13.⠀Scarlet Street

731 170 41
                                    

CHAPTER 13SCARLET STREET

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 13
SCARLET STREET

⋅⥉⤉⋅

❝Sayang sekali, Robyn, kau mengabaikan peringatanku dengan bertindak sok 𝖏𝖆𝖌𝖔𝖆𝖓.❞






















DINGINNYA UDARA TERASA makin pekat ketika mereka berjalan menuruni tangga rahasia menuju Underworld, tersembunyi di halaman belakang bar besar suram. Suara hiruk-pikuk makin terdengar ketika mereka masuk semakin dalam menuruni tangga berkarat yang terbuat dari besi itu, sebisa mungkin berjalan lebih cepat.

Suasana di Underwold lebih lenggang dari pasar normal, tetapi yang membedakan adalah aura yang mereka rasakan. Robyn dan Alder berjalan menyusuri jalan sempit di antara deretan toko, tampak seperti anak kecil yang tersesat.

"Sayang, kau ingin kumanjakan?" seorang perempuan memanggil Alder dengan nada genit dan menggoda.

Alder tersentak, kemudian menggeleng dengan sopan. "Aku bersama kekasihku," bohongnya.

"Ayolah, aku sangat lelah," perempuan itu malah mengikuti mereka. "Memangnya siapa yang mau menolak Tekyla?"

Robyn memandang perempuan itu dengan tatapan membunuh. "Apa maumu?"

"Apa kau mau dimanja, sayangku? Aku bisa memberimu potongan harga," ia menggoda Robyn. "Aku amatlah lelah dan aku tak bisa menunggu lebih lama di sisi kedai itu."

"Dengar," Robyn maju selangkah hingga mereka berhadapan. Ia mencium aroma parfum yang bercampur dengan sedikit minuman keras dari perempuan di hadapannya sekarang. "Kami menolak. Tidakkah itu cukup?"

Robyn tak merasa ia berbicara cukup kasar, tetapi perempuan itu terlihat ciut dan mundur selangkah demi selangkah. "Ayolah, manis. Sudah dua hari pelangganku sepi."

"Enyahlah kau!" Robyn berteriak, membuat beberapa orang memandang ke arah mereka.

"Robyn, tenanglah," Alder maju dan melerai keduanya. "Hei, bisakah kau tunjukkan pada kami salah satu toko peluru?"

Perempuan itu terlihat berpikir sejenak, kemudian menjawab. "Beri aku uang dan informasi itu jadi milikmu. Tekyla tidak bekerja cuma-cuma, sayangku."

Alder merogoh sakunya dan melambaikan tiga lembaran uang di depan wajah perempuan itu. "Bagaimana?"

"Setuju."

Mereka mengikuti perempuan yang berjalan dengan riang itu, berusaha tidak menimbulkan rasa penasaran dari orang-orang di sekitar mereka. Toko-toko berjejer di sepanjang jalan, terlihat sangat amat normal dari luar, layaknya pasar pada umumnya. Robyn hanya mendengus ketika melihatnya; walaupun ia sudah menyelami dunia gelap sejak ia lahir, hal ini merupakan pemandangan baru. Mereka berhenti di depan sebuah toko kecil dengan papan nama yang terbuat dari kayu, tulisannya tak dapat terbaca lagi. Toko itu adalah toko paling menyedihkan di tengah toko-toko lainnya.

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang