Chapter 3

571 30 2
                                    

Rangga dari tadi masih saja gelisah mencari Nissa sejak tadi pagi bersama dengan Reihan. ia harus membicarakan soal kejadian kemarin dengan Gadis itu dan menjelaskan kepadanya kalo ia dan Reihan adalah sepasang kekasih. Akhirnya, Rangga bertemu dengan Nissa. Saat Nissa baru saja keluar dari lift, dan Nissa juga terus saja menghindar dari Rangga.

"Nissa ada yang harus kita omongin dulu hari ini, kumohon!" pinta Rangga.

Nissa hanya diam saja tidak menjawab perkataan Rangga sepatah kata pun, ia pun dengan acuh tak acuh berjalan melewati Rangga. Ragga terus saja menggikuti Nissa dari Belakang.

"Kumohon Nissa, kita harus bicara, saya minta maaf soal apa yang terjadi kemarin!" mohon Rangga Berkali kali.

Walaupun Rangga sudah berkali kali memanggil Nissa. Tetapi, Nissa tetap tidak peduli dengan permohonan Rangga. Nissa tidak mau berbicara lagi dengan Rangga. Rangga pun hanya bisa pasrah atas ketidak pedulian gadis itu kepadanya. Nissa terus saja berjalan tanpa menatap pria jangkung berkacamata tersebut. Rangga masih saja merasa bersalah kepada Nissa, ia tetap saja tidak bisa membujuk Nissa dengan cara lain. Karena Rangga tidak tau caranya membujuk seseorang selain kekasihnya Reihan.

"Ya, benar kita harus bicara dulu!" ucap tegas Reihan yang tiba tiba saja muncul di handapan Nissa.

Nissa pun berhenti berjalan setelah mendengar suara Reihan, ia pun melihat Reihan yang menatapnya dengan tajam kepadanya, Nissa pun dengan dinggin membalas tatapan Reihan. Mereka berdua hanya saling bertatap mata dinggin dalam waktu yang agak lama. Tatapan Reihan seakan akan mengancam Nissa, padahal mereka saja baru saling bertemu, tetapi Nissa tidak mau kalah dan tetap terus menatap dingin Reihan.

"Baiklah, kita bicara saat jam makan siang!" ucap dinggin Nissa.

Nissa pun langsung berjalan menuju mejanya, meninggalkan kedua pria tersebut tanpa bicara lagi. Ya, setidaknya Rangga bisa berbicara dengan Nissa dan menjelaskan segala hal yang harus ia jelaskan, dan yang pasti Nissa masih syok dengan kejadian kemarin. Tapi anehnya kenapa Reihan berani beraninya menatap Nissa dengan tajam, hingga ia mau diajak bicara. Padahal, Reihan dan Nissa baru saja bertemu, seakan akan mereka berdua memiliki aura saling bermusuhan, kenalan aja belum. Itu membuat Rangga menjadi khawatir.

Nissa merasa aneh kenapa berani beraninya Reihan menatapnya seperti itu. Padahal dia dan Reihan baru saja bertemu, bahkan namanya aja Nissa belum tau, tapi udah main tatapan tajam segala. Yang penting Nissa harus bisa menghindar dari kedua pria tersebut, tapi bagaimana caranya? Nissa ngak mungkin juga langsung keluar dari pekerjaan barunya, baru juga kerja udah main keluar aja, terlebih lagi ia juga telah beruntung mendapat pekerjaan yang bagus di perusahaan besar dengan gaji yang memuaskan, kalau ia keluar nantikan susah buat nyari kerjaan lagi, ditambah ia harus membantu Ibunya untuk membiayai kebutuhan keluarganya.

                            ~~~

"Kenapa sih lu musti melototi dia sampai begitunya?" tanya Rangga penasaran.

"Ya, biar dia mau di ajak bicara," jawab Reihan.

"Ya, tapi ngak gitu juga, belum juga kenalan udah pada saling tatapan!"

"Wah, jangan jangan lu cemburu kalo gue melongongin tuh cewek, tenang tenang gw masih cin-" ucap terpotong Reihan oleh jari telunjuknya Rangga.

"Ssst Beruang! nanti kalo ada yang denger gimana, udah tau ini lagi dikantor!" bentak Rangga sambil jari telunjuk di simpan di bibir Reihan.

Kebiasaan Reihan sih, mau ngegombal tapi ngak tau tempat, udah tau disini banyak karyawan yang lewat.

"Iya iya maaf! Tapi setidaknya kita bisa ngomong dulu sama tuh si Nissa," ucap Reihan.

Our Secret [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang