32. Peperangan

104 8 4
                                    

Raja berdiri paling depan dengan Sagara di sampingnya, memimpin pasukan yang kurang lebih berjumlah seratus dua puluh orang. Penggabungan antara Avatar dan atlit - atlit bela diri di bawah pimpinan Sagara Adestyan.

Di depan sana, Gastra - lawan mereka pun rupanya sudah siap. Bondan memimpin pasukannya yang tak kalah banyak. Tak lupa sandera yang ia bawa, dua orang perempuan dan satu lelaki muda itu pasti keluarga Sagara yang ditawan.

Raja merenung dalam pikirannya. Perasaan lelaki itu tidak enak. Entah ada apa, yang jelas Raja gelisah. Padahal dari tadi tidak ada satu pun hal yang ia pikirkan selain strategi pertarungan ini.

"Lo kenapa, Ja?" tanya Sergio di belakangnya. Sedangkan Sagara dan Bondan, keduanya tidak berhenti mengoceh. Raja mencoba menyimaknya, tapi perasaannya sungguh mengganggu.

"Ja, lo sakit?" tanya Diego di samping Sergio. Raja hanya menggeleng seraya memejamkan matanya.

"Fokus, Ja! Lo bisa mati kalau kepikiran hal lain," ujar Sergio, memperingatkan. Raja hanya mengangguk seraya membuang jauh hal yang tadi ia pikirkan.

Riuh keributan tercipta. Peperangan besar hendak mulai. Raja sudah siap dengan bogemnya, namun siapa sangka Sagara menahan.

"Tunggu!" ucap Sagara.

Raja berdecak, "apa lagi? Jangan banyak basa - basi lo." Lelaki itu kelihatan tidak sabar.

"Gue masih punya permintaan."

"Apa?" sahut Bondan.

Entah apa yang Sagara rencanakan, pria itu menarik Raja bersama dua musuhnya ke tengah. Mengeluarkan selembar surat dan menjelaskan isinya. Kemudian kedua pimpinan kubu itu menandatangani di atas materai. Sedangkan Raja dan satu teman musuhnya tadi menjadi saksi.

Raja paham betul isinya. Perjanjian bahwa masing - masing pihak tidak boleh ada yang menuntut walau ada yang mati sekalipun. Raja tersenyum bangga. Strategi Sagara cerdik juga.

Setelah itu, pertarungan pun berlangsung sengit. Menciptakan suara keributan di bawah rintik hujan di tengah malam. Suara hantaman terdengar mengerikan.

Raja bertarung dengan Jordy. Tak dapat ia sangka kalau lelaki itu umurnya masih sangat muda, sangat jauh jika dibandingkan Raja ataupun Sagara. Walaupun wajah dan perawakannya terlihat seperti bocah, tapi nyali dan kemampuan berkelahinya tidak main - main. Raja masih bisa menghindar dan menangkis serangan Jordy. Lelaki itu tidak melakukan perlawanan, hanya pembelaan. Jordy terlalu mudah untuk ia lumpuhkan.

"Maju lo, anjing! Jangan lo pikir gue takut sama lo!" ujar Jordy pada lawannya, karena lelaki itu tidak membalas.

Raja menyunggingkan senyum, "Nantangin orang tua lo," balasnya.

"Pengecut!" umpat Jordy.

Merasa diragukan, Raja melayangkan kakinya, menghantam Jordy hingga terjungkal. Lelaki itu terbatuk, lalu balas menyerang Raja. Pertarungan mereka pun semakin sengit, sampai akhirnya suara erangan berat menghentikan Jordy yang langsung lari dari pertarungan.

"Dan!" Jordy menghampirinya. Raja menoleh dan melihat bagaimana Sagara memiting leher Bondan dan menguncinya. Satu putaran dari tangan besarnya, Bondan akan mati.

Jordy tidak tinggal diam. Lelaki itu lari dari medan perang dan beralih ke dekat mobil.

"Woy, mau kemana lo?" pekik Raja, melihat musuhnya yang kabur.

"SAGARA!" pekikan itu kemudian terdengar. Membuat semua pertarungan terhenti dan melempar pandangan ke arahnya.

"Bangsat!" desis Sagara ketika melihat Jordy memiting leher seorang wanita dan menodongkan senjata padanya.

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang