5.⠀⠀Whispering City

1.1K 275 15
                                    

CHAPTER 5WHISPERING CITY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 5
WHISPERING CITY

⋅⥉⤉⋅

❝Aku akan mencari si keparat Gibson itu dan mengambil 𝖓𝖞𝖆𝖜𝖆𝖓𝖞𝖆 dengan tanganku.❞
















KETIKA ROBYN MENDATANGI bar Blackwater malam itu, hampir semua orang berpakaian hitam dan membawa sebatang lilin. Ia memandang keaadaan bar dengan sedih; duka yang tertampung disini amatlah pekat, dan Robyn harus beberapa kali mencoba meyakinkan diri kalau ini bukan salahnya.

Aku membuat Bruce tewas.

Ia menagih kebenaran dari Alder. Alder mendapat kebenaran dari Bruce. Dan Robyn... ah, dia gadis bodoh. Robyn bertindak spontan tanpa berpikir dua kali.

Rasa bersalah memerangkapnya seperti jaring laba-laba. Jika saja Robyn tak dikuasai monster imajiner yang menggerakkan amarahnya malam tadi, mungkin Bruce tengah tertawa keras di tengah mereka sekarang ini, menenggak bir dingin favoritnya. Mungkin Donald Gibson dan geng kecil bodohnya tak akan bertindak sejauh ini.

"Terima kasih atas kedatangan kalian," Wall mulai berbicara, dan seluruh orang di dalam bar langsung terdiam. Mereka semua berdiri menghadap ke arah Wall yang berada di depan konter, berdiri menjulang di atas yang lain. "Aku tak bisa mengatakan seberapa berdukanya aku mendengar kabar yang datang dari salah satu teman kita, Bruce Crossby."

Gumam-gumam samar memenuhi bar, tetapi Wall kembali berbicara, mengangkat lilin yang ada di tangannya. "Mari berdiri bersamaku dalam keheningan untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada orang-orang yang telah pergi mendahului kita. Untuk Bruce Crossby, yang telah membagi kebahagiaan dengan kita semasa hidup, dan atas kebaikan serta kerendahan hatinya. Dan juga untuk Ruby Haze," Wall terhenti sebentar, matanya seakan mencari sebelum akhirnya berhenti pada Robyn, "Untuk Ruby Haze, yang telah menjadi sahabat serta ibu yang baik dan tangguh. Mari mengenang dalam keheningan bersamaku, mari mengenang saat-saat kita bersama mereka, mari mengenang kebaikan-kebaikan yang telah mereka perbuat."

Semua orang menunduk, mengheningkan cipta untuk mengenang Bruce─dan tak seperti yang ia kira, untuk ibunya juga. Itu adalah satu menit terpanjang yang pernah Robyn lalui, tenggelam dalam duka dan rasa dendam yang belum terpuaskan. Robyn menunduk, dingin seakan menusuk seluruh sendi tubuhnya. Ia ingin menangis, ia ingin membakar bangunan terlantar mana saja yang bisa ia temui, ia ingin minum. Ia ingin merokok dan melupakan semua itu. Persetan, dia ingin melupakan segalanya. Dia ingin meninggalkan kota keparat ini dan memulai segalanya dari awal.

"Robyn?"

Robyn sudah menunggu pertemuan terakhirnya dengan pemuda itu, tetapi tetap saja efek yang timbul mengejutkannya. Alder terlihat tak cocok sekali berada di dive bar begini. Pandangan Robyn terhadapnya menjadi berbeda setelah ia menyadari dari sisi kota mana Alder berasal.

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang