CHAPTER 22
SHED NO TEARS⋅⥉⤉⋅
❝Ke mana kita akan pergi setelah 𝖐𝖊𝖐𝖆𝖈𝖆𝖚𝖆𝖓 ini berakhir?❞
MANSION ITU TIDAK terlalu besar, tidak juga terlihat mengancam. Hanya versi mewah dari rumah musim panas pinggir pantai yang sederhana, yang entah bagaimana seakan berasal dari katalog majalah vintage dengan warna putih gading khas melapisi bagian eksteriornya. Bagaimanapun kunonya mansion itu, tetap saja cat yang melapisinya terlihat tersaput dengan gagah, seakan menegaskan fakta kalau mansion itu terawat dengan baik.
Andai saat ini sedang musim panas, mungkin rumah ini terasa bagai surga. Tetapi tentu saja, realitanya terbalik akan itu; rumah itu berdiri dengan sok terkena hantaman angin dingin, dilatarbelakangi langit kelabu dan suara debur ombak yang entah mengapa terdengar tak bersahabat. Rumah ini pastilah sengaja dibangun sangat tinggi untuk mencegah pasang air laut memasuki bagian rumah. Sebuah keputusan yang tepat.
Robyn menatap sekeliling mansion itu dengan ragu-ragu, merasakan aura terisolir dan kesendirian amat kentara terpancar dari bangunannya. Kata-kata Nighty terngiang-ngiang di telinganya.
"Sebuah rumah musim panas besar di pinggir pantai. Itu adalah surga!"
Alder merangkul Robyn, kemudian mengusap bahunya. "Ayo."
Robyn menghela napas berat.
"Oh lihat, siapa yang baru datang," suara sinis menyambut mereka ketika pintu depan terbuka lebar, menampakkan wajah kesal Ivy dan siluet Merc di belakangnya. Ia tidak terlihat seperti dirinya yang biasa: Ivy yang selalu tertata sempurna dalam riasan wajah dan karisma alamiahnya. Ivy yang kali ini adalah versi Ivy yang terguncang, kacau, dan berantakan.
Apa duka akan kematian menghantamnya sedalam itu? Merubah versi terbaik dari dirinya menjadi makhluk yang bahkan ia sendiri tak kenali? Untuk sementara, Robyn merasa ia berkaca pada wanita yang berdiri dengan rapuh di teras itu.
"Apa kau tersesat Robyn? Apa antek-antek Knowlton mencederai otakmu sedemikian parahnya?"
"Aku yang menyetir," Alder menyergah. "Robyn sama terguncangnya sepertimu."
"Dan kau berhasil mendapatkan kekasih baru di sepanjang piknik menyenangkanmu, Robyn Haze?" kesinisan Ivy terasa membekukan sekitarnya.
"Hentikan, Ivy." Suara Merc terdengar asing, seakan versi menyenangkan dari orang yang Robyn temui di kamar hotel itu telah direnggut secara paksa. "Ini bukan saatnya. Lagipula, sejak awal kita memang mendukung semua ini, bukan begitu?"
Ivy terlihat kalah. "Mari masuk," Ivy berkata juga, pada akhirnya. Ia kembali hampir terdengar seperti biasa, walau getir masih membayang dalam nadanya. "London dan Nighty sudah terlelap sejak tadi, tetapi itu tidak penting. Lagipula, bukankah kau ingin menemui Papamu tersayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAOS ━ BOOK 1 | ✓
Mistério / Suspense𝐑𝐎𝐁𝐘𝐍 𝐇𝐀𝐙𝐄 selalu dikuasai amarah dan adiksi mematikannya sendiri, hingga sebuah peristiwa membangkitkan sisi tergelapnya. Kini, Robyn Haze keluar untuk membalas dendam. * * * [THE CHAOS TRILOGY: BO...