Malam hari, Merry baru saja pulang dari pemotretannya sebagai seorang model yang anggun. Dia memutuskan untuk pergi minum kopi sendirian di sebuah cafe yang tidak jauh dari gedung pemotretan. Saat memasuki cafe, terlihat Reihan yang sedang duduk sendrian dengan wajah yang sangat murung sambil menatap kosong secangkir kopi yang ada didepannya. Merry merasa puas melihat keadaannya yang begitu buruk, pasti Reihan sudah mendapatkan getahnya. Akhirnya setelah sekian lama dendam Merry terbalas juga, atas bantuan dari teman sekantornya Reihan.
Merry pun meliki niatan jahat untuk memanas-manasi emosinya pria murung itu, baginya itu akan menyenangkan. Merry dengan segera menghampiri Reihan dan langsung duduk dihadapannya.
"Hei Reihan, apa kabar?"
Reihan tersadar dari lamunannya dan langsung menengok ke depan.
"Oh, ternyata elu Merry," ujar Reihan datar.
"Jadi gimana kabar elu sekarang?"
"Baik, gue cukup baik."
"Elu kayak keliatan murung gitu, ada apa?"
"Enggak kok, cuma...."
Terlihat Reihan cukup frustasi sekarang, dan itu membuat Merry senang melihat kondisinya yang seperti itu.
"Oh ya, gimana kabar Rangga?" tanya Merry langsung.
"Gue juga enggak tau gimana kondisi dia sekarang, emang kenapa?"
"Enggak, cuma dia dingin aja ke gue di restoran waktu itu."
"Maaf soal itu! Terkadang dia orangnya agak baperan."
"Elu tau, setelah elu lulus dari SMA. Sikap Rangga cukup dingin ke gue, dulu kami sering bersaing dalam setiap kompetisi apa pun baik itu segi materi maupun fisik."
"Terus?"
"Sekali gue pernah berbuat curang padanya, dengan cara nuduh dia yang enggak benar. Akhirnya dia pun dihukum, lalu dia ngomong sama gue. Kalo gue lah yang curang, terus dia pun memutuskan untuk nggak temanan lagi sama gue."
Merry menjelaskan masa lalunya padanya Reihan dengan sangat santai, seakan akan dia ingin menjelekan Rangga, karena dia ingin memancing emosinya Reihan. Tapi Reihan hanya diam menyimak ceritanya Merry.
"Menurut gue Rangga itu cowok yang kejam dibalik wajahnya yang polos. Gue pengen tau kenapa elu bisa cinta sama dia?" tanya Merry langsung to the point.
Merry berharap ekspresi Reihan keliatan menjadi terlihat kaget dan emosi, karena Dia sudah menjelek jelekan Rangga dan memberinya pertanyaan secara tiba-tiba. Tapi ekspresi Reihan hanya datar menatap Merry, padahal Merry sudah berkata yang tidak-tidak padanya. Itu membuat Merry terheran heran, kenapa rencananya tidak berhasil?
"Kok elu...." heran Merry.
"Kok gue, apa?"
"Kenapa elu diam aja? Seharusnya elu marah dong kalo gue ngejelekin Rangga, dan seharus elu bertanya kenapa gue bisa tau soal elu sama Rangga!"
Reihan hanya diam sejenak, lalu mengambil cangkir kopinya dan meminum kopinya dengan tenang. Itu membuat wajah Merry benar-benar keheran.
"Gue udah tau, kalo rlu itu sebenarnya udah tau soal gue dan Rangga," jawab Reihan datar.
"Apa?!"
Itu membuat Merry langsung terkejut dengan pernyataan Reihan. Bagaimana Reihan tau kalo Merry itu udah tau soal dirinya?
"Waktu Gue nembak Rangga, lalu kami jadian di koridor asrama. Gue sempat ngeliat Elu lagi ngawasin kita di koridor, dan pastinya elu langsung sakit hati gara gara kami, kan. Tapi gue cuma diam aja waktu itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret [END]✔
Ficción GeneralRangga dan Reihan adalah pasangan gay yang tinggal bersama di satu apartemen. Hubungan terlarang mereka sudah terjalin selama 8 tahun dan tidak ada siapa pun yang mengetahui tentang mereka. Hingga ada seorang gadis yang mengetahui rahasia mereka. N...