekolah. Jika mereka berdua masih berkelai terus menerus maka mereka sebagai pemanut siswa yang teladan akan tercoret nama baiknya. Ia itu mereka berdua tidak mau terjadi.

Chiko melihat Sastria dengan tatapan tajam. Sudah seperti itu cara pandang Chiko dengan seseorang. Chiko bergeser berjauhan dari Sastria. Sastria menyadari itu, ia membuka suara, "Lo salah paham, Ko. Gue nggak bermaksud melawan aturan. Gue lupa, maaf khilaf namanya juga manusia, Bro." Tidak ada respon dari Chiko. Chiko tetap memerhatikan gerak-gerik Acha.

"Gue merasa bersalah," ucap Chiko menganti topik pembicaraan mereka berdua. Ia meletakan tangannya di depan dadanya.

Sastria yang tahu ke arah maba Chiko berbicara, ia teringat di mana Acha yang mengadu kesakitan akibat pukulan dari Chiko. Sebenarnya Sastria ingin marah kepada Chiko tetapi ia tahu kalau temannya itu tidak segaja memukul Acha, dan ini juga terjadi kesalahpahaman.

"Tenang, dia orangnya tidak pendendam kok."

"Nggak pendendam lo bilang? Lo nggak dengar kabar kalau dia ngebully adek kelas?" tanya Chiko dengan nada kesal. Ia merasa terpancing dengan ucapan Sastria barusan.

"Gue dengar. Terus?"

"Motif Acha ngebully itu adalah untuk mencari gue."

"Maksud lo?" Chiko mengedik bahunya tidak tahu, "Lo tanya sendiri dengan dia, Bro." Chiko melipat tangannya di depan dadanya dan kembali fokus melihat siswa-siswi yang sedang menjalani hukuman mereka.

***

Acha yang sedang menyapu sampah-sampah yang berserakan di lapangan, merasa risih karena sedari tadi ia merasakan ada yang memerhatikan dirinya. Acha melihat di sekitarnya, orang-orang pada sibuk dengan kesibukannya masing-masing.

Deg...

Acha beradu pandang dengan Chiko yang melihat dirinya sedari tadi. "Ternyata dia, pantes gue merinding." Acha mengedik ngeri. Ia melanjutkan hukumannya.

"Acha!" Acha menoleh ke samping, melihat seorang cewek sedang kesusahan mengangkat tempat sampah ke pinggir lapangan.

"Tolongin!" ucap cewek itu yang nampak sedang kecapean sekali, Acha berlari kecil kearah cewek itu dan membantu nya. dengan semangat 45 yang Acha miliki, ia tidak pernah ngeluh walaupun disuruh bersih-bersih di tengah lapangan yang sedang teriknya matahari. Karena adalah cara dia agar tidak masuk ke dalam kelas untuk belajar.

Selesai membantu siswi yang meminta tolong padanya tadi dan juga membantu teman sekolah nya yang lain. Acha sampai lupa dengan tugasnya sendiri ia sama sekali belum beres membersihkan lapangan di bagiannya.

***

Saat acara bersih-bersih lapangan telah selesai, Acha dan siswa-siswi lain yang terlambat tadi di suruh mengumpul di lapangan depan, untuk di kasih nasehat dengan senior-senior dan juga guru BK.

Acha datang terlambat ke lapangan depan, karena tugas punyanya belum selesai. Ia bingung lihat orang-orang yang berada di sini. Tidak ada hati nuraninya untuk membantu Acha juga. Acha berdiri di barisan paling belakang.

Chiko menaiki podium untuk memberi nasehat kepada teman-teman atau pun adek-adek kelasnya yang terlambat, dan untuk kedepannya harus di siplin.

Acha memandang remeh ke arah Chiko. "Ada juga ya orang kayak dia. Kelakuan dengan jabatan yang di pegang nggak sebanding." Acha yang tidak minat mendengar nasehat yang di berikan Chiko, ia memilih mendengarkan lagu yang ia sudah steel dan memasang earphone di telinganya.

Acha yang sedang asyik dan terhayut dalam lagu yang ia putar, ia memejamkan matanya sambil menikmati angin sepoi-sepoi menyejukkan badannya. Saat Acha merasakan suasana seperti sepi, Acha membuka matanya. ia di kejutkan oleh kehadiran Chiko yang sudah berada di depannya. Acha melihat sekeliling, teman-teman lainnya pada sibuk mengambil tas mereka, dan pergi ke kelas.

Acha yang malas meladeni Chiko yang berada di hadapannya menatap dirinya dengan muka sangarnya, Acha melangkahkan kakinya untuk mengambil tasnya yang berada di depan, tetapi tangannya di tahan oleh Chiko.

"Buka earphone, lo," ucap Chiko yang masih memegang tangan Acha tanpa melihat si pemilik tangan tersebut.

Acha yang masih mendengar sedikit suara dari luar itu, Acha melepaskan earphone di telinga dengan santai.

"Lo tau kan, di sekolah ini punya peraturan?" ucap Chiko berjalan ke arah depan Acha. Acha yang malas menjawab pertanyaan dari Chiko. Acha hanya melipatkan tangannya di depan dadanya, dan membalas memandang cowok di depannya itu tidak kalah sengit.

"Bawa sini Handphone, Lo." Chiko menjulurkan tangannya untuk meminta hp Acha.

"Gue tau sekolah ini punya peraturan. Dan sekolah lain pun juga demikian. Tapi Lo di sini ketua osisnya dan kenapa lo nggak kasih tau gue tentang peraturan sekolah ini." sergah Acha menyembunyikan hpnya di belakang tubuhnya.

"Bacot lo." Chiko mendekat ke arah Acha dan langsung mengambil Hp Acha dengan mudah.

"Woi, hp gue!" teriak Acha tidak terima Chiko mengambil hpnya dan pergi gitu saja.

"Eh cowok ngeselin, balikin Hp gue," Acha berjalan cepat, dan berhenti di depan Chiko. Chiko memandang Acha dengan alis satunya di naikan.

"Balikin cepetan!" minta Acha yang sudah malas memandang wajah Chiko.

"Nggak,"

"Gue bilang balikin, apa hak lo mengambil Hp gue dan menyita nya?"

"Gue adalah ketos di sekolah ini, jadi, bagi siswa ataupun siswi yang melanggar aturan sekolah ini akan berhadapan sama gue."

"Basi lo." Acha berjalan mendekat ke Chiko.

"Hp lo mau gue sita, atau guru BK yang sita? tinggal pilih." Chiko menahan tubuh Acha dengan tangannya agar tidak mendekat ke arahnya.

Acha bungkam, "Diam, berarti lo milih Hp lo disita sama gue." Chiko pergi meninggalkan Acha yang masih diam membisu di pinggir lapangan.

"Pulang sekolah bisa lo ambil di ruang osis," teriak Chiko, Acha pergi mengambil tasnya dan pergi masuk ke dalam kelas dengan muka bete.

LOLIPOP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang