15.⠀Walk Softly, Stranger

696 173 23
                                    

CHAPTER 15WALK SOFTLY, STRANGER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 15
WALK SOFTLY, STRANGER

⋅⥉⤉⋅

❝Aku benar-benar akan terjerat tindakan 𝖐𝖗𝖎𝖒𝖎𝖓𝖆𝖑 yang lebih dalam lagi, dan tak ada jalan kembali selain menuntaskan apa yang sudah kumulai.❞

















ROBYN MENGERJAP DENGAN cepat. Ia memandang ke sekeliling kamar penginapan, matanya yang berat ia paksa agar tetap terbuka. Jaket kulitnya ia sampirkan ke punggung kursi berlengan beludru palsu yang tengah ia duduki, membuatnya bertanya-tanya apa jaketnya perlu dicuci. Tirai jendela diturunkan, lampu dimatikan. Kamar hampir gelap gulita andai cahaya matahari pagi tidak sesekali lolos melewati celah.

Robyn meraba bagian belakang kepalanya, merasakan memar yang timbul karena terhempas ke aspal. Rasa perih menyebar perlahan di setiap sentuhan jemarinya.

Keparat, batinnya. Seharusnya ia bersyukur masih dapat hidup, tetapi entah kenapa seakan tak ada bedanya. Robyn berusaha membunuh dua jam penantian yang melelahkan itu, tetapi menonton televisi membuat sakit kepala yang sekarang dideritanya makin parah dan suara bising dari televisi membuat Robyn merasa luar biasa muak.

Ia mengerling Alder yang tengah tertidur di atas tempat tidur, merasa kesal namun tak enak hati. Terkadang, Robyn merasa bersalah karena sering bertingkah terlalu menyebalkan. Pemuda itu telah mengorbankan banyak hal demi perjalanan dengan mobil butut ke destinasi yang telah ia tunggu sejak lama. Ia hanya mencoba mencari tempat amannya.

Robyn tersenyum getir. Aku juga.

Luka dan memar di wajah Alder berputar di kepala Robyn. Demi Tuhan, untuk apa dia menyeret Alder ke dalam semua kekacauan ini?

Pemuda itu sudah diperingatkan. Dan ia berkeras ingin ikut. Tapi tetap saja, ini bukan keadilan yang pantas Alder dapatkan.

Robyn tak pernah tahu sebelumnya kalau benturan yang mereka berdua derita dapat berakibat cukup berbahaya. Cedera otak traumatis ringan, kata dokter tak berlisensi yang mereka temui di tengah Underworld. Tidur yang cukup dan makanan sehat akan mengobatinya. Bangun setiap satu sampai dua jam sekali untuk mengecek kondisi. Kasus kalian tak separah itu. Sekali lagi, seharusnya Robyn bersyukur akan hal itu, akan tetapi, sekali lagi, apa bedanya?

Uang mereka tak akan cukup untuk membuat janji temu dengan dokter resmi, belum lagi untuk scan MRI dan segala macamnya. Mereka mendapat konsultasi yang cukup murah di klinik dokter tanpa lisensi itu, juga transaksi yang menarik ketika Alder membeli acetaminophen selundupan untuk mengobati sakit kepala Robyn. Persetan dengan segalanya. Ini semua tentang bertahan hidup, dan hidup yang nyaman sudah lama tercabik dari kamus mereka.

Sekarang, apa yang harus mereka lakukan? Robyn mengepalkan tangannya. Kalau Alder terus-terusan masuk ke dalam urusannya, pemuda itu akan berakhir tanpa kepala. Robyn tahu ini akan memakan banyak waktu, tetapi ia bertekad untuk melakukan satu-satunya hal baik yang pernah ia lakukan selama ini pada Alder Nichols: dia akan mengantar Alder, lebih cepat lebih baik. Robyn tak bisa mengambil resiko dengan nyawa orang tak berdosa lagi.

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang