🎵51~ Melodie D'Amour 🎵

32.4K 2K 168
                                    


Absen kuy siapa aja yang nungguin cerita ini....
Jangan lupa vote sebelum membaca..

Happy reading....

🎵🎵🎵

Melempar hp ke kasur, meraihnya kembali untuk dicek apakah ada pesan atau panggilan dari orang yang ditunggu-tunggu, itulah yang Rania lakukan selama libur semester.
Gadis itu tidak memanfaatkan hari liburnya dengan baik. Hampir setiap malam begadang menunggu panggilan paling tidak pesan dari El. Tapi, nyatanya laki-laki itu tidak pernag mengabarinya selama enam bulan.

Ayolah, enam bulan bukan waktu yang singkat. Rania berusaha mengerti keadaan laki-laki itu dan mencoba berfikir positif, mungkin El sibuk disana, tapi sekarang bukannya waktu libur? Lalu apa alasan laki-laki itu tidak menelponnya.

Entah untuk yang keberapa kalinya Rania melempar hp nya, kali ini tidak di atas kasur melainkan di lantai, tidak peduli benda pipih itu akan rusak nantinya. Ia terlanjur kesal.
Rania menghapus air matanya kasar, entah sejak kapan cairan bening itu berhasil lolos melewati pipi putihnya.

"aaaaaaaaa keseeeelll, mau pacaran sama Bian ajalah!" teriak Rania kesal.

"Heh Bian masih bocah!"

Rania meringis saat mendengar teriakan mamanya dari luar, tidak menyangkan wanita paruh baya itu akan mendengar teriakannya.
Gadis itu memilih menenggelamkan wajahnya di atas bantal, menangis sesuka hati disana dan berteriak kencang selagi ia bisa.

Rania sudah tidak peduli jika mamanya akan protes dan menghampirinya ke kamar. Ia terlanjur kesal, enam bulan menunggu kabar tapi nihil. Rania merasa bodoh sendiri disini, menunggu pesan atau panggilan setiap malam sementara yang dinanti tidak merespon sama sekali. Jangan tanyakan sudah berapa pesan dan panggilan ia tujukan pada El, tapi tidak ada balasan dan jawaban sama sekali. Mengingat itu membuat Rania ingin mencakar seseorang, tapi akan lebih memuaskan jika orang tersebut adalah El.

Rania tersentak, ia bangkit dari posisi tengkurapnya saat mendengar deringan yang berasal dari benda pipih yang tergeletak di lantai kamarnya. Dengan malas gadis itu turun dari ranjang dan meraih benda pipih berwarna silver tersebut.

Dahi Rania mengernyit, nomor tak dikenal. Siapa? Batin Rania. Tak mau ambil pusing ia langsung menggeser ikon berwarna hijau kemudian menempelkan benda pipih tersebut kearah telinganya.

"Halo"

Tidak ada jawaban disebrang sana.

"Halo, salah sambung ya?" tanya Rania. Ia cukup penasaran dengan si penelpon yang sedari tadi terdiam tidak menunjukkan tanda-tanda akan berbicara.

"Gue mati-"

"Ran"

Kini giliran Rania yang terdiam, telinganya berusaha mencerna suara si penelpon yang mirip seperti suara-

"Maaf baru bisa telepon"

Lamunan Rania buyar, tanpa sadar genggaman tangannya pada benda pipih tersebut semakin erat, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Suara itu, suara yang sangat ia rindukan selama enam bulan terakhir, suara yang begitu menenangkan kini ia dengar kembali. Tapi ada sedikit yang berbeda, suara itu tidak selembut enam bulan terakhir, kali ini terdengar sedikit serak.

"El?" panggil Rania ragu. Berharap ia tidak dikerjai oleh orang iseng.

"Maaf, sudah buat lo nunggu lama" suara itu kembali terdengar, suara yang dengan lancangnya berhasil membuat air mata Rania mengalir begitu saja.

Rania menangis, namun berusaha menyembunyikan suara tangisannya. Tangannya bergerak meremas baju bagian dadanya. Terasa sakit dan berdenyut disana, Rania sadar betapa ia sangat merindukan laki-laki yang terus mengucapkan kata 'maaf' di seberang sana.

MELODIE D'AMOUR [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang