CHAPTER 16
DON'T BOTHER TO KNOCK⋅⥉⤉⋅
❝Matahari bukan teman yang ramah untuk 𝖇𝖎𝖓𝖆𝖙𝖆𝖓𝖌 𝖒𝖆𝖑𝖆𝖒 seperti kita.❞
"KAU PASTILAH MENGUNJUNGI si pemarah Howard, benar 'kan?" Sebelah alis Diana terangkat ketika ia berbicara.
"Siapa itu?" Robyn menghirup es lemonnya, acuh tak acuh.
"Orang yang mengancam kalian dengan senapan," jawabnya, sambil duduk di salah satu kursi di samping mereka. "Yang secara tak langsung kalian campuri urusan keluarganya."
"Campuri?" ulang Robyn, amarahnya kembali membuncah. "Bajingan itu melakukan kekerasan pada anak dan istrinya, dan kau bilang kami 'mencampuri urusan mereka' ketika kami berniat menolong gadis kecil itu?"
Diana terlihat tidak terganggu dengan amarah Robyn. Ia malah terlihat makin antusias. Setelah pelayan datang dan meletakkan segelas gin di depannya, ia berbicara lagi. "Aku baru mengetahui itu ketika ia dengan kejamnya menampar anaknya di depan pintu rumah mereka. Sebelum itu, tidak ada yang tahu."
"Karena ia begitu hebat menutupinya?" kekeh Robyn. "Apa tetangganya tak punya telinga? Apa mereka tuli? Apa mereka tak punya mata untuk melihat lebam di sekujur tubuh anaknya?"
"Anak yang ia larang keluar dari rumah?" wanita itu balas bertanya, nadanya menantang. "Anak yang kabur malam tadi dan meminta bantuan darimu, dari orang asing yang baru saja bermesraan dengan kekasihnya?"
"Ia bukan kekasihku," Robyn menyergah, nadanya menurun. Ia mengalihkan pembicaraan. "Diana, kau tahu tentang wasiat ibuku, tetapi kupikir aku harus menyelesaikan beberapa hal terlebih dahulu sebelum mendatangimu."
"Jadi kalian saling mengenal?" Alder menatap Robyn, meminta jawaban.
"Itu rumit," jawab Robyn. "Sulit dijelaskan. Aku pun masih tak paham."
"Banyak hal yang sulit dijelaskan tentang siapa sebenarnya dirimu, dan bagaimana kau seharusnya hidup, Robyn," Diana tersenyum kecil. "Terutama tentang siapa dirimu. Tetapi, sekarang bukan saat yang tepat untuk melakukan perkenalan. Aku punya rencana."
"Kalau begitu segera katakan pada kami, apa itu," Robyn meraih minumannya agar ada sesuatu yang dilakukan. "Kami berpacu dengan waktu, Diana."
"Kemana tujuan kalian sebenarnya?" Diana mengangkat alisnya, kuku-kukunya mengetuk gelas gin yang kosong.
"Ernese," suara Robyn terdengar mantap dan tegas.
"Kebetulankah ini?" Diana mengetuk gelas ginnya tiga kali, memberi isyarat untuk tambah. "Orang yang bisa membantu kalian ada di Ernese."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAOS ━ BOOK 1 | ✓
Mystery / Thriller𝐑𝐎𝐁𝐘𝐍 𝐇𝐀𝐙𝐄 selalu dikuasai amarah dan adiksi mematikannya sendiri, hingga sebuah peristiwa membangkitkan sisi tergelapnya. Kini, Robyn Haze keluar untuk membalas dendam. * * * [THE CHAOS TRILOGY: BO...