28.⠀Nightfall

459 113 0
                                    

CHAPTER 28NIGHTFALL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER 28
NIGHTFALL

⋅⥉⤉⋅

❝Aku tak meminta dilempar ke dalam 𝖐𝖊𝖐𝖆𝖈𝖆𝖚𝖆𝖓 ini!❞












"YA TUHAN, SYUKURLAH!"

Kelebatan warna berlarian ke arahnya, dan sedetik kemudian, Rosemary memeluknya. Napas Robyn tertahan, lebih karena terkejut; kedatangan Rosemary terasa seperti sesuatu yang menjernihkan keruhnya keadaan. Pelukan itu memberinya rasa hangat yang telah lama dirindukannya.

London dan Nighty berdiri di teras, kekhawatiran yang sama tampak di wajah mereka. Robyn berusaha tersenyum, kendatipun senyum itu tak cukup meyakinkan mereka kalau ia baik-baik saja.

"Aku akan menelpon Ivy," London berbicara, memecah keheningan. "Ia dan Merc ikut mencarimu tadi."

"Mencari?"

"Bartender di bar terdekat ditembak dan kau menghilang," Nighty menjawab. Nadanya sinis, lebih karena kesal Robyn tampak tak dapat menangkap kegentingan yang tengah terjadi. "Kau pikir tidak ada yang khawatir? Ayahmu mengerahkan orang untuk mencarimu! Kau kemana saja?"

Rosemary melepaskan pelukannya, lalu menatap melewati pundak Robyn. "Siapa mereka?"

"Mereka..." Robyn menoleh ke belakang, memberi isyarat agar dua orang itu mendekat. "Mereka membawa informasi darurat."

Hickory dan Tekyla mendatangi mereka. Wajah Rosemary langsung berubah seketika, tak dapat terbaca.


⋅⥉⤉⋅


"Kau membuatku muak!"

"Aku tidak berpikir segalanya akan jadi sejauh ini!"

"Kau selalu melakukan hal-hal gila, membangkang─ibumu menghabiskan seluruh hidupnya mengkhawatirkanmu!"

Sesaat setelah Ivy tiba di mansion, ia segera menarik tangan Robyn dengan paksa ke pantai, menjauhi mansion. Dari cengkeraman serta kedua alisnya yang bertaut, Robyn tahu Ivy tak sedang main-main dengan kemarahannya kali ini.

Kata-kata Ivy menampar Robyn dengan keras. Ya, Ivy benar. Robyn tak ayal hanyalah si pembawa malapetaka, pembuat kekacauan yang sesungguhnya. Ivy benar. Seharusnya ia tak sampai sejauh ini. Robyn berusaha mendorong pikiran-pikiran buruk lainnya menjauh, tetapi ia tak sanggup; seruan-seruan kematian bergaung di kepalanya, merayunya untuk bergabung.

"Tidak bisakah, Robyn, kau ikut menjaga nyawamu sendiri?!" Ivy tetap berteriak, tak puas dengan efek yang ditimbulkannya. Matahari telah merangkak naik dan kini Robyn dapat melihat wajah murkanya dengan lebih jelas. "Kami mempertaruhkan nyawa demi dirimu, tetapi kau malah berkeliaran menantang orang-orang untuk menembak kepala congkakmu!"

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang