Pagi menjelang siang. Matahari seperti senang mempermainkan suasana hati manusia yang terus mengumpat karena panasnya yang begitu terik. Semilir angin yang berlalu lalang pun kalah. Hembusnya itu tidak terasa.
Alana baru saja selesai mandi. Sudah dua kali ia melakukannya karena tubuhnya selalu mengeluarkan keringat.
Saat ini ia sedang mengeringkan rambut di kamar. Namun seseorang menggangunya. Lagi - lagi Alana tidak bisa tenang. Seseorang yang entah siapa itu terus - terusan memencet bel sampai rasanya kuping Alana bengkak karena bising.
Setelah merapikan rambut dan penampilannya, baru gadis itu membuka pintu depan dan seketika kaget mendapati siapa yang berdiri di sana sambil membawa bunga.
"Raja!!" Alana hampir memekik ketika ia melihat lelaki itu datang.
"Sini masuk!" Alana menarik tangannya, mempersilahkan lelaki itu duduk sedangkan ia sendiri kerepotan membawa minum dan cemilan.
"Kamu kok tau rumah aku sih?" tanya Alana, tampak begitu riang.
"Kan dulu aku nganterin kamu," balas Raja, membuat Alana menepuk jidatnya.
"Oh iya lupa," ujarnya.
Raja hanya tersenyum. Seperti biasa, lelaki itu datar - datar saja. Jarang ada tawa yang menghiasi wajahnya. Tampilan wajah Raja selalu dingin. Seperti disetel permanen oleh sang Maha Pencipta.
Raja malah menatap Alana yang sedang menuangkan jus ke dalam gelas. Rambutnya tergerai indah ke satu sisi. Tampak anggun. Yang Raja suka adalah lesung di wajahnya. Sangat manis.
"Kamu kemarin aku telpon kenapa malah direject?" Raja bertanya demikian, membuat Alana mengerjap.
"Aku sibuk." Tak butuh waktu lama ia mencari alasan dan alasan itu mustahil ditolak Raja.
"Ooh." Raja hanya mengangguk, "Aku ganggu kamu ya," gumam lelaki itu. Alana hanya tersenyum tak enak.
"Kamu kemana aja? Alex beberapa kali nelpon nanyain kamu?" Pertanyaan Alana membuat Raja menatapnya dalam.
Kemana aja? Alana tahu persis sekolah Raja seketat apa. Masih juga ia tidak mau mengerti?
"Aku sibuk." Dan Raja memberikan alasan yang sama. Menyindir Alana.
"Kamu cepet siap - siap," titah Raja setelahnya, mengundang tanya di alis Alana.
"Siap - siap apa?" tanya gadis itu.
Raja merogoh saku belakang celananya dan mengeluarkan dua buah tiket film yang membuat Alana ternganga.
"Waktu itu kita gak jadi nonton kan? Gara - gara aku dihukum. Sekarang ini gantinya," kata Raja sambil tersenyum tipis.
Hati Alana terenyuh. Kenapa lelaki ini pandai sekali membuat hal manis untuknya? Walaupun dengan setelan aura yang dingin, tapi perhatian Raja untuk Alana sangatlah besar. Alana dapat merasakannya. Dan itulah mengapa ia tidak bisa berpaling. Tidak ada yang memerlakukan Alana sebaik Raja.
"Kamu ganti baju sana. Aku tunggu di depan. Tapi aku mau jalan kaki, biar bisa lama sama kamu."
Itu bukan gombalan. Raja sama sekali tidak pandai dalam hal itu. Itu adalah sebuah ungkapan jujur yang terdengar sangat manis. Alana beberapa kali dibuat meleleh.
"Sebentar." Alana izin ke kamar, sedangkan Raja dengan sabarnya menunggu.
Pandangannya kemudian teralihkan pada buket bunga yang berdiri di atas meja. Raja cukup terheran. Walaupun Alana suka, ia tidak pernah sengaja membelinya kalau bukan Raja yang memberikan untuknya. Dan bunga itu, Raja merasa tidak pernah membelikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Teen FictionMeskipun tidak lagi berstatus sebagai pacar, Raja rela melakukan apapun untuk Alana termasuk membagi waktunya dengan sekolah yang amat ketat untuk sekedar menemui gadis itu karena saking cintanya. Sedangkan Alana sendiri yang merasa tak diperhatikan...