8. Janji

126 13 0
                                    

Raja melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Sudah sejak lama ia di tempat itu. Sejak bangun tidur tadi, perutnya bergejolak dan terasa sangat sakit. Itu akibat semalam ia memakan makanan super pedas waktu bermain tantangan bersama Alana.

Raja tiba di lapangan sudah berbalut seragam yang ia pakai untuk baris berbaris. Ia sudah menduga akan lama di toilet. Jadi ganti baju lebih awal.

Kaos warna gelap yang dikenakannya sangat pas. Membuat otot - otot Raja timbul walau sudah terbalut. Ditambah celana panjang bersabuk dan sepatu boot yang dikenakan mempergagah penampilannya.

Raja melirik jam tangannya. Sudah pukul tujuh pagi dan panas matahari mulai menyengat. Tak lama lagi lapangan akan berubah seperti padang pasir.

Raja mengedarkan pandangan. Hampir semua murid sudah siap untuk materi. Tapi ia belum juga melihat Veer dan Diego.

Kelas sebentar lagi dimulai. Biasanya mereka yang paling semangat dan tiba lebih awal.

Netra tajam Raja memicing dan masih berjalan - jalan mencari teman - temannya. Bukan menemukan mereka, namun lelaki berkepala botak dan bertubuh kekar yang malah muncul di hadapannya sambil meggendong tangan di belakang badan.

Tubuhnya berdiri tegap di hadapan Raja. Lelaki itu pun sama tegapnya. Sikap wajib seorang taruna dan memandang lurus ke depan. Raja ingin merutuk, tapi ini bukan saatnya.

"Muka kamu kenapa?" tanya Arsalan penuh penyelidikan.

Raja terheran dan meraba - raba wajahnya. Seketika ia meringis waktu sudut bibirnya ia sentuh.

Raja baru ingat kalau wajahnya babak belur. Dan butuh waktu tidak sebentar untuk membuat luka - lukanya hilang.

Arsalan memasang raut curiga. Sementara Raja sibuk memikirkan alasan yang tepat untuk mengelabui lelaki ini.

Tidak mungkin Raja bilang kejedot pintu. Tidak akan sampai bibirnya robek. Di pipinya juga terdapat goresan yang dapat diketahui dengan jelas kalau itu luka karena aspal.

"Kamu berantem sama siapa?" tanyanya dengan nada tak enak.

Raja tidak bisa mengatakan yang sejujurnya. Bagaimana kalau Arsalan tahu ia keluar? Diantara yang lain, lelaki ini yang paling sensi.

"Kamu mencurigakan. Ayo jawab! Kamu berantem sama siapa?!" gertaknya.

"Gue-"

"Dia berantem sama gue." Suara itu terdengar dari arah belakangnya.

Raja menoleh dan mendapati Diego dan Veer menghampirinya. Membuat Raja terkejut atas pengakuan Diego. Tampak luka biru di samping matanya, membuat Raja makin kaget.

Sedangkan Veer hanya diam dan membiarkan semuanya berjalan. Tapi tingkah mereka sama sekali tidak mengundang kecurigaan di mata Arsalan.

"Kalau begitu kalian ikut saya!" titah Arsalan.

Raja menatap Diego sebentar. Lelaki itu mengangguk satu kali. Kemudian, mereka berjalan mengikuti Arsalan ke suatu ruangan.

•••

"Jadi apa yang kalian permasalahkan sampai berkelahi seperti ini?" Lelaki paruh baya itu bertanya di hadapan keduanya. Matanya memicing tajam, meminta penjelasan.

Istruktur Arifin terkenal paling galak di sekolah ini. Tugasnya mengurusi siswa pembuat masalah.

Semua orang takut padanya. Tapi tidak termasuk Raja yang bukan mencemaskan dirinya ataupun hukuman, tapi yang ia cemaskan adalah Diego.

"Masalah kecil. Mulanya kami bertengkar biasa sampai akhirnya adu fisik," jelas Diego begitu lugas. Sedangkan Raja hanya diam.

Diego memberi isyarat dengan matanya agar Raja tidak mengaku. Dari tatapannya, ia yakin mereka bisa selamat dari situasi ini.

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang