7.⠀⠀Two of A Kind

933 234 10
                                    

CHAPTER 7TWO OF A KIND

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 7
TWO OF A KIND

⋅⥉⤉⋅

❝Aku mendengarkan, Robyn. Cerita tentangmu. 𝕶𝖆𝖇𝖆𝖗 𝖆𝖓𝖌𝖎𝖓 yang tidak menyenangkan. ❞






















PINTU HOTEL TERBUKA dan tampaklah wajah kusut dibingkai rambut berantakan itu, dari wajahnya sudah pasti ia menanti Robyn sejak tadi. Ia memberi gestur agar Robyn masuk, namun Robyn, dengan penuh keraguan, bergeming di pintu.

"Masuklah, Robyn Haze."

"Kau... Merc?"

Wajah tampannya tiba-tiba dipenuhi kebingungan, namun kemudian ia menemukan kembali pemahamannya. "Ah, ya. Ivy memperkenalkanku begitu, ya? Yah, Merc adalah salah satu nama jalananku."

Robyn menghela napas, kemudian ikut masuk.

Kamar hotelnya sudah dapat ditebak: agak sedikit berantakan, namun bisa dibilang kelewat rapi bagi seorang pria dengan profesi ini. Penutup tempat tidurnya tergeletak menyedihkan, berjuntai dan bergumpal dari atas ranjang. Di sudut dekat jendela, ada mesin aneh yang sepertinya rakitan, di sekitarnya bertumpuk kartu-kartu plastik kosong untuk membuat Kartu Identitas. Jadi ini semacam bisnis baginya. Di atas mejanya ada banyak sekali barang: kertas-kertas dengan halaman yang penuh huruf, asbak rokok yang meluber, kamera, dan di suatu tempat di bawah tumpukan itu, Robyn dapat melihat sepucuk pistol.

Untuk seseorang yang sepertinya berpengalaman dalam hal penipuan dan pemalsuan di dunia bawah, Robyn membayangkan Merc sebagai seorang pria tua dengan kemeja lusuh dan mulut berbau minuman keras; jenis stereotip yang biasa ia lihat di film-film pasaran. Semua itu dipatahkan dengan pria yang sedang berdiri di depannya saat ini: ia masihlah muda, tidak mungkin lebih dari 35 tahun, dan juga tampan─meskipun Robyn bisa mencium bau samar wine yang menggoda dari kamarnya. Robyn bisa menyimpulkan kalau ia bukanlah pemabuk, tetapi wine sepertinya adalah suplemen hariannya.

"Aku baru saja menyelesaikannya," ia menyerahkan kartu identitas palsu Robyn. "Sayang sekali aku belum mendapat fotomu."

Robyn meraih kartu itu dari tangannya, kemudian memandangnya sekilas lalu kembali menatap pria itu. "Aku berencana melakukan sebuah perubahan. Apa bisa kutunda?"

"Kau ingin operasi plastik ya?" ia tertawa, tawanya terdengar malas-malasan dan lambat, seakan memboroskan udara.

Robyn mendengus kecil, lalu tersenyum. "Tidak. Aku hanya ingin mengecat rambutku."

"Separah apa kau akan merubah penampilanmu?" tanyanya lagi, sambil bergerak mencari-cari sesuatu dari dalam laci mejanya.

"Aku mungkin akan memotongnya," Robyn mengedikkan bahu. "Dan mengganti warnanya."

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang