CHAPTER 21
BETWEEN MIDNIGHT AND DAWN⋅⥉⤉⋅
❝Kita bersama dalam 𝖐𝖊𝖐𝖆𝖈𝖆𝖚𝖆𝖓 yang kita buat.❞
KEMBALI LAGI KEPADA jalanan terbuka, dengan langit gelap dan angin dingin menggigit. Kali ini Alder yang menyetir, setelah Robyn dengan putus asa berusaha menggenggam setir dengan lemah.
Rasa bersalah menggerogoti Robyn dengan jahatnya, kali ini terasa lebih perih dan menyengat. Semua ini salahnya. Walaupun beberapa kali Alder mencoba menenangkannya dari bangku pengemudi, kata-kata pemuda terasa tak lagi berguna sekarang ini. Ia lelah mencoba menebus segala kesalahannya, ditambah dengan segunung kesalahan yang kini kembali ditumpahkan padanya. Wall telah mati, siapa lagi besok? Ivy? Bella? London? Merc? Alder?
Perut Robyn terasa ditusuk sembilu dengan teramat keras saat ia membayangkan nama itu. Apa ada harga mahal yang harus dibayar demi sebuah kebahagiaan kecil? Apa ada banyak nyawa yang harus melayang demi sebuah keadilan?
Jadi inilah akhir dari gadis kuat yang suka berkelahi itu, suara sinis memenuhi kepala Robyn. Ia terisak dan meratapi nasibnya. Tak pernah bisa benar-benar berguna, tak pernah bisa benar-benar tenang.
Robyn mengejang dan memalingkan wajahnya dari Alder, menatap ke luar jendela. Pemandangan indah beserta kelebatan warna yang kaya berseliweran melewati mereka, tetapi segalanya telah usang, segalanya tak lagi bisa ia nikmati.
Hidup orang-orang pastilah akan lebih mudah kalau ia mati saja, dan Alder seharusnya ia tinggalkan di Ernese, memulai hidup barunya sendiri. Mungkin dalam satu atau dua tahun ia akan memiliki identitas baru. Mungkin ia akan memulai sebuah keluarga.
Robyn meraung dalam tangisannya, rasa sakit seakan menekan dan menamparnya berkali-kali. Ia memeluk lututnya, terisak dalam benteng menyedihkannya, merasa malu.
Mobil berhenti, dan seperti yang sudah pernah terjadi, seperti yang ia duga, Alder memeluknya.
Airmata terus-menerus bercucuran, membasahi jaketnya dan jaket Alder. Ia tak pantas mendapatkan ini, sungguh tak pantas. Alangkah lebih baiknya kalau Alder pergi saja, tak perlu peduli padanya. Robyn tahu ia lebih pantas mendapat itu.
Ia tak pantas akan hidup ini, dan mau tak mau Robyn mulai memaklumi mengapa Tuhan menciptakan hidup yang pelik untuknya. Ia tak pantas mendapat wiski gratis Wall pada hari ulang tahunnya setahun yang lalu. Ia tak pantas tertawa bersama Ivy, menghisap rokok dan berbicara hingga larut malam sambil menunggu ibunya bekerja. Tak pantas dengan adanya London dan Nighty, dan di atas semuanya, ia tak pantas memiliki wanita yang ia sebut Mama itu. Ia tak pantas menjadi alasan ibunya harus mengorbankan nyawa, bekerja membanting tulang setiap malam. Tak pantas akan sarapan hangat kecil yang ibunya siapkan setiap pagi. Sungguh tak pantas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAOS ━ BOOK 1 | ✓
Mystery / Thriller𝐑𝐎𝐁𝐘𝐍 𝐇𝐀𝐙𝐄 selalu dikuasai amarah dan adiksi mematikannya sendiri, hingga sebuah peristiwa membangkitkan sisi tergelapnya. Kini, Robyn Haze keluar untuk membalas dendam. * * * [THE CHAOS TRILOGY: BO...