Chapter 12

191 8 1
                                    

Malam hari di kota bandung, Nissa baru saja selesai sholat isya. Saat ini Dia sedang berada dikamarnya, bersandar diranjangnya sambil membaca novel. Hingga ada suara ketukan pintu dari luar pintu kamarnya Nissa.

"Nis, Boleh ibu masuk? Ada yang mau Ibu omongin, nih!" ucap Bu Mira dari balik pintu.

"Oh, Ibu. Masuk aja! Pintunya ngak dikunci, kok."

Bu Mira pun membuka pintu tersebut, dan langsung masuk kekamarnya Nissa. Nissa pun memberi tanda pada bukunya dan menunutup buku yang ia pegang itu. Saat ini Bu mira sudah duduk diranjangnya Nissa. Tampaknya, ada sesuatu yang mau diomongin oleh Bu Mira ke Nissa.

"Jadi, Ibu mau ngomongin apa?" tanya Nissa.

"Sebenarnya, kamu emangnya ngak ada kepikiran buat langsung nikah aja?"

Ekspresi Nissa tiba tiba menjadi murung, setelah mendengar pernyataan dari Ibunya itu.

"Kok, Ibu malah jadi ngomongin ginian sih?" ucap Nissa.

"Ibukan cuma mau lihat kamu bahagia. Setiap hari Ibunya hanya melihat kamu bekerja terus dari pagi hingga sore, cuma gara gara kamu mau bantuin ibu."

"Udah ibu, Jangan ngomong gitu lagi! Lagi pula, Nissa udah bahagia Kok. Nissa bisa tinggal bareng Ibu dan Aisyah di rumah ini. Walaupun,  Aku bukan anak Ibu."

Mendengar ucapan Nissa, tiba tiba ekspresi kesedihan dari Bu Mira muncul. Kenapa anaknya, berkata seperti itu? Walaupun emang benar, bahwa anak yang sedang berbicara dengannya itu bukanlah anak kandungnya.

"Ibu udah ngangap kamu kayak anak sendiri, Nis. Jadi wajar, kalo Ibu mau kamu bahagia," ucap Bu Mira sambil memegangi tangan anaknya.

"Tapi, Nissa udah bahagia, kok. Aku udah anggap Ibu kayak Ibu aku sendiri, dan Ibu juga udah ngagep aku kayak anak sendiri. Ibu udah berkorban banyak Buat aku, Ibu udah ngasih makan ke Aku, Udah nyekolahin aku sampai lulus, udah menyayangi aku hingga besar. Dan aku bersyukur banget punya Ibu yang baik seperti Ibu," jelas Nissa dengan berkaca kaca.

Lalu, Mata Bu Mira tiba tiba saja berkaca kaca, setelah medengarkan ucapan dari Anaknya itu. Saking Terharunya, Bu mira pun memeluk anaknya, Nissa. Nissa pun balas memeluk Ibunya itu.

"Ibu juga bersyukur, memiliki kamu sebagai anak Ibu," ucap Bu Mira.

Mereka berdua berpelukan dalam waktu yang agak lama. Nissa pun tersenyum, sambil masih memeluk Ibunya. Nissa merasa sangat bersyukur, karena telah memiliki keluarga yang menyayanginya, dari dia kecil hingga dewasa. Bu Mira juga sangat bersyukur, memiliki anak sholehah seperti Nissa. Pengorbanan Bu Mira, Tiada ada bandingnya dengan perbuatan yang dilakukan Nissa saat ini. Nissa harus tetap membantu Ibunya, agar dia dapat membalas semua pengorbanan Ibunya untuk Dirinya itu.

                               ~~~

Saat ini dikantor, Nissa dan Silvi sedang asik berberbincang. Hingga, datanglah Reihan yang tiba tiba saja mengangu kedua gadis tersebut. Dan tampaknya, Reihan sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Hi, kalian! Gue mau nanya sesuatu, nih," ucap Reihan.

"Apa sih? Datang datang Gangu kita aja!" sewot Nissa.

"Yee, ngak usah sewot juga, kali!"

Selalu saja Reihan dan Nissa setiap harinya, ribt terus. Bisa ngak sih mereka akur sekali aja!

"Emang elu mau nanya apa sama kita? Dan kenapa elu kayaknya lagi khawati banget?" tanya Silvi.

"Hari ini, Kalian ngerasa ada yang aneh ngak sama Rangga?"

Lalu, Silvi dan Nissa pun melihat kedepan. Rangga sedang berbicara keoada seorang karyawan. lalu, Rangga memberikan sebuah kerta dokumen kepad karyawan tersebut, sambil tersenyum ramah seoerti biasanya.

Our Secret [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang