🎵45~ Melodie D'Amour🎵

31.6K 1.9K 141
                                    

🎵🎵🎵

Setelah malam menyesakkan itu berlalu, El tak menyerah. Ia masih berusaha untuk bisa bertemu dengan Rania untuk sekedar menjelaskan semuanya. Telpon dan pesannya tidak pernah Rania gubris membuat El sedikit kacau.
Pikirannya tidak setenang hari-hari sebelumnya. Rania, hanya satu nama itu yang tak henti-hentinya berkeliaran di sana.

El menyeruput Capucino pesanannya, matanya tak henti memperhatikan sederet pesan yang ia kirimkan pada Rania yang belum mendapat respon apapun dari gadis itu.

Ting...

Satu pesan masuk membuat El melebarkan matanya, tapi detik berikutnya ia menghela nafas. Bukan dari Rania, tapi dari sang mama yang meminta tolong untuk menjemput si bungsu di sekolah.

Tanpa berpikir dua kali, laki-laki itu bangkit dari duduknya berjalan ke arah meja kasir untuk membayar minumannya kemudian melenggang pergi untuk menjemput Bela.

🎵🎵🎵

Rania berjalan mondar mandir di dalam kamarnya dengan benda pipih yang masih ia genggam ragu antara membalas atau tidak pesan dari El.
Jika dipikir-pikir, sebenarnya mereka masih pacaran karena malam itu El tidak mengiyakan ucapan terakhir Rania. Jadi, hanya gadis itu saja yang menganggap hubungan mereka berakhir tidak dengan El.

Melati yang terduduk di atas ranjang milik Rania memutuskan untuk melempar Rania menggunakam boneka doraemon milik gadis itu.
Rania mendengus, ia menatap tajam ke arah Melati.
"Apa?" tantang Melati.

"Nggak papa!" ketus Rania. Ia kembali pada kegiatan awalnya yaitu mondar mandir tidak jelas membuat Melati rasanya ingin mengunci Rania di dalam kamar mandi. Tapi, ia masih waras karena bagaimanapun juga Rania adalah tuan rumah disini.
"Ck, gengsian banget sih lo jadi cewek. Tinggal telpon apa susahnya sih!" decak Melati, gadis itu hampir merampas hp milik Rania tapi buru-buru dijauhkan oleh sang pemilik. Takut jika Melati melakukan hal yang tidak-tidak.

"Apaan sih Mel!"

"Greget gue sama lo, El udah minta maaf bahkan sampe mohon tapi lo nya nggak respon dia. Kalo dia beneran udah berangkat baru nyesel lo"

Rania menggigit bibir bagian dalamnya, dalam hati ia membenarkan ucapan Melati. Jujur, Rania sudah memaafkan El tapi rasa kecewanya belum bisa ia kesampingkan didukung dengan egonya membuat Rania enggan untuk sekedar membaca pesan dari laki-laki itu.

Tapi, jauh dilubuk hatinya ia sangat merindukan El. Ingin melihat wajah tampan laki-laki itu, ingin merasakan pelukan hangatnya, dan masih banyak lagi.

Tanpa sadar butiran bening itu mulai mengalir.
"Gu..gue kangen El"

Melati menghela nafas, ia mengerti perasaan Rania karena ia pun pernah berada di sisi Rania.

Melati bangkit, menarik pelan tangan Rania kemudian memeluk sahabatnya itu. Memberikan kata-kata penenang.

"Lo masih cinta sama El, Ran. Gue tau, dan gue harap masalah kalian cepet selesai. Kurangi ego lo, kasihan El jangan sampai gara-gara mikirin lo mimpinya terhalang" ujar Melati lembut.

Rania mengangguk dalam pelukan Melati, gadis itu masih enggan melepaskan pelukan Melati walaupun suara deringan hp milik Melati mendominasi.

"Ran, lepas astaga. Gue mau angkat telpon dulu"

"Nggak mau...hiks..."

"Gini nih kalo bucin patah hati"

Dengan susah payah Melati meraih hp nya di atas kasur. Satu panggilan tak terjawab dari Regan, sang kekasih.
Buru-buru Melati menelpon balik. Tak butuh waktu lama karena Regan langsung mengangkat telpon.

MELODIE D'AMOUR [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang