Malam yang larut menjelang pagi. Mega jingga sudah menyapa di timur sana. Kegelapan kini bersalin terang, bersamaan dengan dingin mulai merasuk ke pori - pori.
Raja berdiam di dekat jendela kamarnya. Masih mengenakan sarung dan rambut yang basah karena air wudhu. Lelaki itu menekuk lutut dan menyandarkan tangan di sana.
Raja memandang ke luar. Tempat di mana fajar terbit. Rasanya menyejukkan. Sehabis menunaikan solat subuh di masjid sekolah tadi, ia langsung diam di sini. Melamun sambil berdo'a.
Kilat menyeramkan di mata Raja kini mulai hilang. Tergantikan oleh sendu yang lama menetap di sana. Semua sisi kelamnya seakan hancur. Tergantikan oleh hampa. Tanpa warna.
Raja masih dalam posisinya serta arah tujuan pemikiran yang sama. Sampai saat knop berputar dan pintu terbuka lelaki itu tidak sadar sampai seseorang meneriaki namanya.
"RAJA!!" Veer memekik, membuat Raja tersentak dan menoleh kaget. Mengira Veer adalah instruktur.
"Tuh kan ngelamun lagi," rutuk Veer seraya menghampirinya.
"Lo gak ada kerjaan lain apa selain ngelamun? Semenjak putus hidup lo jadi hambar tau gak? Seakan - akan dunia ini kehabisan stock cewek cantik," omel Veer setelah duduk di depan Raja. Sedangkan yang diajak bicara hanya tersenyum.
"Lo sok tau banget. Dateng ngomel - ngomel," cibir Raja setelah lama terdiam.
"Lo pikir gue gak tau apa isi otak lo? Pasti isinya si dia si doi dia doi dia doi, halah tai. Gue idup emang gak pernah mikir, tapi kalau mikir gituan buang - buang waktu banget. Mending gue pake ngehalu," ujar Veer. Raja hanya memalingkan wajah ke luar dan terkekeh.
"VEER!!! LO BISA CEPET GAK SIH?!" teriak Diego dari luar sana. Membuat Veer tersadar dan menepuk jidat.
"Oh ya gue lupa. Raj, ayo!" Lelaki itu kemudian menarik tangan Raja, namun dihempas Raja seraya bergidik jijik.
"Lo ngapa sih?" tanya Veer dengan raut wajah merengut.
"Lo mau ajak gue kemana? Pagi - pagi gini," tanya Raja.
"Tadi temen lo nelpon, gue disuruh ke sini sama Arsalan, eh gue lupa," jelasnya.
Raja menghela nafas, sedangkan Veer malah nyengir.
"Ayo!" ajak Veer. Keduanya pun keluar. Mereka langsung masuk ke kamar Diego yang pintunya sudah terbuka. Benar saja di sana ada Arsalan yang sedang berbicara dengan orang di telpon lewat ponselnya.
"Nih bawa sana ke kamar lo!" Arsalan memberikan kepada Raja. Lelaki itu langsung pindah ke kamarnya dan menutup pintu rapat - rapat.
Raja menaruh ponsel dengan posisi miring dan disandarkan pada tumpukkan buku. Supaya tidak pegal memegangi.
Layar yang tadinya hanya panggilan suara kini dialihkan menjadi panggilan Video. Tertampil wajah Alex dan anak - anak Avatar.
"Ja, lo beneran putus sama Alana?"
"Kenapa bisa?"
"Lo apain dia?"
"Atau dia yang apain lo?"
Pertanyaan bertubi itu sama sekali tak digubris Raja. Bingung mana dulu yang harus ia jawab. Sudah dapat Raja tebak, teman - temannya pasti akan menanyakan hal itu. Entah mereka tahu dari mana.
"Baru aja gue mau ngasih tau, kalian udah nanya duluan," ucap Raja.
"Jadi itu beneran?"
"Lo beneran putus, Ja?"
"Iya." jawab Raja malas, "Lo semua tau dari mana?" Ia penasaran.
"Alana chatt gue. Bilang kalau dia abis putus sama lo." jawab Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Teen FictionMeskipun tidak lagi berstatus sebagai pacar, Raja rela melakukan apapun untuk Alana termasuk membagi waktunya dengan sekolah yang amat ketat untuk sekedar menemui gadis itu karena saking cintanya. Sedangkan Alana sendiri yang merasa tak diperhatikan...