10.⠀Twist of Fate

835 204 21
                                    

CHAPTER 10TWIST OF FATE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 10
TWIST OF FATE

⋅⥉⤉⋅

❝Bersyukurlah kita berhasil 𝖑𝖔𝖑𝖔𝖘, keparat.❞




















HIRUK-PIKUK YANG TERASA asing mengelilingi Robyn ketika ia menikmati sarapannya─atau makan siang, mengingat ia bangun kesiangan dan hari sudah kelewat terang ketika ia terjaga. Polisi datang dan pergi. Membuat beberapa orang terlihat kebingungan, beberapa lagi terlihat acuh tak acuh seakan ini hal yang biasa. Fakta kalau lima orang pecandu heroin ditemukan tewas tertembak pada salah satu kamar di lantai di atasnya seakan kabar yang menjadi angin segar bagi pengunjung bar, terlebih bagi si bartender yang tiba-tiba mendatangi Robyn sambil menyerahkan segelas kecil wiski dengan es.

"Aku tak mengenalmu, tetapi kegembiraanku tak cukup untuk dinikmati sendiri," ia berkata sambil sebuah senyum merekah di bibirnya.

"Aku tak paham," jawab Robyn sambil terus memakan rotinya.

"Bagaimana heroinmu semalam?" ia mengabaikan pertanyaan Robyn, dan malah duduk di seberang gadis itu sekarang.

"Aku tak jadi membelinya," bohong Robyn. "Ngomong-ngomong, terima kasih korannya."

"Yeah, entah mengapa aku lega dapat melihatmu siang ini," katanya dengan riang. "Terlebih setelah yang terjadi... aku sudah menunggu sejak lama..."

Robyn mengangkat wajahnya untuk melihat si wanita tua, sekilas. Ekspresi dan nada riangnya membuat Robyn merasa kasihan, terutama bagaimana ramahnya ia siang ini, seakan ia menunggu seseorang untuk berbincang dengannya. Robyn dapat melihat dirinya sendiri dalam diri si wanita tua di hadapannya sekarang: kesepian, tertindas, pasrah akan nasib.

Robyn tersenyum kecut sambil membatin. Tetapi dia tak memiliki dendam di hatinya yang penuh amarah itu. Tidak sepertiku.

"Nikmati wiski gratismu," si wanita tua bangkit, dan tersenyum kecil sebelum akhirnya berlalu.

Robyn memandang segelas kecil wiski itu dengan muram, berpikir keras. Hanya segelas kecil wiski, ia kembali membatin. Tak akan membuatku mabuk.

Robyn meneguknya dengan cepat, lalu bangkit dan menggendong ranselnya keluar.

⋅⥉⤉⋅

"Aku menunggumu."

Robyn terkesiap ketika suara Alder mengagetkannya. Pemuda itu berdiri menyandarkan diri di samping pintu masuk bar, ekspresinya membuat Robyn terkesima.

Setelah menolong pemuda itu malam tadi, Robyn menolak berbicara lebih banyak. Malam itu berakhir dengan Alder yang menyewa sebuah kamar dan Robyn yang berlalu tanpa sepatah kata.

Tak ingin berlama-lama, Robyn menunjukkan keengganannya sembari berkata, "Apa kita memiliki urusan?"

Alder terlihat ragu, namun pada akhirnya menjawab juga. "Dengar, aku punya tawaran untukmu."

CHAOS ━ BOOK 1 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang