4.⠀⠀Dangerous Intruder

1.7K 289 31
                                    

CHAPTER 4DANGEROUS INTRUDER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 4
DANGEROUS INTRUDER


⋅⥉⤉⋅

❝Kau tahu kita berurusan dengan 𝖔𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖘𝖆𝖑𝖆𝖍 ketika hal ini terjadi, Robyn.❞
















AROMA BENSIN MENYATU dengan cepat bersama udara musim gugur sesaat setelah membasahi bangunan. Korek api yang menyala memancarkan kehangatan samar ke jari-jemari Robyn, mengisi petak kosong yang ada di dekat jembatan itu dengan cahaya oranye kecil. Tempat ini benar-benar sempurna. Sebuah rumah perahu yang hampir runtuh di pinggir sungai berdiri dengan menyedihkan, seakan jauh dari peradaban, tanpa rumah atau bangunan lain di sekitarnya.

Cahaya api meredup ketika Robyn melemparkan korek itu ke bangunan di depannya. Kemudian, secepat guntur yang terdengar di kejauhan, api menyambar bangunan menyedihkan itu dalam satu tarikan napas.

"Jika aku jadi dirimu, aku tak akan melakukan itu."

Robyn tersentak, jantungnya berdetak bertalu-talu ketika merasakan ada langkah yang mendekat. Keringat dingin mulai mengalir di tubuhnya, bulu kuduknya berdiri.

Habislah aku.

Tubuhnya bereaksi dengan spontan. "Apa maumu?!"

"Woah, tenanglah." Ternyata si wartawan muda yang jangkung itu, dalam balutan jaket trucker berwarna cokelat cedar. Ia mendekati Robyn dengan pelan, berusaha sedemikian rupa tampak tak terpengaruh dengan api besar yang tengah melahap bangunan di hadapan mereka. "Bukankah kita sudah membuat janji temu?"

"Kau terlambat. Janji temumu sudah kadaluarsa di bar Blackwater satu jam yang lalu. Kau bahkan tidak menghubungiku."

"Untuk itu, aku meminta maaf."

Robyn mengabaikan. Ia sangat tidak terbiasa dengan kesopanan keparat pemuda ini, ditambah dengan fakta kalau mereka berasal dari sisi kota yang berbeda. Itulah hal menyedihkan yang perlu ia terima dengan lapang dada.

Ada sisi lebih baik di kota dosa ini, sisi dimana komunitasnya saling menjaga dan sudah pasti tak akan pernah menerimanya. Sisi dimana orang-orang kelas menengah ke atas hidup dengan nyaman di dalam rumah hangat mereka, tersentak pelan ketika mendengar kabar kematian atau kerusuhan yang mereka saksikan dari layar televisi, kemudian kembali ke rutinitas yang sempurna.

"Kau sadar sepenuhnya, bukan, kalau kau sedang melakukan tindakan kriminal?"

Robyn menghela napas dengan tidak sabar. Ia hanya ingin menikmati kehangatan dan cahaya merah dari api yang kini tengah berkobar riang di hadapannya, bukan mendengarkan pernyataan menuding dari orang yang bahkan tak memahami hidupnya. "Kalau begitu, pergi. Kau bisa saja mendapat masalah, bukan, kalau kau tertangkap polisi sedang bersama pelaku kriminal di tempat kejadian perkara?" ia menekan kata-katanya dengan suara sedingin es.

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang