15. Akhir

174 12 0
                                    

Pagi mulai beranjak siang. Waktu seakan cepat berlalu dan kondisi Alana kini benar - benar pulih, kecuali kakinya yang masih kaku bila diajak jalan.

Alana menengadahkan kepalanya ke langit - langit kamar Rumah Sakit dengan punggung bersandar pada bantal.

Alana ingin pulang. Beberapa masalah akhir - akhir ini mengganggunya. Ia tidak akan tenang kalau terus - terusan berada di sini. Kenapa Dokter tidak mengizinkannya pulang?

Di sisi lain, Raja sedang berdiri di depan kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah benda dari dalam kantong plastik yang ia bawa.

Lelaki itu tersenyum kecil. Membayangkan betapa senang mungkin kekasihnya saat ia berikan benda ini.

Sedangkan teman - temannya memilih menunggu dan duduk di kursi sepanjang lorong sambil mengobrol.

Tak ingin membuang - buang waktu, Raja bergegas masuk. Memutar knop tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Benar saja kata Alex. Raja langsung menangkap sosok Alana sedang diam dan melihat ke langit - langit. Lebih tepatnya gadis itu melamun. Mungkin ia menunggu kedatangan Raja dari kemarin.

"Al!" panggil Raja pelan, namun sanggup membuat gadis itu menoleh cepat.

Ia langsung kaget melihat Raja, namun tidak mengatakan apa - apa. Jauh dari apa yang dipikirkan Raja kalau ia akan mengatakan sangat rindu, gadis itu malah diam.

Tangan Alana mengepal di samping badan. Raja, Alana sangat ingin memeluknya sekarang juga. Alana sangat ingin kehangatan yang dulu. Namun keadaan seolah memakunya agar tetap diam di tempat itu. Bahkan sulit untuk Alana bergerak.

Rasa sakit dan tertekan memaksanya agar tetap diam, meski air mata yang mulai menumpuk itu meronta agar Raja segera mendekat. Alana ingin sekali memeluknya. Namun mengingat apa yang selama ini ia alami, rasanya sakit sekali. Bahkan mengalahkan semuanya.

Sementara Raja sendiri bingung dengan diamnya gadis itu. Mungkin benar perkiraan sebelumnya. Alana marah.

Raja mendekat perlahan dan kini berdiri di sampingnya. Ia hendak menyentuh pundak gadis itu untuk menenangkan, tapi Alana menghindar. Membuat Raja mengerjap. Apakah benar gadis ini bersikap demikian padanya?

"Al-"

"Lo bosen gak sih Ja, hubungan kaya gini?" tanya Alana, Membuat Raja terkejut untuk yang ke sekian kalinya ketika ia mengatakan lo - gue, bukan aku - kamu yang selalu ia katakan spesial untuk Raja.

"Maksud kamu apa?" tanya Raja.

"Ternyata bener ya, kalau hubungan kedua enggak seindah hubungan pertama?" tanya Alana, membuat Raja makin dilanda bingung.

"Al, kamu ngomong apa?"

"Lo kemana aja, Ja?"

"Al, beberapa hari ini aku sibuk. Aku gak bisa hubungin kamu sama yang lainnya. Aku gak tau harus jelasin ini mulai dari mana. Tapi-"

Raja berdecak. Mendadak lidahnya kelu untuk mengatakan semuanya. Mendadak ia lupa kalimat yang sudah ia rangkai untuk dikatakan pada Alana.

Gadis itu menatapnya tidak bisa diartikan. Raja jadi makin cemas dan bingung. Kalau ia mengatakan hal - hal buruk yang menimpa dirinya, bisa jadi Alana salah paham. Keadaan akan semakin rumit kalau Alana berfikir Raja menyalahkan dirinya.

"Tolong ngerti, Al. Aku bener - bener gak tau harus jelasin gimana-"

"Kenapa harus selalu gue yang ngerti, Ja?" Nada bicara Alana mulai naik. Ditambah raut wajah sedihnya juga marah, membuat Raja cemas setengah mati.

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang