Chapter 30

158 2 0
                                    

Rangga baru saja terbangun dari tidurnya. Dia mengambil kacamatanya di meja dan mengenakannya. Rangga melihat disamping ranjangnya tidak ada siapapun yang tidur bersamanya. Kemarin malam, Rangga mengizinkan Reihan untuk tidur bersamanya untuk yang terakhir kalinya. Tapi kenapa pagi pagi begini Reihan sudah hilang entah kemana? Padahal hari ini Rangga ingin bicara kepada Reihan mengenai nasib mereka selanjutnya.

Suasana pagi ini terasa sangat hening, tanpa adanya Reihan yang membuat Rangga kesal. Rangga bangkit dari kasurnya dan langsung memeriksa lemari pakaian. Dia mendapati seluruh pakaian Reihan yang sudah tidak ada. Dia keluar dari kamarnya untuk mencari Reihan. Sayangnya setiap sudut ruangan yang ada di apartemen begitu sepi. Rangga memutuskan untuk pergi ke dapur. Lalu dia melihat sepiring nasi goreng dan segelas susu putih yang sudah diletakan diatas meja makan. Di bawah piring nasi goreng tersebut terdapat sebuah kertas yang sudah bertuliskan sesuatu.

Rangga menggambil kertas tersebut dan membacanya.

Untuk Mata Empat

Mudah mudahan elu mau memakan nasi goreng buatan gue ini. Gue tau gue enggak jago masak kayak elu, tapi elu juga butuh sarapan. Enggak lupa, gue juga udah nyiapin susu putih terkhusus buat elu.

Makasih udah ngizinin gue tidur sama elu, buat terakhir kalinya. Semoga kedepannya elu lebih bahagia lagi dari sebelumnya. Walaupun gue sama elu udah enggak ada hubungan apapun, Tapi gue masih cinta sama Elu.

I Love you,
Beruang

Setelah membaca pesan dari Reihan, Rangga pun langsung meletakan kertas itu dia atas meja. Lalu mulai menatap nasi goreng di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Jadi ini keputusan elu sekarang, Beruang."

~~~


Silvi masih saja terbaring di ranjang, padahal ini hari sudah pagi. Dari kemarin malam sampai pagi ini, dia tidak bisa tidur, karena masih menangisi soal sahabatnya. Terlihat dari matanya mulai agak membengkak dan memerah, karena terus saja menangis. Dia terus saja berbaring di ranjangnya, tanpa bangun sedikit pun. Bahkan ponsel yang ada disampingnya terus berbunyi, karena Nissa selalu menelepon. Tapi Silvi tidak mengangkat telepon tersebut, saat ini dia hanya ingin merenung sendiri.

Persahabatan Silvi dengan Rangga kini telah usai begitu saja, karena Silvi yang mengakhirinya. Padahal mereka sudah berteman sejak mereka masih kecil, lalu berpisah dalam waktu yang cukup lama. Lalu beberapa tahun kemudian, mereka telah dipertemukan lagi dan kembali menjadi teman akrab seperti dulu. Tapi sayang hal itu harus berakhir, karena rahasia Rangga telah diketahui oleh Silvi, membuat Silvi sangat marah besar.

Silvi tidak menyangka Rangga memiliki rahasia besar dalam hidupnya, bahwa dia adalah seorang gay. Padahal Silvi sahabatnya Rangga, tapi mengapa dia baru mengetahui hal itu sekarang? Seandainya Rangga memberitahu Silvi bahwa dirinya seorang gay, sebelum mereka berpisah selama beberapa tahun. Mungkin Silvi tidak akan sesakit ini, dia akan mencoba untuk menyemangati sahabatnya. Tapi Silvi malah mengetahui hal itu dari orang tidak kenalnya, bahkan sampai Dia harus melihat foto sahabatnya berciuman dengan Pria.

Silvi bangun dari ranjangnya, dan langsung berjalan menuju kamar mandi. Dia memutar keran air, lalu membasuh mukanya. Silvi melihat dirinya di cermin, dia begitu buruk, matanya memerah dan agak membengkak. Dia sejenak menghela nafasnya. Dia ingin tau kenapa di begitu sangat sedih saat mengakhiri persahabatannya dengan Rangga, ketimbang mengakhiri hubungan dengan mantan pacarannya? Mungkin itu karena mereka berdua sudah lama menjalin perteman, dari mereka masih anak anak hingga.

"Elulah yang udah membuat persahabatan kita berakhir. Gue merasa sangat jijik sama Elu, Rangga!"

Kini perasaan Silvi sudah bercampur aduk denga rasa marah, kecewa, dan sedih. Selain itu dia juga benar benar merasa jijik dengan Rangga yang seorang gay.

Our Secret [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang