29. Rencana

68 7 0
                                    

Segerombol pria berbalut jaket kulit hitam berlambang menyeramkan serta tulisan Avatar di belakangnya beramai - ramai memasuki are gedung bertuliskan Flight Academy itu. Mereka Avatar, geng motor dari Palembang.

Kedatangannya disambut oleh empat orang lelaki yang mengenakan pakaian santai. Mereka berkumpul di bawah naungan langit malam tanpa bintang, seakan menghidupkan sisi kejam yang sudah lama terpendam.

Raja berjalan paling depan, menghampiri teman - temannya yang baru saja melewati gerbang. Sedangkan Arsalan berjalan ke Pos untuk bernegosiasi dengan satpam.

"Wahh Bapak Pilot apa kabar?" canda Alex sambil bertos dan bersalaman lalu memeluknya. Raja tertawa kecil dan menyalami mereka semua.

"Gue kangen banget sama lu tau gak, Bos." Steffan memasang muka haru.

"Gue juga," balas Raja singkat. Steffan mendengus karenanya.

"Palembang aman?" tanya Raja kepada mereka semua.

"Aman." Anak buahnya mengacungkan jempol.

"Kita bawa seratus orang, Ja. Tapi semuanya di hotel. Cuma kita berenam belas yang bisa ke sini," kata Alex. Raja hanya menganggukinya.

"Oh ya, ini temen - temen gue." Raja mendorong punggung Diego untuk maju dan berkenalan. Begitu juga dengan Veer yang disuruh mengikuti. Sedangkan Arsalan sendiri sudah berdiri di samping Raja.

"Ini Arsalan. Yang sering bantu gue berinteraksi sama yang di luar." Arsalan mengucapkan salamnya. Avatar menyambutnya dengan baik.

Wajah wibawa lelaki itu sangat kentara. Pasti ia lelaki baik - baik, lain dengan Raja yang cukup bandel.

"Ini Diego dan ini Veer." Raja memperkenalkan.

Diego dan Veer mengedarkan pandangan kepada satu persatu lelaki di barisan itu. Tak dapat Veer sangka mereka semua memiliki wajah di atas standar. Tak heran jika mereka menjadi incaran para gadis semasa SMA-nya, seperti yang diceritakan Raja.

Pandangan Veer jatuh pada seorang lelaki yang sedang menunjuk - nunjuk bangunan sekolahnya seraya berdecak kagum. Ia berbicara dengan seorang teman di sampingnya.

"Itu pasti yang Raja bilang mirip elo." Diego rupanya juga memerhatikan orang itu.

Veer tidak tahu ia siapa. Raja belum memperkenalkannya. Karena penasaran, ia pun dengan beraninya masuk ke barisan mereka sambil menarik Diego. Sementara Raja sendiri masih mengobrol bersama Alex dan Arsalan dan teman - temannya sibuk sendiri.

"Lo pasti Stepan, ya?" tebak Veer, membuat lelaki itu dan teman di sampingnya langsung menoleh.

"Steffan, anjing!" Steffan mengoreksi, amat kesal namanya diganti - ganti.

Temannya yang lain langsung menoleh, mendapati dua orang berkarakter sama itu berpandangan menukik.

Justin di sebelahnya tertawa, "hahaha, dari mana dia tau nama lo, Stef?" Lelaki itu terdengar mengejek. Steffan hanya berdecak.

"Dia sama gobloknya." Diego menyahut seraya menunjuk Veer. Semua teman Raja langsung tertawa.

"Tuh, Stef! First impression mereka ke lo tuh udah jelek. Muka - muka lo nunjukin banget sih kalau goblok," ucap Ajun, membuat semua temannya makin senang tertawa. Termasuk Raja dan Arsalan.

"Enggak enggak! Muka lo gak goblok kok. Gue tau dari Raja." Veer menyanggah, kasihan pada Steffan yang belum apa - apa sudah menjadi bahan bullyan.

"Mereka mirip." Raja menaikkan alisnya.

"Oh ya? Sini sini Steff, Veer! Gue mau bandingin," titah Ajun, jahil.

"Apaan sih lo," desis Steffan, kesal.

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang