29.⠀On Dangerous Ground

441 116 0
                                    

CHAPTER 29ON DANGEROUS GROUND

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 29
ON DANGEROUS GROUND

⋅⥉⤉⋅

❝Kenapa di saat kekuatannya dipertanyakan sekarang ini, ia malah jatuh ke dalam buaian 𝖐𝖊𝖑𝖊𝖒𝖆𝖍𝖆𝖓?❞












"DIA AKAN BAIK-BAIK saja."

Robyn mengangkat wajahnya. Terangnya ruang tunggu rumah sakit terasa menusuk di matanya, membuatnya mengerjap. Ia merasa tak terkoneksi pada realita untuk sepersekian detik. Lebih buruknya lagi, kenyataan yang dirasanya kian kabur dan membuatnya terkatung.

"Dia akan baik-baik saja," Diana mengulang kata-katanya. "Dokter Shelby adalah yang terbaik di sini." Ia mengusap bahu Robyn, masih membisikkan kata penghiburan. "Lihat, mereka datang."

Tekyla dan Hickory tampak tak kalah terguncang dengannya. Bibir Tekyla pucat pasi, dan ada kerutan yang mendalam di dahi Hickory. Mereka mengangguk pada Robyn dan Diana, kemudian duduk tanpa sepatah kata.

Robyn mengerling pintu ruang operasi yang tertutup rapat di ujung koridor, darah berdesir di telinganya. Ia bangkit.

"Aku ingin mencari udara segar."

Yang lain mengangguk dan bergumam mengiyakan. Diana menatapnya dengan khawatir, tetapi ekspresinya melunak. "Hati-hati."


⋅⥉⤉⋅


Coldamon terasa lebih sunyi bahkan ketika matahari merangkak turun.

Robyn mengharapkan kebisingan jalanan─atau kebisingan jenis apapun kali ini─untuk menenggelamkan keributan di dalam kepalanya; namun sayang, mobil yang lewat dapat dihitung dengan jari. Ia menyulut rokok keduanya dengan tangan yang gemetar, memandang nyala api di ujung steker dengan perasaan damba.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia membakar sesuatu.

Robyn menghembuskan asap rokoknya, mendengus mengejek dirinya sendiri. Ia berdiri bersandar pada tembok pagar luar rumah sakit dengan pikiran melayang akan banyak hal yang tak pernah sukses meninggalkannya. Hatinya sakit ketika ingat tentang 'pembersihan simbolisme' yang diceritakan Alder kemarin. Kemarin. Rasanya sudah lama sekali.

Angin dingin berhembus melewatinya ketika ia berjalan meniti trotoar. Pusat kota hanya berjarak satu blok dari tempat ia berada sekarang, akan sangat bijaksana kalau ia bisa menjernihkan kepala di sana.

Ketika Alder membaik, aku bersumpah aku akan melakukan pembersihan simbolisme bersamanya, batin Robyn. Ia menyesap rasa manis dari tembakau di antara bibirnya, lalu kembali mendengus seperti orang gila. Aku bersumpah, aku bersumpah, aku bersumpah. Ya Tuhan, aku bersumpah. Aku akan berusaha hidup lebih baik. Aku akan berusaha menciptakan kehidupan yang lebih baik. Seperti yang selalu Mama inginkan. Terlambat bagi Robyn untuk menyadari ada airmata yang mengalir dari matanya. Ia segera menyekanya dengan kasar, lalu kembali mengisap rokoknya.

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang