CHAPTER 20
THE HARDER THEY FALL⋅⥉⤉⋅
❝Banyak 𝖔𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖏𝖆𝖍𝖆𝖙 menggila di luar sana, tak lagi ingat akan teritorinya.❞
"DIA MENYUNDUTKAN ROKOKNYA pada lenganku. Berkali-kali. Mengingat kejadian itu membuatku merasa ditarik kembali ke mimpi buruk yang berkabut."
"Aku merasa semakin bersyukur Donald Gibson mati," Alder membalasnya. "Kau kuat sekali, Robyn."
Robyn mendengus. "Kau harus menghadapi sifat abusif ayahmu lebih lama. Kaulah yang lebih kuat."
Udara seperti biasa, dingin, dengan awan-awan yang menutupi sinar matahari. Alder duduk di hadapannya, menyendok es krim stroberi dari mangkok kaca. Pemuda itu membalas tatapannya. Robyn ikut-ikutan menyendok es krim coklatnya.
Mereka tengah duduk di pinggir jalan yang lenggang, di bawah naungan kanopi putih dari kafe kecil bergaya Viktoria kontemporer. Duduk dalam diam yang nyaman, dan untuk pertama kalinya, Robyn merasakan ketenangan tak terbantahkan. Hari-hari tragis yang dilaluinya terhapus ketika ia menjejakkan kaki di Ernese, layaknya orang yang diberi kesempatan untuk melakukan penyucian dosa dan berhasil menghadapinya. Ia tahu, mungkin hari-hari berat masih menunggunya besok, tetapi ia mensyukuri hari ini. Dimana segalanya tenang, dan batinnya bisa merasakan kedamaian.
Dan selama Alder bersamanya, Robyn tak peduli kemana mereka berakhir. Entah itu neraka, atau surga. Entah itu kehampaan, atau bahkan tempat penyucian dosa yang lain lagi. Terkadang, Robyn bertanya-tanya, apa pemuda itu nyata? Apa wajah tirus, rahang yang tegas, serta sorot mata yang tampak suram itu benar-benar ada, dan duduk di depannya sekarang? Apa ia pantas mendapatkan seorang Alder Nichols?
"Kau tahu, kota ini membuatku tak ingin pergi," Robyn meringis malu-malu. Ia tak merasa sama setelah ciuman itu, seakan ada pintu kaca berdebu yang sudah terbuka dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam jiwanya.
"Ketika segalanya telah selesai, kita punya banyak waktu," Alder meraih tangan Robyn, lalu mengusap lebam-lebam di buku jari gadis itu dengan pelan. "Kau mau ikut?"
"Bersamamu? Di sini?" Robyn tertawa kencang. "Ya!"
Robyn bahkan tak pernah tertawa sebegitu murninya sejak kematian Kat.
Alder ikut tertawa. "Sampai tua."
"Bahkan jika hubungan ini tidak berhasil?"
Robyn merutuki kata-katanya. Setengah kesadaran yang ada di kepalanya mengumpat, mengatai Robyn sebagai perusak kesenangan; sebagian yang lainnya mengatakan kalau hal itu rasional. Mereka baru saling mengenal dan sudah berpikir mereka dewa─abadi selamanya. Dunia sudah gila dan mereka juga sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAOS ━ BOOK 1 | ✓
Mystery / Thriller𝐑𝐎𝐁𝐘𝐍 𝐇𝐀𝐙𝐄 selalu dikuasai amarah dan adiksi mematikannya sendiri, hingga sebuah peristiwa membangkitkan sisi tergelapnya. Kini, Robyn Haze keluar untuk membalas dendam. * * * [THE CHAOS TRILOGY: BO...