23.⠀The Dark Past

458 136 8
                                    

CHAPTER 23THE DARK PAST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 23
THE DARK PAST

⋅⥉⤉⋅

❝Jangan jadikan aku 𝖜𝖆𝖓𝖎𝖙𝖆 𝖌𝖎𝖑𝖆 lain yang harus kau bunuh!❞














HARI YANG MELELAHKAN.

Ruby beberapa kali merutuki nasibnya: ya, dia pernah merasa senang dengan pekerjaan ini, dulu. Tetapi seringkali, rasa antusias itu memudar dan ia merasa lelah dan terbakar habis. Terkadang, ia kelewat menikmatinya sehingga ia tak mengingat hal lain. Di lain kesempatan, ia menyadari ia tak punya pilihan lain: ia bisa kembali ke rumah lamanya, kembali menjadi Monica Dormer─identitasnya yang sebenarnya sebelum terjun dalam pekerjaan ini, tetapi ia sudah kelewat malu. Ia telah melayani banyak pria dan wanita dari berbagai golongan, golongan atas tak terkecuali. Beberapa pria hidung belang pastilah mengenali Ruby Haze sebagai PSK yang mereka temui di bar Blackwater pada suatu hari di masa lalu.

Banyak pelanggan kasar, belum lagi Ruby harus memastikan kalau ia mengunjungi klinik secara rutin untuk mengecek penyakit dan mendapat kontrasepsi. Kilau dari pekerjaan yang pernah ia kira sebagai kebebasan telah memudar. Ruby tak mempunyai pilihan lain.

Kandelar menyala dengan menusuk di atas kepala orang-orang. Semua yang hadir semakin menggila, tak peduli betapa formalnya mereka berdandan. Lagipula, siapa peduli? Ini pesta kelas atas pertama yang ia datangi. Wall meminta mereka semua untuk tampil sebaik mungkin. Tuan muda Raymond mengundang kita, katanya.

Tuan muda.

Ruby memiliki beragam pertanyaan mengapa sang tuan muda mengadakan pesta. Apa dia lelah dengan rutinitasnya? Mungkin saja. Sang tuan muda kelak akan menjadi penerus bisnis keluarga, wajar kalau latihan yang ia lalui setiap hari membuatnya lelah dan frustrasi.

Ataukah... apa dia sedang patah hati?

Manik coklat Ruby bertabrakan dengan dua bola mata hijau yang terpaku padanya dari seberang ruangan, dilatarbelakangi rak buku besar bergaya art deco. Kendatipun orang-orang sesekali bergerak tak keruan dan menghalangi pandangannya, sepasang mata itu tetap terpancang dengan Ruby, tak teralihkan walau sedetik pun. Ruby membalas pandangan itu. Ia dapat melihat api lapar dan kesedihan yang berusaha pria itu tutupi.

Ini sekarang atau tak selamanya.

Ruby berjalan dengan pelan menuju pria itu, menjaga langkahnya seanggun mungkin di tengah lautan manusia-manusia mabuk. Gaun hitamnya melambai di kakinya ketika ia melangkah, seirama dengan musik dansa lawas yang tengah diputar, kontak mata tetap ia jaga agar tak terputus. Seakan pria itu adalah mangsanya, dan kali ini Ruby tak ingin buruannya lepas.

Seulas senyum tipis terpatri di bibir pria itu. Demi Tuhan, batin Ruby. Mimpi apa aku semalam? Ruby kini berhadapan dengannya. Tinggi, tampan, misterius. Ruby berdiri sedikit lebih tegak, mengklaim keberanian. Malam ini adalah malam keberuntungannya.

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang