"Jadi selama beberapa hari ini lo kabur tanpa ada yang curiga apalagi ketahuan?" Veer geleng-geleng kepala saat Raja menceritakan aksinya saat mereka tengah menikmati makan siang setelah lelahnya melakukan aktivitas fisik pagi tadi. Diego hanya mendengus gusar. Lama - lama ia jelak juga dengan kelakuan Raja.
"Kalau gue jadi lo, selama di luar gue gak akan pernah tenang. Pasti gue ngerasa kaya buronan," ujar Veer. Raja hanya tersenyum simpul.
"Apa yang harus gue takutin? Gue udah dapet izin dari si kumis," balas Raja.
"Prosedurnya guru piket harus tau kemana lo pergi dan buat apa. Bukan hanya si kumis, lo ngerti?" timpal Diego gusar. Ia pasti selalu kontra dengan tindakan Raja yang satu ini.
"Lo tenang aja. Gue bisa jaga diri sendiri," kata Raja.
"Kalau masalah diri lo gue percaya. Badan gede gini gak mungkin gak bisa ngelindungin diri sendiri. Jangankan cuma lo, orang lain aja bisa lo lindungin. Yang harus diwaspadai itu ketika nanti lo ketahuan dan dihukum. Sekuat apapun lo gak bakal bisa ngelak," peringat Diego.
"Lo gak takut dihukum apa?" tanya Veer, menyelidik wajah Raja yang malah tersenyum tipis saat mendengar kata hukuman.
"Dihukum? Gue udah mikirin itu sebelumnya. Dan gue gak takut," simpul Raja membuat alis kedua temannya terangkat.
Diego teramat kesal. Ingin sekali ia menghajar temannya ini. Sudah diberi peringatan tetap saja ngeyel. Kalau sesuatu yang buruk terjadi, lihat nanti apakah Raja akan menyesalinya atau tidak!
"G- gue izin ke toilet nih bentar," ucap Veer.
Ucapannya membuat kening Diego dan Raja mengerut. Aneh mendengar nada bicaranya yang tiba - tiba gugup.
"Lo kenapa?" tanya Raja, menyelidik.
"Kebelet," singkat Veer, kemudian langsung beranjak.
Raja dan Diego membiarkannya meskipun sikap Veer mencurigakan. Mereka berpikir mungkin ia sudah tidak tahan ingin kencing.
Lama Raja dan Diego menunggu sambil menikmati makan siang mereka, namun Veer belum juga kembali.
Diego melirik jam tangan hitam mewahnya. Ia mulai merasa cemas. Takut Veer bermasalah dengan perutnya. Diego ingat, tadi pagi Veer makan rambutan saat perutnya kosong.
"Udah mau dua puluh menit, tapi dia belum selesai juga. Kelas bentar lagi masuk."
"Gue ngerasa ada yang gak beres," balas Raja mengingat tingkah Veer yang seperti ketakutan tadi.
"Kita susul?" Diego bertanya. Raja terlebih dahulu berdiri disusul Diego.
Mereka berjalan agak cepat ke arah toilet. Begitu masuk, mereka langsung menemukan Veer sedang dikerumuni tiga orang lelaki seusianya. Tubuh mereka lebih ramping dibandingkan Raja. Namun di wajah Veer ketakutan sangat kentara saat salah seorang pria menyudutkan posisi Veer pada tembok dengan lengan panjangnya.
"Lo nyari ribut di toilet? Di lapangan kalau berani," seloroh Raja dari belakang mereka.
Tiga orang lelaki itu menoleh, menatap Raja dengan pandangan heran dan tak suka.
Dan mereka. Raja ingat betul. Salah tiga dari orang yang beberapa hari lalu ia lihat sedang diberi wejangan.
"Jangan berani keroyokan dong! Lo kan cowok," ujar Raja sembari menarik tangan Veer ke belakangnya. Entah apa yang mereka lakukan pada lelaki india itu hingga membuat badannya gemetar.
"Gue gak ada urusan sama lo!" hardik pria yang merupakan Bos dari geng mereka.
"Lo gangguin temen gue, sama aja lo ada urusan sama gue," tekan Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Teen FictionMeskipun tidak lagi berstatus sebagai pacar, Raja rela melakukan apapun untuk Alana termasuk membagi waktunya dengan sekolah yang amat ketat untuk sekedar menemui gadis itu karena saking cintanya. Sedangkan Alana sendiri yang merasa tak diperhatikan...